7 Komponen CTL
1.
KONSTRUKTIVISME (CONSTRUKTIVISM)
Konstruktivisme
(constructivisvism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak
mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi
lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan
dasar, itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “menkonstruksi” bukan
“menerima” pengetahuan. dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan
mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Landasan berfikir
konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih
menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, straegi
“memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah menfasilitasi proses
tersebut dengan :
(1)
menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
(2)
memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
(3)
menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Pengetahuan
tumbuh berkembang melalui pengelaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan
semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget,
manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang
masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi
beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan
disimpan dalam kotak yang berbeda. setiap pengalaman baru dihubungkan dengan
kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur
pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara , yaitu
asimilasi atau akomodasi. asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat
atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi
maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan
menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.
Lalu
bagaimanakah penerapannya di kelas? Bagaiamakah cara merealisasikannya pada
kelas-kelas di sekolah kita?
Pada
umumnya kita juga sudah menerapkan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari,
yaitu ketika kita merancang pembelajaran dalam bentuk siswa praktek
mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik menulis karangan, mendemonstrasikan,
menciptakan ide, dan sebagainya. Mari kita kembangkan cara-cara tersebut
lebih banyak dan lebih banyak lagi!
2.
MENEMUKAN (INQUIRY)
Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
Topik mengenai adanya dua jenis binatang melata, sudah seharusnya ditemukan
sendiri oleh siswa, bukan “menurut buku”
Siklus
inkuiri :
o Obsevasi (Observation)
o Bertanya (questioning)
o Mengajukan dugaan (Hyphotesis)
o Pengumpulan data (Data gathering)
o Penyimpulan (Conclussion)
Apakah
hanya pada pelajaran IPA inkuiry itu bisa bias diterapkan? Jawabanya, tentu
“Tidak”. Inkuiri dapat diterapkan pada semua bidang studi; bahasa Indonesia
(menemukan cara menulis pragraph deskripsi yang indah); IPS (membuat sendiri
bagan silsilah raja-raja Majapahit); PPKN (menemukan perilaku baikdan perilaku
buruk sebagai warga Negara). kata kunci dari strategi inkuiri adalah “siswa
menemukan sendiri”
Langkah-langkah
kegiatan menemukan (inkuiri) :
(1).
Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)
o Bagaimanakah
silsilah raja-raja Majapahit (dalam mata pelajaran sejarah)
o Bagaimanakah cara
melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi pantai Kendari (bahasa
Indonesia)?
o Ada berapa jenis
tumbuham menurut bentuk bijinya (biologi)
o Kota mana saja
yang termasuk kota besar di Indonesia? (geografi)
(2).
Mengamati atau observasi
o Membaca buku atau
sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.
o Mengamati dan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati.
(3).
Menganalsis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel,
dan
karya lainnya
o Siswa membuat
peta kota-kota besar sendiri.
o Siswa membuat
paragraf deskripsi sendiri.
o Siswa membuat bagan
silsilah raja-raja majapahit sendiri.
o Siswa membuat
penggolongan tumbuh-tumbuhan sendiri
o Siswa membuat
essai atau usulan kepada Pemerintah tentang berbagai masalah di daerahnya
sendiri, dst.
(4).
Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
guru,
atau audien yang lain
o
Karya siswa disampaikan teman sekelas, guru, atau kepada orang banyak untuk
mendapatkan masukan
o
Bertanya jawab dengan teman,
o
Memunculkan ide-ide baru
o
Melakukan refleksi
o
Menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di majalah dinding,
majalah sekolah, dsb.
3.
BERTANYA (QUESTIONING)
Pengetahuan
yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Sebelum tahu kota
Palu, seseorang bertanya “Mana arah kota Palu? Questioning merupakan strategi
utama pembelajaran yang berbasis CTL. bertanya dalam pembelajaran dipandang
sebagai kegiatan guru untuk mendorong membimbing, dan menilai kemampuan
berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada
aspek ynag belum diketahuinya,
Dalam
sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
(1)
menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
(2)
mengecek pemahaman siswa
(3)
membangkitkan respon kepada siswa
(4)
mengetahui sejauh mana keinginantahuan siswa
(5)
mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
(6)
menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
(7)
untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
(8)
untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa
Bagaimanakah
penerapannya di kelas? Hampir pada semua aktivitas belajar, questioning dapat
diterapkan; antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara
siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas,
dsb. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja
kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dsb. Kegiatan itu akan
menumbuhkan dorongan untuk “bertanya”.
4.
MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY)
Konsep
learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar meraut
pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana
caranya? tolong bantu aku!” Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara
mengoperasikan alat itu. Maka, dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat
belajar (learning community).
Hasil
belajar diperoleh dari “sharing” antara teman, antar kelompok, dan antara yang
tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini,
juga orang-orang yang ada di luar sana, semua adalah anggota
masyarakat-belajar.
Dalam
kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya hiterogen.
Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang
cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera
memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya,
baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau
guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang “ahli’ ke kelas. Misalnya
tukang sablon, petani jagung, peternak susu. teknisi komputer, tukang cat
mobil, tukang reparasi kunci, dan sebagainya.
“Masyarakat-belajar”
bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, “Seorang guru yang
mengajari siswanya” bukan contoh masyarakat-belajar karena komunikasi hanya
terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak
ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa.
Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. dalam masyarakat-belajar,
dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling
belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi
informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta
informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Kegiatan
saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam
komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak
yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak
harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
Kalau
setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi
sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan
pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik “learning
community” sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam
pembelajaran terujud dalam:
§
Pembentukan kelompok kecil
§
Pembentukan kelompok besar
§
Mendatangkan “ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani,
pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dsb.)
§
Bekerja dengan kelas sederajat
§
Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya
§
Bekerja dengan masyarakat
5.
PEMODELAN (MODELLING)
Komponen
CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. model itu
bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga,
contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebaginya. Atau, guru
memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model
tentang “bagaimana cara belajar”
Sebagian
guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan
tugas. Misalnya, cara menemukan kata kunci dalam bacaan. Dalam pembelajaran
tersebut guru mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam bacaan dengan
menelusuri bacaan secara cepat dengan memanfaatkan gerak mata (scanning). Ketika
guru mendemonstrasikan cara membaca cepat tersebut, siswa menagamati guru
membaca dan membolak balik teks. Gerak mata guru dalam menelusuri bacaan
menjadi perhatian utama siswa. Dengan begitu siswa tahu bagaimana gerak mata
yang efektif dalam melakukan scanning. Kata kunci yang ditemukan guru
disampaikan kepada siswa sebagai hasil kegiatan pembelajran menemukan kata
kunci secar cepat. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya
ada model yang bisa ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih menemukan
kata kunci, guru menjadi model.
Dalam
pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberikan contoh
temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah
memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan kontes berbahasa Inggris, siswa
itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut
dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai
“standar” kompetensi yang harus dicapainya.
Model
juga dapat didatangkan dari luar. Seorang penutur asli berbahasa Inggris sekali
waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi “model” cara berujar, cara
bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara, dan sebagainya.
Bagaimanakah
contoh praktek pemodelan di kelas?
§
Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa.
§
Guru PPKN mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta
bertanya jawab dengan tokoh itu.
§
Guru geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa
dalam merancang peta daerahnya.
§
Guru biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan.
§
Guru bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari Harian Republika, Padang
Pos, dsb. sebagai model pembuatan berita.
§
Guru kerajinan mendatangkan “model” tukang kayu ke kelas, lalu memintanya untuk
bekerja dengan peralatannya, sementara siswa menirunya.
6.
REFLEKSI (REFLECTION)
Refleksi
juga bagian penting dalam pembelejaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah
cara berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru
yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Rfleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung “Kalau begitu,
cara saya menyimpan file selama ini salah, ya! Mestinya, dengan cara yang baru
saya pelajari ini, file komputer lebih tertata”.
Pengetahuan
yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas
melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit.
Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. dengan
begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa
yang baru dipelajarinya.
Kunci
dari semua adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. siswa
mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.
Pada
akhir prmbrlajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan
refleksi. Realisasinya berupa :
§
pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu
§
catatan atau jurnal di buku siswa
§
kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
§
diskusi
§
hasil karya
7.
PENILAIAN YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC ASSESSMENT)
Assessment
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui
oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindentifikasikan bahwa siswa
mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan
yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang
kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment
tidak dilakukan di akhir priode (cawu/semester) pembelajaran seperti pada
kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti) EBTA/EBTANAS, tetapi dilakukan
bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan
pembelajaran.
Data
dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah untuk
mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang
seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa gar mampu mempelajari (learning
how to learn) bukan ditekan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di
akhir periode pembelajaran.
Karena
assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan
harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan
proses pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar bahasa
Inggris bagi para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat
para siswa menggunakan bahasa Inggris, bukan pada saat para siswa mengerjakan
tes bahasa Inggris. Data yang diambil dari kegiatan siswa melakukan kegiatan
berbahasa Inggris baik di dalam kelas maupun di luar kelas itulah yang disebut
data autentik.
Kemudian
belajar dinilai dari proses, biukan melalui hasil. Ketika guru
mengajarkan sepak bola, siswa yang tendangannya paling bagus, dialah yang
memperoleh nilai tinggi. Dalam pembelajaran bahasa asing (bahasa Inggris),
siapa yang ucapannya cas-cis-cus, dialah yang nilainya tinggi, bukan hasil
ulangan tentang grammarnya. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan
(performansi) yang diperoleh siswa. Penilaian tidak hanya guru, tetapi bisa
juga teman lain atau orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar