Sabtu, 04 Februari 2012

Penggunaan Power Point

18 Feb
onewebhosting.com
Dua hari yang lalu pertemuan pertama pembelajaran Bahasa Inggris di kelas satu untuk tema animals. Saya mempersiapkan sebuah presentasi Powerpoint sebagai media pembelajaran. Ada beberapa alasan mengapa saya menggunakan presentasi Powerpoint atau MPP ( Media Presentasi Pembelajaran) , yaitu:
  • MPP ini adalah salah satu variasi alat pembelajaran yang dapat guru gunakan di dalam kelas.
  • Dengan beragam alat peraga yang kita gunakan di dalam kelas mudah-mudahan dapat memperkaya khasanah pengetahuan anak.
  • Di era digital saat ini mau tidak mau dunia pendidikan juga harus menyentuh teknologi yang dinamis berkembang. Pembelajaran dengan Powerpoint yang membutuhkan alat seperti komputer dan proyektor. Sebagai pengganti board and chalk menjadi sebuah keahlian yang selayaknya dikuasai oleh guru.
  • MPP yang digunakan akan membantu memvisualisasikan materi ajar lebih real . Gambar-gambar yang ditampilkan lebih jelas dan ukuran gambarpun dapat diatur. Pembuatan MPP tema animals ini cukup sederhana. Guru cukup browse gambar animals yang tersebar di situs intenet dengan memanfaatkan search engine Google gambar dan …. cling! Silahkan pilih gambar yang diinginkan lalu insert pada file powerpoint.
  • Belajar bahasa Inggris untuk young learners membutuhka strategi   khusus agar tercipta pembelajaran yang enjoyable. Usia anak dalam fase ini adalah usia bermain, dimana belajar seharusnya ditempatkan dalam suasana bermain sambil belajar. Visualisasi gambar yang menarik yang tersaji dalam presentasi Powerpoint animals dapat membantu anak  melihat objek binatang dengan jelas yang pada akhirnya dapat menggugah semangat anak untuk belajar.

ASMAUL HUSNA


1. Allah
Lafal Allah berasal dari kata ilah yang merupakan kata jenis yang pada awalnya diberikan untuk semua sembahan, baik yang benar maupun yang batil, tetapi kemudian hanya diperuntukkan bagi sesembahan yang benar (haqq) saja. Allah merupakan kata jadian yang berasal dari kata ilahah, atau uluhah, atau uluhiyyah, yang semuanya berarti “ibadah”, hanya di sini kata itu diartikan sebagai ma’bud (yang disembah).
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa lafal Jalalah ini berasal dari kata alaha yang berarti tahayyana (bingung), sebab Allah SWT membuat akal dan pemahaman menjadi bingung jika memikirkan keadaan-Nya.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata Allah itu berasal dari kata aliha yang artinya “senang” atau “menaruh kepercayaan kepada-Nya,” sebab hati menjadi tenteram dengan mengingat-Nya, dan jiwa menjadi tenang dengan mengenal-Nya. Dan masih banyak lagi pendapat lainnya.
Allah adalah nama yang diberikan kepada Dzat yang maujud dan haqq, yang mengumpulkan segala sifat ketuhanan, yang disifati dengan segala sifat rububiyah, yang munfarid dengan wujud hakiki, sebab semua yang wujud selain Dia tidak berhak untuk menjadi ada dengan sendirinya, melainkan keberadaannya bergantung kepada-Nya.
Allah adalah nama yang mengumpulkan makna semua nama dan hakikat-Nya, dan merupakan Dzat yang disembah secara haqq. Dia tidak membutuhkan siapa pun, sebaliknya yang lainlah yang membutuhkan-Nya.
Faedahnya
Ketahuilah, bahwasanya ism (Allah) ini adalah seagung-agungnya asma yang jumlahnya sembilan puluh sembilan, seperti yang diberitakan oleh at-Turmudzi, sebab menunjukkan kepada Dzat yang mengumpulkan sifat-sifat uluhiyah seluruhnya, hingga tidak ada sesuatu pun yang menyamainya. Sedangkan asma lainnya tidak menunjukkan ketunggalannya kecuali ketunggalan arti yang berhubungan dengan ilmu, kekuasaan, atau perbuatan. Ia pun termasuk asma khusus yang tidak diberikan kepada selain Dzat Yang Mahasuci dan Mahaagung, baik secara hakiki maupun kiasan. Sebaliknya, asma yang lain terkadang diberikan juga kepada yang lain-Nya, seperti Qadir, Alim dan Rahim.
Diantara keistimewaan lafal Allah itu adalah asma lainnya selalu disandarkan kepada-Nya, misalnya Allah ar Rahman ar Rahim, atau Allah as Sami’al-Bashir, dan lain-lain. Sedang Dia tidak disandarkan kepada yang lainnya; tidak dikatakan, misalnya, Al Qadir Allah atau Ar Rasyid Allah.
Seyogianya, dalam beribadat dengan ism ini, seorang hamba harus mencurahkan segenap pikiran dan kemauannya semata-mata kepada Allah Swt, tidak melihat kepada yang lain dan tidak menoleh kepada selain-Nya, serta tidak mengharap dan tidak takut kecuali kepadaaNya.
Rasulullah saw, bersabda: “Bait syair yang paling benar dalam sastra Arab adalah ucapan labid:
Ketahuilah, segala sesuatu selain Allah adalah batil.”
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini secara rutin setiap hari sebanyak seribu kali, dengan ucapan Ya Allah ya hu, niscaya Allah akan mengaruniakan kepada orang itu kesempurrnaan keyakinan. Barangsiapa membacanya pada hari Jumat sebelum shalat, dalam keadaan yang suci dan bersih pakaiannya, serta bebas dari segala kesibukan, maka Allah akan memudahkan segala permintaannya. Jika orang yang sedang menderita suatu penyakit yang sulit disembuhkan oleh dokter, lalu ia berdoa kepada Allah dengan ism ini, niscaya ia akan sembuh dengan izin Allah, selama ajalnya belum tiba.

2. Ar Rahman

Ar-Rahman dan Ar-Rahim, keduanya berasal dari kata rahima. Ar-Rahman menghendaki adanya sesuatu yang dikasihani, dan tidaklah sesuatu itu dikasihi kecuali dia membutuhkan. Rahmat yang sempurna ialah memberikan kebaikan kepada semua hamba tanpa pandang bulu, baik yang berhak menerimanya maupun tidak. Kesimpulannya adalah, bahwa rahmat Allah itu bersifat menyeluruh, dunia dan akhirat. Pendapat lainnya mengatakan bahwa Ar-Rahman itu maksudnya adalah “Dzat Yang Menutupi (Merahasiakan dosa-dosa hamba-Nya) di dunia,” sedangkan Ar-Rahim maksudnya adalah “Dzat Yang Mengampuni dosa-dosa hamba-Nya di akhirat.”
‘Abdullah bin Mubarak berkata: “Ar-Rahman itu ialah jika diminta Dia memberi; dan Ar-Rahim itu ialah jika tidak diminta Ia murka.” Sedangkan As-Suda berkata: “Ar-Rahman itu melenyapkan kesulitan, dan Ar-Rahim itu mengampuni dosa.”
Dikatakan bahwa Ar-Rahman itu ialah Dzat Yang Berbuat Baik (Al-Muhsin) atau Dzat Yang Menghendaki kebaikan, yakni rahmat yang merupakan kebajikan dan kebaikan.”
Faedahnya
Ism Ar-Rahman itu lebih khusus dari pada Ar-Rahim. Karena itu ia tidak dinisbatkan kepada selain Allah SWT. Sedangkan Ar-Rahim kadang-kadang diberikan kepada selain Allah. Dari segi ini ia lebih dekat kepada lafal Jalalah (Allah). Karena itulah Allah menghimpunkan keduanya dalam firman-Nya yang artinya:
Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai nama-nama yang terbaik … ” (QS. Al Isra’: 10)
Rahmat yang dipahami dari kata Ar-Rahman itu sangat sulit sekali dijangkau oleh kemampuan manusia, sebab Ar-Rahman adalah: Pertama, kasih sayang terhadap hamba dalam bentuk eksistensi. Kedua, petunjuk kepada iman dan menjadikannya sebagai kebahagiaan di akhirat. Ketiga, pemberian nikmat dengan memandang Wajah-Nya yang mulia pada hari akhirat kelak.
Dalam menerapkan maksud dari ism Ar-Rahman ini, hendaklah seseorang mengasihi hamba-hamba Allah yang lalai dengan jalan memalingkan mereka dari jalan kelalaian itu kepada jalan Allah dengan nasihat dan wejangan, serta membantu kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi sesuai dengan kemampuannya. Dan hendaklah ia menganggap perbuatan maksiat yang dilakukan orang itu juga sebagai perbuatannya sendiri, dan dengan sekuat tenaga ia berusaha menghilangkannya, karena kasihan terhadap orang yang berbuat maksiat tersebut.
Khasiatnya
Ism Ar-Rahman dapat melenyapkan segala sesuatu yang tak disukai oleh orang yang berdzikir dengannya. Barangsiapa membacanya seratus kali tiap-tiap selesai mengerjakan shalat fardhu, maka dengan izin Allah, akan hilanglah sifat lalai dan lupa dari dalam dirinya.

3. Ar Rahim

Ism ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sama dengan lafal Ar Rahman, berasal dari kata rahima, yaitu mencurahkan kebaikan kepada hamba. Karena itu, sebagian besar penjelasan yang telah diberikan untuk lafal Ar Rahman sesuai pula untuk ism ini. Bedanya hanyalah: Rahmat yang terkandung di dalam lafal Ar Rahman mencakup orang beriman dan orang kafir serta untuk seluruh makhluk; sedangkan rahmat yang terkandung di dalam lafal Ar Rahim itu khusus untuk kaum yang beriman (Mukmin) saja. Hal ini di dasarkan pada firman Allah SWT yang artinya:
“… Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab: 43)
Ulama lainnya menyatakan pula pendapat mereka dalam hal perbedaan lafal Ar Rahman dan Ar Rahim itu sebagai berikut:
“Ar-Rahman itu adalah Pemberi Nikmat secara global. Dan Ar-Rahim itu adalah Pemberi Nikmat secara terperinci.”
Khasiatnya
Diantara khasiat ism ini adalah bahwasanya ia melembutkan hati orang yang berdzikir dengannya, sehingga orang itu menjadi kasihan terhadap dirinya dengan jalan taat melaksanakan segala perintah-Nya, dan menyayangi semua makhluk Allah dengan jalan bersikap belas-kasihan terhadap mereka.
Barangsiapa takut terjerumus kepada perbuatan yang tidak disukainya, maka hendaklah ia berdzikir dengan ism ini dan ism sebelumnya (Ar Rahman) sebanyak seratus kali, maka insya’ Allah ia tidak akan terjerumus ke dalam perbuatan yang tidak disukainya itu.
Berakhlak dengan ism ini menjadikan seseorang suka menolong orang-orang miskin dan bersikap belas-kasihan terhadap hamba-hamba Allah semuanya, baik yang taat maupun yang durhaka. Dalam kaitannya dengan hal ini, sebagian orang arif berpesan : “Sayangilah mereka yang ada di bumi, niscaya engkau akan disayangi oleh mereka yang ada di langit.”

4. Al Malik

Al Malik maknanya adalah Dzat yang tidak membutuhkan, baik dalam Dzat maupun Sifat-Nya, sebaliknya segala sesuatu yang ada di jagat raya ini lah yang membutuhkan-Nya. Dia Maharaja Mutlak yang sebenarnya. Dialah yang mengendalikan segala urusan makhluk-Nya dengan saksama tanpa membutuhkan bantuan sedikitpun dari makhluk-Nya.
Tidaklah terbayangkan oleh hamba-Nya, bahwa ia memiliki kerajaan secara mutlak, sebab semua yang dimilikinya itu hakikatnya adalah milik Allah SWT.
Jika seseorang membayangkan kehidupan yang fana ini, betapapun kerajaan yang dimilikinya, tentu akan lenyap disebabkan oleh dua perkara: pertama, karena kematian dan berpindahnya kerajaan itu kepada orang lain, padahal Allah SWT adalah Penguasa kehidupan, kematian dan kebangkitan; kedua, gugurnya pengakuan kekuasaan bagi selain Allah, yaitu sesudah ditiupkan sangkakala pertama, yakni ketika Allah SWT menyerukan (QS Al Mu’min: 16)
“Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?”
Ketika tidak ada yang menyahut, maka Allah SWT sendirilah yang menjawabnya:
“Hanya kepunyaan Allah Yang Mahaesa lagi Maha Mengalahkan.”
Kalau begitu, tidak ada kerajaan selain dari kerajaan Allah SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini dengan rutin tiap-tiap hari pada waktu matahari tergelincir sebanyak seratus kali, niscaya hatinya akan menjadi bersih, dan lenyaplah segala kekotorannya. barangsiapa membacanya sesudah terbit fajar sebanyak seratus dua puluh kali, maka Allah akan memberinya kekayaan dan karunia-Nya, baik dengan sebab-sebab maupun dengan pintu yang dibukakan Allah SWT atasnya.

5. Al Quddus

Ism ini diambil dari kata qadasa yang artinya “suci,” seperti pada kalimat al-ardh al-muqaddasah yang artinya “tanah suci.”
Maksud dari ism ini adalah, bahwa Allah adalah Dzat yang Mahasuci dari segala kekurangan dan kebinasaan, yang berhak atas sifat-sifat kesempurnaan. Artinya, Allah itu suci dari segala sifat yang dapat dirasakan oleh indera, atau yang dapat dibayangkan oleh khayalan, atau yang didahului oleh persangkaan, atau yang terlintas dalam hati sanubari.
Dalam salah satu hadis yang mulia disebutkan:
“Semua yang terlintas dalam benakmu itu akan binasa, sedangkan Allah tidak demikian.”
Ism ini sering kali dirangkaian dengan ism sebelummnya (Al Malik), karena ada kalanya para raja dunia merusak kekuasaaannya dengan sifat-sifat aniaya dan melanggar hukum. Maka Allah SWT menyatakan bahwa Dia tidak akan merusak kerajaan-Nya seperti yang diperbuat oleh raja-raja itu.
Orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan berakhlak dan berdzikir dengan ism ini hendaklah membersihkan akidahnya dari selain Allah SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan pada sepotong roti sesudah selesai melaksanakan shalat Ju’mat kemudian dimakannya, maka Allah akan membukakan baginya pintu ibadat dan akan menyelamatkannya dari bencana.



6. As Salam

As Salam artinya: Dzat yang terhindar dari segala kekurangan, atau yang menyelamatkan kaum Mukmin dari siksaan, atau yang menyelamatkan mereka ke dalam surga. Dengan kata lain, Dialah Dzat yang terbebas dari segala aib (cela), sifat-Nya terbebas dari kekurangan, dan perbuatan-Nya terbebas dari kejahatan yang ditujukan kepada diri-Nya.
Berakhlak dengan ism ini menjadikan seorang Mukkmin memelihara lisan dan tangannya dari menyakiti orang lain.
Khasiatnya
Ism ini berfungsi mengusir bencana dan penyakit, sehinggga jika ia dibacakan atas orang yang sedang menderita sakit sebanyak seratus dua puluh satu kali, dengan karunia Allah penyakitnya akan sembuh selama ajalnya belum tiba.
Guru kami, Tajul-’Arifin asy-Syarqawi berkata: “Jika ism tersebut dibacakan sebanyak seratus tiga puluh enam kali dengan suara keras sekadar bisa didengar oleh si sakit, sambil mengangkat tangan di atas kepala di sakit, insya Allah orang yang sakit itu akan sembuh dengan izin Allah SWT.

7. Al Mu’min

Dia yang merupakan Sumber rasa aman dan keamanan dengan menjelaskan sebab-sebabnya dan menutup jalan-jalan yang menakutkan. Keamanan itu tidaklah terbayangkan kecuali di tempat-tempat yang menakutkan, dan tidak ada ketakutan kecuali pada kemungkinan ketiadaan, kekurangan, dan kebinasaan. Mu’min sejati ialah orang yang tidak membayangkan memperoleh rasa aman dan keamanan itu melainkan dari Allah SWT.
Dikatakan bahwa makna lain dari asma Allah Al Mu’min itu ialah yang membenarkan orang-orang pilihan-Nya dengan menampakkan mukjizat dan karamah yang menunjukkan kebenaran mereka, atau membenarkan bagi diri-Nya bahwa Dia benar dalam janji-Nya.
Keberuntungan seorang hamba dengan ism ini disyaratkan, bahwa makhluk lainnya merasa aman berada di sampingnya, bahkan semua orang yang ketakutan mengharap bantuannya untuk menolak kebinasaan dari dirinya, baik dalam urusan agama maupun dunianya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang berbunyi:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka mestilah tetangganya merasa aman dari kejahatan-kejahatannya. ”
Hamba yang paling berhak atas ism Al-Mu’min ialah mereka yang menjadi sebab keselamatan makhluk dari siksaan Allah, dengan memberi petunjuk ke jalan Allah dan membimbing ke jalan keselamatan. Dan ini merupakan tugas para Nabi dan ulama. Karena itulah Nabi saw. bersabda:
“Sesungguhnya kamu berdesak-desakan di dalam neraka ibarat kupu-kupu, dan aku mengambilmu dengan memegang ikat pinggangmu!”
Sayyid ‘Abdul-Qadir Jailani telah berkata sebagai berikut: “Ketahuilah, bahwa kesamaan dalam nama itu tidak menuntut kesamaan dalam dzat. Dikatakan bahwa pada hari kiamat kelak ada penyeru menyerukan bahwa siapa yang mempunyai nama sama dengan nama salah seorang Nabi, ia disilakan memasuki surga. Di antara kaum itu ada orang-orang yang namanya tidak sama dengan nama para nabi, lalu Allah SWT berkata kepada mereka: ‘Aku Al-Mu’min, dan aku pulalah yang menamakan kamu kaum Mukminin!’ Maka akhirnya mereka pun memasuki surga dengan izin Allah SWT.”
Khasiatnya
Di antara khasiatnya adalah, jika seorang yang ketakutan berdzikir dengan ism ini sebanyak tiga puluh enam kali, niscaya amanlah diri dan hartanya.

8. Al Muhaimin

Artinya, adalah hak Allah SWT bahwa Dia mengurus keperluan semua makhluk-Nya, yaitu pekerjaan mereka, rizki mereka, dan ajal mereka; yaitu dengan memperhatikan, menguasai dan memeliharanya. Jadi, yang menghimpunkan ketiga makna itulah Al-Muhaimin, dan itu tidak akan terkumpul secara mutlak dan sempurna kecuali bagi Allah SWT.
Ada pendapat lain mengatakan, bahwa ism ini meruupakan asma Allah SWT di dalam kitab-kitab kuno. Dikatakan juga bahwa makna Al-Muhaimin adalah pengawas atas hakikat alam ini dan apa-apa yang berkaitan dengannnya. Dan ada pula yang mengatakan bahwa maknanya adalah dzat Yang sangat Sempurna dalam pemeliharaan dan pengawasan-Nya. Ada lagi pendapat lain mengatakan, bahwa maknanya ialah Yang Menyaksikan.
Mendekatkan diri kepada Allah dengan ism ini adalah; selalu mengawasi diri (mawas diri) dalam setiap perkara, sebab tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari Allah SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa membacanya sebanyak seratus kali sesudah mandi dan shalat di tempat yang sunyi dengan memusatkan perhatian kepada Allah SWT, niscaya Allah akan menyucikan lahir dan batinnya.

9. Al ‘Aziz

Lafal Al-’Aziz ini berasal dari al-’izzah, yakni kekuatan dan kemenangan. Ada pendapat lain mengatakan bahwa maknanya adalah yang menghindarkan diri dari perolehan yang tinggi dari sifat-sifat makhluk. Al-Jili berkata:”Dia (Allah) adalah yang mulia kedudukan-Nya sehingga tidak akan hina, jauh dari pemahaman sehingga tidak bisa dicapai, dan cukup dengan Dzat-Nya sehingga tidak membutuhkan kepada yang lain-Nya.” Imam Al-Ghazali berkata: “Dia (Allah) adalah Dzat Yang Mulia; tidak terrkumpul ketiga makna ini kecuali pada Allah SWT”
Hamba-hamba yang ‘aziz adalah mereka yang dibutuhkan oleh hamba-hamba Allah yang lain dalam urusan-urusan penting mereka, yaitu kehidupan akhirat dan kebahagiaan yang abadi.
Khasiatnya
Barangsiapa berdzikir dengannya selama empat puluh hari, tiap-tiap hari sebanyak empat puluh kali, niscaya Allah akan menolongnya dan memuliakannya, sehingga ia tidak lagi membutuhkan bantuan seorang makhluk pun.

10. Al Jabbar

Dia adalah Dzat yang melaksanakan kehendak-Nya keepada setiap orang dengan jalan ijbar (mewajibkan/memaksa supaya dikerjakan), dan tidak seorang pun melaksanakan kehendaknya kepada-Nya. Dia adalah Dzat yang tidak seorang pun keluar dari genggaman kekuasaan-Nya, dan Dialah Yang Mahakuasa secara mutlak. Menurut pendapat lain, lafal Al-Jabbar itu berasal daari al-jabr, artinya pembetulan atau perbaikan. Misalnya, Anda mengatakan: Jabbartu asy-syai’a jabran apabila Anda memperbaikinya. Jadi Al-Jabbar adalah yang memperbaiki keadaan makhluk-Nya.
Sedangkan hamba yang jabbar adalah orang yang terhindar dari mengikuti, dan mencapai derajat diikuti, serta satu-satunya orang yang memiliki kedudukan yang tinggi, yakni ia dengan gerak-gerik dan rupanya memaksa orang banyak mengikuti dan meneladaninya dalam segala tingkah lakunya. Sifat-sifat demikian ini hanya dimiliki oleh penghulu umat manusia, Sayyidina Muhammad saw., yang telah bersabda: “Seandainya Musa a.s. hidup, tidak ada pilihan lain baginya kecuali mengikutiku. Akulah penghulu umat manusia, tetapi tidak sombong.”
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat untuk memelihara seseorang dari kelaliman para penguasa dan orang-orang yang kejam, baik di darat maupun di laut, di dalam perjalanan maupun di tempat kediaman. Kalau dibaca tiap-tiap pagi dan petang sebanyak 226 kali, maka ism ini menjadi sebab terpeliharanya ia dari kekejaman para penguasa.

11. Al Mutakabbir

Artinya yang maha memiliki keagungan dan kebesaran, Dia yang melihat segala sesuatu itu hina bila dibandingkan dengan diri-Nya, dan tidak melihat keagungan dan kebesaran itu kecuali pada diri-Nya sendiri. Dia memandang yang lain seperti pandangan seorang raja kepada hambanya, dan ini tidak terbayangkan secara mutlak dan sempurna kecuali bagi Allah SWT.
Pendapat lain mengatakan, bahwa takabbur dan kibriya’ adalah pemberitahuan tentang hak Allah SWT bagi sifat-sifat agung dan sempurna.
Ism Al-Mutakabbir itu mengumpulkan segala makna tanzih (penyucian). Jadi, barangsiapa mengenal ketinggian, keagungan dan kebesaran Allah, maka ia akan selalu membiasakan dirinya bersikap hina dan merendah.
Rasulullah saw. bersabda:
“Semoga Allah mengasihani hamba yang mengenal kekuasaannya sehingga ia tidak melanggar batasan-batasannya.”
Sifat takabur ini tercela bila dimiliki oleh makhluk, sebab ia tempat bagi kekurangan. Orang yang bersikap sombong pasti dipaksa oleh sikapnya itu untuk bersifat dengan apa yang tidak sesuai dengannya. Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah SWT berfirman:
Sifat Kibriya’ itu adalah selendang-Ku dan sifat Azhamah itu adalah sarung-Ku. Maka barang siapa mencabutnya dari-Ku, niscaya Aku akan memperkenankannya, dan Aku tidak peduli.”

Orang-orang zuhud yang yang mutakabbir (sombong) itu tidak sama dengan sombongnya orang-orang biasa. Sebab, sombongnya orang-orang zuhud itu berarti melepaskan diri dari seluruh makhluk yang akan menyibukkan batinnya. Jadi, ia bersikap sombong terhadap segala sesuatu selain Allah SWT. Dia meremehkan dunia dan akhirat dengan maksud menjauhkan diri supaya keduaanya tidak menyibukkannya dari mengingat Allah SWT Sedangkan zuhudnya orang-orang yang bukan ‘arif itu adalah ibarat suatu mu’amalah (jual-beli); seolah-olah ia membeli kesenangan akhirat dengan kesenangan dunia, ditinggalkannya segala kesenangan yang sedikit di dunia ini guna mendapatkan gantinya yang berlipat ganda di akhirat.
Khasiatnya
Ism ini bersifat mendatangkan kebesaran dan menampakkkan kebaikan serta keberkatan. Karenanya, barangsiapa membacanya sepuluh kali pada malam pengantinnya dan sebelum melakukan jima’ dengan istrinya, maka ia akan dikaruniai anak yang saleh.

12. Al Khaliq, 13. Al Bari’,

14. Al Mushawwir

Al Khaliq ialah Dzat yang menciptakan alam semesta dan yang menghamparkannya. Al-Bari’ ialah Dzat yang menciptakan makhluk terlepas dari ketidakselarasan yang merusak tata-tertib. Dan Al Mushawwir ialah Dzat yang memberikan rupa kepada semua makhluk sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmat-Nya yang azali di dalam ilmu-Nya yang lebih dahulu, dan ini juga merupakan makna ism-Nya Al Hakim, sebab at-tashwir artinya “menjadikan sesuatu berbentuk” – Allah SWT telah menciptakan hamba dan membentuknya, sedang si hamba ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut.
Terkadang ada yang menyangka bahwa ketiga asma ini merupakan sinonim yang artinya “menciptakan” dan “membuat yang tak pernah ada sebelumnya.” Padahal, sebenarnya tidaklah demikian, sebagaimana dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, sebab semua yang keluar dari seesuatu yang “tidak ada” menjadi “ada”,” pertama, membutuhkan takdir; kedua, membutuhkan pembuatan yang sesuai dengan takdir tersebut; dan ketiga, membutuhkan pembentukan sesudah pembuatan tersebut. Jadi, dalam kaitannya dengan hal ini, Allah adalah Al Khaliq dari segi Muqaddir (Yang Menentukan), kemudian Dia juga adalah Al Bari’ dari segi pengadaan dari yang “tidak ada” menjaadi “ada”, dan Dia Al Mushawwir dari segi pembentukan rupa.
Kita ambil contoh sebuah bangunan, misalnya. Bangunan itu pertama-tama membutuhkan penaksiran segala yang dibutuhkannya, seperti batu, kayu, dan tanah. Semua pekerjaan ini dilakukan oleh seorang insinyur. Pertama-tama ia menggambar bangunan itu dan membentuk modelnya, kemudian ia membutuhkan tukang batu untuk mendirikannya dan tukang ukir untuk membaguskan bentuknya. Demikianlah urutannya menurut perbuatan hamba. Namun tidak demikian menurut perbuatan Allah SWT, sebab Dialah Al Khaliq, Al Bari’ dan Al Mushawwir. Contohnya adalah manusia, salah satu di antara makhluk-Nya. Pertama-tama membutuhkan perencanaan dari apa akan dibentuk, kemudian tubuhnya dibentuk seperti seorang tukang batu membangun bangunan, kemudian diberi-Nya segala yang diperlukannnya berupa gerakan dan sifat yang menjadikan manusia itu hidup berakal, dan berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Jadi, berdasarkan sifat-Nya menakdirkan sesuatu dan mengadakan dari “tidak ada” menjadi “ada”, Dia adalah Al Bari’. Dan berdasarkan sifat-Nya menjadiikan manusia sesuai dengan ilmu-Nya yang qadim, Dia adalah Al-Mushawwir.
Khasiatnya
Ism Al-Khaliq itu dibaca di tengah malam, gunanya adalah untuk menerangkan hati dan wajah.
Ism Al-Bari’ itu dibaca selama tujuh hari berturut-turut, tiap-tiap hari sebanyak seratus kali. Gunanya adalah untuk selamat dari bencana.
Ism Al-Mushawwir berguna untuk membantu pembuatan-pembuatan dan mengeluarkan buah, dan apabila seorang yang mandul berzikir dengannya setiap hari sebanyak 21 kali sambil berpuasa, dan dibaca ketika matahari sudah tenggelam dan sebelum berbuka, dilakukan selama tujuh hari berturut-turut, dan ketika berbuka hanya dengan air minum saja, niscaya mandulnya akan hilang.

15. Al Ghaffar

Asal kata Al Ghaffar itu adalah sitr dan taghthiyah, artinya “Merahasiakan” atau “Menutupi.” Jadi, maghfirah dari Allah itu maknanya adalah dirahasiakan-Nya dosa-dosa dan diampuni-Nya dengan karunia dan rahmat-Nya bukan karena tobat seorang hamba atau taatnya. Dalam salah satu hadis Qudsi, Allah SWT berfirman:
Hamba-Ku, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, niscaya Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebanyak bumi itu pula, asal engkau tidak menyekutukan Aku.
Al-Ghaffar itu artinya adalah Dzat yang menampakkkan kebagusan dan menutupi kejelekan di dunia, dan memaafkan hukumannya di akhirat.
Sebagaimana dikatakan di atas, bahwa makna ghafara itu adalah satara (merahasiakan), maka yang pertama-tama dirahasiakan Allah dari hamba-hamba-Nya adalah: dijadikan-Nya keburukan-keburukan badan mereka tertutup di batin mereka, ditutupi oleh kebagusan lahir mereka. Kedua, pikiran jahat dan keinginan buruk mereka ditempatkan-Nya di dalam kalbu, sehingga tidak ada orang yang dapat melihatnya; seandainya segala yang terpendam di dalam hati mereka berupa sifat khianat, buruk sangka dan semua sifat buruk itu tampak dari luar, tentu mereka akan celaka karenanya. Ketiga, dengan maghfirah-Nya itu pula Allah telah merahasiakan dosa-dosa manusia yang sebenarnya pantas dipermalukan di hadapan orang banyak, namun Dia berjanji akan menggantikan kejahatan-kejahatan mereka dengan kebaikan dan janji-Nya adalah benar.
Keberuntungan seorang hamba dengan ism ini diisyaratkan, bahwa ia harus merahasiakan aib orang lain sebagaimana ia ingin orang lain merahasiakan aibnya. Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa merahasiakan aib orang mukmin, niscaya Allah pun akan merahasiakan aibnya pada hari kiamat.”
Dikisahkan bahwa pada suatu hari Nabi Isa as. dan para pengikutnya berjalan melewati bangkai seekor anjing yang telah membusuk. Lalu para pengikutnya berkata: “Alangkah busuknya bau bangkai anjing ini!” Namun nabi Isa as. menjawab: “Alangkah bagusnya gigi putih anjing ini!” Ucapan beliau ini untuk mengingatkan mereka, bahwa seyogyanya yang disebutkan dari segala sesuatu itu adalah kebaikannya, bukan keburukannya.

16. Al Qahhar

Dia adalah Dzat Maha Perkasa yang mengalahkan sesuatu dengan sempurna.
Firman-Nya: “Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya…”(QS. Al An’am:18).
Tidak ada sesuatupun yang ada di alam semesta ini, melainkan berada di bawah kekuasaan-Nya. Imam Al Ghazali berkata: “Al Qahhar ialah Dzat yang menimpakan bencana kepada musuh-musuh-Nya dengan kematian dan kehinaan; bahkan tidak ada yang maujud kecuali semuanya berada di bawah kekuasaan dan qudrat-Nya, lemah dalam genggaman-Nya.”
Menundukkan hawa nafsu, bagi seorang hamba, adalah dengan melawan tipu daya setan yang merupakan musuh bebuyutannya, dan dengan melawan syahwat nafsunya. Seandainya Allah memberikan jalan kemudahan baginya untuk menundukkan keduanya, niscaya ia akan mampu pula menundukkan seluruh umat manusia.
Seorang hamba yang berakhlak dengan ism ini hendaklah menundukkan hawa nafsu dan setannya dengan melepaskan segala upaya dan menyerahkannya kepada Tuhan Yang Mahaesa lagi Mahakuasa.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat untuk menghilangkan rasa cinta berlebihan kepada dunia dan pengagungan selain kepada Allah SWT dari dalam hati. Barangsiapa membiasakan berzikir dengannya, maka ia akan mendapatkan hal itu, dan akan menjadi menang atas seterunya.

17. Al Wahhab

Al Wahhab ialah Dzat yang memberi karunia tanpa mengharap balasan dan tanpa diminta. Kata ini berasal dari kata hibah, yaitu pemberian yang tidak bermotif. Jika bertambah banyak pemberian dengan sifat ini, maka si pemberi itu disebut Jawadun Wahhab. Tidaklah akan berbentuk pemberian yang hakiki itu kecuali dari Allah SWT, sebab Dialah yang memberikan semua yang dibutuhkan oleh orang yang membutuhkannya, bukan untuk suatu tujuan, baik kini maupun nanti.
Hamba-hamba yang bersifat wahhab itu ialah mereka yang memberikan sesuatu bukan karena takut siksa atau mengharap pahala, tetapi semata-mata adalah karena cinta kepada Allah dan mengharapkan dapat ber-taqarrub kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Orang yang berakhlak dengan ism ini hendaklah memberikan segala yang dibutuhkan oleh orang lain sebagai pernyataan rasa syukur kepada Allah SWT, dan hendaklah ia memperbanyak rasa malu terhadap Allah SWT.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat untuk mendatangkan kekayaan, penerimaan, kewibawaan, dan kebesaran bagi orang yang berzikir dengannya. Yaitu dengan jalan membacanya pada sujud akhir shalat Dhuha sebanyak empat puluh kali.

18. Ar Razzaq

Ialah Dzat Yang Menciptakan rezeki dan sebab-sebabnya. Dikatakan bahwa Ia adalah yang memberikan kepada segala yang ada, dengan karunia-Nya, segala yang dapat memelihara materi dan bentuknya. Dia memberikan ilmu kepada akal, memberikan pemahaman kepada hati, memberikan tajalli dan musyahadah kepada jiwa, memberikan makanan yang cocok untuk tubuh sesuai dengan keinginan, ada yang dilapangkan-Nya dan ada pula yang disempitkan-Nya tanpa ada yang menghalangi-Nya. Dengan kata lain, Ar-Razzaq adalah Dzat yang menciptakan rezeki dan orang yang minta rezeki, kemudian menghubungkan antara keduanya, dan juga menciptakan sebab-sebab untuk mendapatkan kesenangan dengan rezeki itu bagi mereka.
Rezeki itu ada dua macam. Pertama, rezeki lahir berupa makanan untuk tubuh. Kedua, rezeki batin berupa ilmu pengetahuan dan mukasyafah untuk kalbu. Yang keedua ini merupakan jenis rezeki yang paling mulia, sebab buahnya adalah kehidupan yang abadi. Sedangkan rezeki lahir itu buahnya adalah kekuatan jasmani untuk jangka wakLu yang singkat saja. Allah SWT mengatur kedua macam rezeki itu dan diberikan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Keberuntungan seorang hamba dari sifat ini akan diperoleh dengan dua syarat. Pertama, haruslah diketahui hakikat sifat ini; bahwa tidaklah pantas kecuali bagi Allah SWT Oleh karena itu ia tidak menunggu-nunggu rezeki kecuali dari-Nya, dan tidaklah bertawakal dalam urusan reezeki itu kecuali kepada-Nya. Kedua, hendaklah ia meminta kepada Allah SWT agar mengaruniakan kepadanya ilmu yang bisa menunjuki dan lisan yang bisa menuntut, serta tangan yang suka bersedekah. Dan hendaklah ia menjadi sebab sampainya rezeki yang mulia ke dalam hati dengan perkataan dan perbuatannya.
Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memperbanyak kebutuhan makhluk kepada-Nya dan membuat suka kepada diri-Nya untuk memenuhi kebuutuhan-kebutuhan tersebut.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat untuk meluaskan rezeki. Caranya adalah dengan membacanya sebelum shalat fajar pada tiap-tiap sudut rumah, dimulai dari arah kanan kiblat dan sambil menghadap kiblat sepuluh kali, demikian pula pada sudut-sudut lainnya dilakukan dengan menghadap kiblat apabila dimungkinkan.
—oOo—

19. Al Fattah

Dialah yang dengan inayah-Nya terbuka segala yang terkunci. Dan dengan hidayah-Nya tersingkap segala yang musykil. Terkadang Dia membukakan kerajaan-kerajaan bagi para nabi-Nya, dan mengeluarkannya dari tangan musuh-musuh-Nya. Dan terkadang pula diangkat-Nya hijab dari hati para aulia-Nya, serta dibukakan-Nya bagi mereka pintu-pintu kerajaan langit-Nya dan keelokan kebesaran-Nya. Di Tangan-Nyalah kunci-kunci alam gaib berada, dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia.
Allah berfirman yang artinya:
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya … (QS. Fathir: 2)
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan orang rindu sampai menjadi terbuka kunci-kunci musykilat Ilahiyah oleh lisannya, dan menjadi mudah dengan ma’rifah-Nya urusan duniawi dan ukhrawi yang sulit atas makhluk lainnya, agar ia memperoleh bagian dari-Nya.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat untuk memudahkan urusan, menerangi kalbu, dan menguasai pintu-pintu pembukaan. Barangsiapa membacanya sesudah shalat fajar sebanyak 71 kali, sambil meletakkan kedua tangannya di dadanya, maka Allah akan menyucikan kalbunya, menerangi jiwaanya, dan memudahkan urusannya.
—oOo—

20. Al ‘Alim

Dialah yang meliputi dengan ilmu-Nya segala sesuatu yang lahir, yang batin, yang halus, yang besar, yang permulaan, yang akhir, pembukaannya, dan penutupnya. Ini adalah dari segi kejelasan dan ungkapan yang sesempurna mungkin; tidak ada yang lebih jelas darinya.
Dikatakan bahwa makna Al-Alim itu ialah yang melaksanakan ilmu, yaitu sifat yang qadim yang tegak bersaama Dzat Allah SWT, berkaitan dengan maklumat-maklumat yang wajib, ja’iz dan mustahil. Allah SWT mengetahui Dzat-Nya, asma-Nya, sifat-Nya, dan Dia juga mengetahui apa-apa yang sudah dan akan terjadi dari segala sesuatu yang ja’iz, dan Dia pun mengetahui apa-apa yang mustahil, dan mengetahui apa-apa yang galb. Hanya Allah sendirilah yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, dan mengetahui apa yang terkandung di dalam rahim, dan mengetahui kapan akan turun hujan, dan mengetahui apa yang akan diusahakan oleh setiap orang dan di negeri mana ia akan mati.
Tidak tertutup kemungkinan bahwa seorang hamba itu mendapatkan bagian dari sifat ilmu ini, tetapi berbeda dengan ilmu Allah dalam tiga perkara. Pertama, dari banyaknya pengetahuan. Betapapun luasnya pengetahuan seorang hamba, hal itu masih terbatas. Bagaimana akan dibandingkan dengan ilmu Allah yang tidak ada ujung dan batasnya? Kedua, bahwa kasyaf (melihat dengan mata batin) seorang hamba itu, bagaimanapun jelasnya, ia tidak bisa mencapai tujuan yang tidak ada ujungnya lagi; penyaksiannya terhadap sesuatu itu ibarat ia melihatnya dari balik tirai yang tipis. Tidak dapat diingkari adanya perbedaan dalam derajat kasyaf itu, sebab pandangan mata batin ibarat mata lahir dalam memastikan segala sesuaatu yang dipandangnya, seperti perbedaan antara melihat di kala remang-remang dan melihat di waktu terang-benderang. Ketiga, bahwa ilmu Allah itu tidak diperoleh dari sesuatu, namun sesuatu itulah yang mendapatkannya dari-Nya. Sedangkan ilmu seorang hamba itu mengikuti sesuatu dan dihasilkan darinya. Jika Anda masih kurang memahami penjelasan ini, maka ambil contoh ilmu seorang yang baru belajar catur dan orang yang membuatnya, misalnya. Si pembuat catur menjadi sebab adanya catur, dan adanya catur itu menjadi sebab ilmunya si pelajar catur. Namun ilmu si pembuat catur lebih dahulu dengan mengadakan catur itu, sedangkan ilmu orang yang belajar catur itu terakhir. Demikian pula halnya deengan ilmu Allah SWT; ia mendahului segala sesuatu dan menjadi sebab baginya.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat untuk mendatangkan ilmu pengetahuan dan makrifat. Barangsiapa berzikir dengannya secara rutin, maka ia akan mengenal Allah dengan sebenarnya yang sesuai dengan-Nya. Dan barangsiapa membacanya seratus kali secara rutin tiap-tiap selesai shalat fardhu, niscaya ia akan menjadi seorang yang ahli kasyaf (yang bisa memandang dengan mata batin) dan memiliki iman yang kuat.

21. Al-Qabidh, 22. Al-Basith

Al-Qabidh artinya Dzat yang menahan rezeki dari orang yang dikehendaki-Nya dengan cara yang dikehendaki-Nya. Sedangkan Al-Basith adalah lawannya, yaitu Dzat yang meluaskan rezeki dengan cara yang dikehendaki-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya.
Dikatakan bahwa Al-Qabidh ialah Dzat yang mencabut nyawa pada saat kematian; sedangkan Al-Basith ialah meluaskan bayangan bagi arwah di dalam kehidupan.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Al Qabidh ialah Dzat yang menerima sedekah dari orang-orang kaya, sedangkan Al-Basith ialah Dzat yang memberi reezeki kepada orang-orang lemah dan meluaskan rezeki kepada orang-orang kaya sehingga tidak tersisa kemelaratan, dan menahannya dari orang-orang miskin sehinggga tidak tersisa kemampuan.
Berakhlak dengan kedua ism ini adalah dengan menahan diri dari semua selain dari Dia, dan melapangkan diri dalam setiap sesuatu yang diridhai-Nya. Tidak menyusahkan orang lain dan tidak terlalu menaruh kepercayaan kepada mereka.
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism Al-Qabidh pada empat puluh iris roti selama empat puluh hari, maka ia tidak akan merasakan sakitnya penyakit. Dan khasiat ism Al-Basith adalah: jika seseorang berzikir dengannya seusai mengerjakan shalat Dhuha sebanyak sepuluh kali, sambil mengangkat kedua tangannya ke langit dan kemudian menyapukannya ke mukannya, niscaya Allah akan membukaakan baginya salah satu pintu kekayaan.
—oOo—

23. Al Khafidh, 24. Ar Rafi’

Kedua ism ini merupakan asma Allah yang diriwayatkan di dalam khabar (hadis); keduanya termasuk sifat fi’il Allah, yaitu meninggikan orang yang dikehendaki-Nya dengan memberikan nikmat-nikmat-Nya, dan merendahkan orang yang dikehendaki-Nya dari pangkatnya dengan siksaan-Nya.
Dikatakan bahwa Al-Khafidh itu ialah Dzat yang merendahkan musuh-musuh-Nya dengan kehinaan, dan Ar-Rafi’ itu ialah Dzat yang meninggikan wali-wali-Nya dengan kemenangan.
Ada pula pendapat yang mengatakan, bahwa Al Khafidh itu ialah Dzat yang merendahkan orang-orang kafir dengan kesialan, dan meninggikan orang-orang beriman dengan kebahagiaan. Meninggikan aulia-Nya dengan mendekatkan mereka kepada-Nya dan merendahkan musuh-musuh-Nya dengan menjauhkan mereka dari-Nya.
Barangsiapa telah dibersihkan musyahadah-nya dari takhayul dan dibebaskan keinginannya dari nafsu tercela, maka ia telah diangkat Allah kepada derajat malaikat muqarrabin. Dan barangsiapa terbatas musyahadah-nya pada segala yang dapat dirasakan saja dan kemauannya pada hawa nafsu yang juga dimiliki oleh hewan, maka tandaanya ia telah direndahkan oleh Allah ke tingkat yang serenndah-rendahnya. Dan ini semua tidak bisa dilakukan keecuali oleh Allah SWT; hanya Dialah yang berkuasa merendahkan dan meninggikan.
Di antara syarat keberuntungan seorang hamba dari ism ini adalah agar ia meninggikan kebenaran dan merendahkan kebatilan. Yaitu dengan jalan membantu (menolong) kebenaran dan menentang kebatilan. Memusuhi musuh-musuh Allah guna merendahkan mereka, dan menolong wali-wali Allah untuk meninggikan mereka.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca Al Khafidh sebanyak lima ratus kali, maka semua hajatnya akan dipenuhi Allah. Dan barangsiapa membaca Ar Rafi’ sebanyak tujuh puluh kali, niscaya ia akan selamat dari gangguan orang-orang yang aniaya.
—oOo—

25. Al Mu’izzu, 26. Al Mudzillu

Dia adalah Dzat yang memberikan kerajaan kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari orang yang dikehendaki-Nya.
Dikatakan bahwa Al-Mu’izzu itu ialah Dzat yang memberikan kemuliaan kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, dan Al-Mudzillu itu ialah Dzat yang menundukkan orang yang dikehendaki-Nya dengan jalan menghinakannya.
Berakhlak dengan kedua ism ini mengharuskan seseorang agar memuliakan kepada siapa yang diperintahkan supaya dimuliakan dan menghinakan kepada siapa yang diperintahkan supaya dihinakan.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism Al-Mu’izzu pada malam Senin atau malam Jumat sesudah mengerjakan shalat Maghrib sebanyak empat puluh kali, niscaya Allah akan menanammkan rasa takut ke dalam hati seluruh makhluk kepadanya. Dan barangsiapa membaca ism Al-Mudzillu sebanyak tujuh puluh lima kali kemudian ia berdoa di dalam sujudnya, niscaya ia akan bebas dari dalam penjaranya dan akan selamat dari gangguan orang-orang yang dengki dan aniaya.
—oOo—

27. As Sami’

As Sami’ artinya Maha Mendengar, dikaitkan dengan hak Allah SWT, adalah suatu sifat tambahan atas ilmu-Nya. Maksudnya adalah bahwa Allah SWT dapat mendengarkan segala sesuatu yang ada sekalipun pelan suaranya. Sedangkan pendengaran yang ada pada makhluk adalah dengan perantaraan daun telinga yang akan hilang daya dengarnya bila alat itu rusak. Tetapi keadaan pendengaran yang ada paada Tuhan tidaklah demikian. Dia mendengar tanpa perantaraan daun telinga, baik yang didengar-Nya itu bunyi suara, maupun warna dan benda. Dia dapat mendengarkan suara langkah semut atas karang yang licin di malam yang gelap gulita. Dan Dia mendengarkan pujian yang diucapkan seseorang kepada-Nya lalu Dia mengganjar mereka; dan mendengarkan doa orang-orang yang meeminta kepada-Nya lalu Ia memperkenankan permintaan mereka. Pendengaran-Nya tidak dapat ditembus oleh suatu peristiwa, karena Dia tidak mendengar dengan telinga atau alat pendengaran. Jadi, pendengaran menurut hal Allah SWT itu ialah suatu ibarat tentang sifat yang dengannya tersingkap kesempurnaan sifat-sifat buatan-Nya.
Seorang hamba mempunyai bagian dari pendengaran itu, tetapi terbatas, sebab ia tidak dapat mendengarkan semua yang dapat didengar, bahkan suara yang terdekat sekalipun. Dan lagi, seperti yang telah kami kemukakan, pendengarannya itu dibantu dengan alat (indera pendengar) yang dapat rusak; dan kalau suaranya terlalu pelan, maka si hamba tidak lagi bisa mendengarnya.
Keberuntungan seorang hamba yang beragama dengan ism ini mengharuskan adanya dua syarat. Pertama, harus diketahui bahwa Allah SWT itu Maha Mendengar. Karenanya ia harus memelihara lisannya. Kedua, hendaklah diketahui bahwa Allah tidaklah menciptakan baginya pendengaran tersebut, melainkan agar ia mendengarkan Kalam Allah dan isi Kitab-Nya yang telah diturunkan-Nya. Dengan demikian ia akan memperoleh hidayah ke jalan Allah.
Khasiatnya
Barangsiapa membacanya pada hari Kamis sesudah shalat Dhuha sebanyak lima puluh kali, maka ia akan menjadi seorang yang makbul doanya.
—oOo—

28. Al Bashir

Selain mendengar, Allah juga melihat. Al-Bashir, menurut bahasa, artinya mencapai apa-apa yang dapat dilihat dengan pandangan mata. Sedangkan dalam hak Allah SWT adalah suatu ibarat tentang sifat yang dengannya tersingkap kesempurnaan perbedaan segala yang dapat dilihat. Sebab, Allah SWT menyaksikan dan melihat, sehingga tidak terlepas dari-Nya apa-apa yang terpendam di dalam tanah. Penglihatan Allah SWT itu terlepas dari adanya bola mata atau pelupuk mata. Gambaran dan warna-warni tercetak pada Dzat-Nya, sebagaimana tercetak pada mata manusia, tanpa memberikan bekas atau perubahan yang merusak.
Keberuntungan seorang hamba dari ism ini menghendaki dua syarat. Pertama, ia harus mengetahui bahwa Allah SWT telah menciptakan baginya sepasang mata guna melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terdapat di alam semesta ini dan melihat keajaiban-keajaiban keraajaan langit. Ia harus menggunakan pandangannya itu untuk mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya. Kedua, haruslah ia mengetahui pula bahwa ia selalu berada dalam penglihatan Allah SWT. Karena itu ia tidak boleh meremehkan pandangan Allah tersebut. Alangkah lancang dan meruginya orang yang mengetahui bahwa Allah melihatnya, namun dikerjakannya juga perbuatan maksiat. Dan kalau ia mengira bahwa Allah tidak melihatnya, maka alangkah kufurnya ia.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini sesudah mengerjakan shalat Jumat sebanyak seratus kali, niscaya Allah akan membukakan baginya pandangan mata batinnya dan ditunjuki-Nya kepada perkataan dan perbuatan yang baik.
—oOo—

29. Al Hakam

Ism ini berasal dari kata hakama yang menurut bahasa artinya pelaksanaan atau pemenuhan, yang memisahkan antara dua perkara, dan menghalangi atau merintangi. Al-Hakam adalah Hakim yang tidak dapat ditolak ketentuan-Nya dan tidak dapat dikomentari keputusan-Nya dalam memutuskan perkara antara yang hak dan yang batil, yang baik dan yang jahat. Dia memberi ganjaran kepada setiap orang berdasarkan apa yang telah mereka lakukan, dan Dia pulalah yang memisahkan antara makhluk-makhluk-Nya dengan apa yang Dia kehendaki.
Dikatakan bahwa makna Al-Hakam adalah: Yang membedakan antara orang celaka dan orang beruntung, dengan pahala dan siksaan.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan anda menjadi hakim antara hati dan jiwa anda, dengan jalan anda harus memperlakukan antara keduanya dengan adil dan meninggalkan tuntutan dan penyelewengan.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini pada akhir malam dalam keadaan suci dan mengkonsentrasikan pikiran, maka Allah akan menjadikan batinnya sebagai tempat rahasia- rahasia ketuhanan.
—oOo—

30. Al ‘Adl

Kata ini adalah kata dasar, di mana Allah menyifatkan diri-Nya sebagai sifat mubalaghah, yakni bersifat adil yang sempurna. Dia bersih dari sifat aniaya, baik dalam hukum-Nya maupun dalam perbuatan-Nya. Di antara hukum-Nya mengenai hak hamba-hamba-Nya adalah, bahwasanya tidak ada bagi manusia itu kecuali apa yang dia usahakan, dan bahwa hasil dari segala usahanya itu akan dilihatnya. Sesungguhnya orang-orang yang saleh berada di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, dan bahwa orang-orang durhaka akan dimasukkan ke dalam api neraka jahanam.
Keberuntungan seorang hamba beragama dari ism ini adalah percaya bahwa Allah SWT itu sangat adil, yang tidak terbantahkan pengurusan-Nya, hukum-Nya, dan segala af’al-Nya, baik yang sesuai dengan kehendaknya maupun yang tidak sesuai. Sebab, semuanya itu adil. Dia seperti apa yang seharusnya dan atas apa yang seharussnya. Kalau Ia tidak melakukan apa yang telah dilakukan-Nya itu, tentu akan terjadi perkara lain, yang mungkin akan lebih besar mudaratnya.
Berakhlak dengan ism ini menuntut seseorang agar senantiasa adil dalam menghukum, berperilaku, dan berrsikap, dan tidak boleh menganiaya seorang pun.
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism ini pada hari Jumat atau malam Jumat di atas dua puluh iris roti, lalu roti itu dimakannya, maka Allah akan menundukkan seluruh makhluk untuknya.
—oOo—

31. Al Lathif

Ism ini berasal dari kata Al-Luthf yang menurut bahasa berarti: kasih-sayang terhadap hamba. Sedangkan Al Lathif di sini artinya Dzat yang Maha Mengetahui akan perkara-perkara yang halus dan kejadiannya masing-masing, dan yang Maha Mengetahui tentang segala sesuatu secara mendetil.
Dikatakan bahwa Al-Lathif adalah Dzat yang pandangan tercegah dari melihat-Nya, pandangan yang terleepas dari kungkungan tempat, sehingga tidak ada satu pun arah atau ruang yang membatasinya. Dia Mahatinggi dari batasan, sehingga Dia tidak diketahui oleh akal dengan pemahaman dan pikiran. Padahal, walaupun demiikian, Dia berada sangat dekat dengan sesuatu dibandingkan dengan zat sesuatu itu sendiri.
Pendapat lain mengatakan, bahwa Al-Lathif itu ialah Dia yang segera menghilangkan kesusahan ketika turun siksaan.
Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya pada tiap-tiap kedipan mata, Allah mempunyai pandangan kasih-sayang kepada makhluk-Nya.
Ada pula pendapat lain mengatakan, bahwa Al-Lathif berasal dari al luthf, yaitu menyembunyikan suatu perkaara di dalam kebalikannya, seperti Allah telah menyembunyikan kerajaan Nabi Yusuf as. dalam pakaian seorang budak, sehingga dia berkata:
… Sesungguhnya Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki … (QS Yusuf: 100)
Di antara keberuntungan seorang hamba dari sifat ini adalah, hendaklah ia bersikap lemah-lembut terhadap hamba-hamba Allah, dan hendaklah ia bersikap ramah dalam menyeru mereka ke jalan Allah dan memberi petunjuk kepada kebahagiaan akhirat tanpa merendahkan atau bersikap kasar dan tidak pula dengan cara bertengkar. Sebaik-baik bentuk kelembutan adalah menarik hati orang lain dengan muka yang manis dan perbuatan yang baik, sebab cara itu lebih berpengaruh daripada perkataan yang dibuat-buat.
—oOo—

32. Al Khabir

Al Khabir ialah Dzat Yang Maha Mengetahui akan perkara-perkara yang halus. Dia adalah Dzat yang tidak tersembunyi bagi-Nya berita-berita yang batin, dan tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya sesuatu pun di bumi dan di langit, dan tidak bergerak sesuatu benda sekecil atom pun di alam semesta ini dan tidaklah hati bergejolak atau tenteram, melainkan ilmu Allah SWT meliputnya. Dari segi ini ia dapat pula diartikan Al ‘Alim. Namun, ilmu bila ditambah dengan pengetahuan tentang hal-hal yang tersembunyi di batin disebut khabrah, sedangkan yang mempunyai sifat demikian disebut khabir.
Keberuntungan seorang hamba dari sifat ini mengharuskan dia bersikap mengetahui segala yang terjadi di alam semesta dan dalam dirinya, yaitu hati dan badannya. Hendaklah ia berhati-hati dan selalu waspada terhadap segala yang tersembunyi di dalam hatinya, seperti khianat, tipuan, menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan. Yang dimaksud dengan badannya ialah nafsunya. Maka dalam hal ini ia tidak boleh tunduk kepada bisikannya dan tidak boleh condong kepada haawa nafsunya. Itu semua tidak akan diketahui kecuali oleh mereka yang sangat mengenal dirinya dan tipu dayanya, sehingga ia bersiap-sedia untuk melawannya.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan seseorang mencukupkan diri dengan apa-apa yang telah diketahui oleh Allah SWT dan pengetahuan-Nya yang dalam mengenai hamba-hamba-Nya, dan hendaklah ia meninggalkan sifat-sifat riya dan dibuat-buat.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini selama tujuh hari, maka akan datang kepadanya ruhaniah (sebangsa malaikat) yang akan memberitahukan kepadanya berita-berita yang dinginkannya, seperti berita-berita tentang kejadian yang berlangsung pada tahun itu, atau berita tentang raja-raja, atau berita tentang hati dan lain-lain. Barangsiapa berada di dalam kekuasaan orang yang selalu menganiayanya, maka ia harus memperbanyak berzikir dengannya.
—oOo—

33. Al Halim

Al Halim ialah Dzat yang tidak dikobarkan oleh amarah dan kemarahan itu tidak menariknya untuk segera memberikan siksa. Dengan kata lain, Dialah Dzat yang memaafkan orang-orang yang berdosa, sekalipun mereka sebenarnya sudah patut mendapatkan siksaan karena dosanya itu.
Dikatakan, dengan ungkapan lain, bahwa Al-Halim itu ialah Dzat yang menyaksikan perbuatan maksiat yang dilakukan oleh seseorang, dan melihat pelanggaran perintah-Nya, tetapi Dia tidak segera murka, tidak ditimpa kebencian, dan tidak segera membalas walaupun Dia sangat mampu untuk melakukan itu. Allah SWT memuji diri-Nya dengan firman-Nya,
Dan sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan apa yang ia perbuat, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun ...” (QS. Fathir: 45)
Rasulullah saw. telah menjelaskan puncak sifat halim ini dalam sabdanya yang berbunyi:
Tidak ada sesuatu pun yang lebih sabar terhadap gangguan melebihi apa yang didengar oleh Allah. Orang-orang kafir ilu menuduh bahwa Dia mempunyai anak, namun Dia tetap memberikan kesejahteraan dan rezeki kepada mereka.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan seseorang bersikap sabar dan suka memaafkan kesalahan orang lain, dan membalas kejahatan dengan kebaikan, sesuai dengan sifat halim yang ada pada Allah SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism ini pada secarik kertas, lalu dihapusnya dengan air dan disapukannya pada alat tukangnya, maka akan tampaklah padanya keberkatan. Dia jika disapukan pada sebuah kapal, maka kapal tersebut akan terhindar dari bahaya tenggelam dan dari segala marabahaya.
—oOo—

34. Al ‘Azhim

Al ‘Azhim ialah Dzat yang mencapai tingkatan yang paling puncak dari sifat agung, sehingga tidak bisa dibayangkan oleh akal dan tidak bisa diliput oleh mata batin. Atau, Dialah yang memiliki ketinggian, kemuliaan, dan kekuasaan; yang tidak membutuhkan pembantu dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Dia adalah Dzat Yang Mahabesar secara mutlak, lahir dan batin. Dan yang batin lebih berhak dengan sifat keagungan itu sebagaimaana telah disebutkan penjelasannya ketika membicarakan tentang ism Al-Mutakabbir. Karena itulah ia dikaitkan dengan izar (sarung) pada hadis qudsi yang berbunyi:
Sifat sombong itu adalah selendang-Ku dan sifat agung itu adalah sarung-Ku. Maka barangsiapa mencabut keduanya dari-Ku, niscaya akan Aku perkarakan dan Aku tidak peduli.”
Imam Al-Ghazali berkata: “Ketahuilah, bahwa ism Al-’Azhim itu pada permulaan sifatnya ditujukan kepada tubuh, misalnya dalam kalimat: hadza jismun ‘azhim (“tubuh ini besar”) dan hadza jismun a ‘zham (“tubuh ini lebih besar”). Unta, misalnya, adalah makhluk yang besar, sedangkan gajah makhluk yang lebih besar. Tetapi keduanya merupakan benda yang dapat dilihat. Kalau kita kataakan: ‘Langit dan bumi itu besar, keduanya lebih besar daripada unta dan gajah, dan keduanya tidak dapat diliputi oleh pandangan, namun akal terkadang dapat memahami keadaan keduanya. Adapun Allah SWT tidaklah dibatasi oleh tubuh dan tidak ada sesuatu pun yang lebih besar daripada-Nya, dan Dia tidak bisa diliputi oleh pandangan, dan tidak bisa dipahami dan dibayangkan oleh akal. Dia benar-benar Mahabesar; akal dan pikiran tidak mampu mendapatkan hakikat-Nya. Karena itu, Dia adalah Dzat Yang Mahabesar secara mutlak, yang melampaui batas-batas akal pikiran.”
Beribadat dengan ism ini menuntut seseorang bersikap menghinakan diri dan merasa butuh kepada Allah SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sebanyak dua belas kali, niscaya ia akan selamat dari segala sesuatu.
—oOo—

35. Al Ghafur

Dia adalah Dzat yang banyak memberikan ampunan dan merahasiakan. Ism ini sama maknanya dengan ism Allah lainnya, yaitu Al-Ghaffar, namun ia memberitakan tentang jenis mubalaghah yang tidak diberitakan oleh Al-Ghaffar. Sebab Al-Ghafur memberitakan tentang mubalaghah yang muncul dari tambahan ampunan yang berulang-ulang. Dia adalah Ghafur dalam arti bahwa Dia memiliki sifat pengampun yang sempurna hingga mencapai puncakknya. Mubalaghah yang dapat dipahami dari Al-Ghaffar adalah menurut jumlah, sedangkan mubalaghah yang dipaahami dari Al-Ghafur itu menurut keadaan.
Berakhlak dengan ism ini menuntut seseorang untuk senantiasa meminta pengampunan dan memaafkan kesalahan orang lain. Inilah kunci ampunan dari Allah SWT, seperti yang difirmankan-Nya di dalam surah An-Nur yang berbunyi:
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? ..” (QS An Nur: 22)
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism ini diatas orang yang sakit demam, niscaya akan sembuh. Dan barangsiapa menuliskan Sayyidul Istighfar lalu dihapusnya dengan air dan diminumkannya kepada orang yang sedang kesulitan dalam menghadapi ajal sehingga lidahnya sulit mengucapkan kata-kata, maka akan menjadi mudahlah saat sakaratul maut orang yang bersangkutan. Ia telah dicoba oleh banyak orang dan berhasil dengan baik.
—oOo—

36. Asy Syakur

Dia adalah Dzat yang banyak memberi atas amal yang sedikit. Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa makna Asy-Syakur adalah: Yang banyak memuji hamba-Nya dengan menyebutkan perbuatan taatnya.
Hakikat syukur pada seorang hamba adalah perasaan hati yang senang terhadap Yang Memberi Nikmat, sehingga rasa syukur itu melampaui anggota tubuhnya, maka anggota tubuh itu pun lalu dipergunakan untuk berkhidmat kepada Yang Memberi Nikmat tersebut.
Ada pula pendapat lain yang mengatakan, bahwa maksud ism ini adalah: Dialah Dzat yang membalas amalan yang sedikit dengan derajat yang tinggi. Dia memberikan ganjaran terhadap amal yang dilakukan seorang hamba, selama hidupnya yang singkat di dunia ini, dengan kenikmatan akhirat yang tak terbatas. Jadi, siapa yang membalas kebaikan dengan balasan yang berlipat ganda, maka dikatakan bahwa ia telah mensyukuri nikmat tersebut. Dan siapa yang memuji orang yang berbuat baik, maka dikatakan juga ia telah mensyukurinya.
Di antara keberuntungan seorang hamba dari ism ini diisyaratkan agar ia bersikap syukur terhadap hamba-hamba Allah atas perbuatan baik yang telah mereka lakukan kepadanya, atau membalas segala kebaikan mereka itu dengan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka lakukan. Inilah suatu sifat atau perangai yang sangat terpuji. Karena itulah Rasulullah saw. telah bersabda:
Barangsiapa tidak berterima kasih kepada orang lain, maka ia juga tidak bersyukur kepada Allah.

Adapun syukur seorang hamba kepada Allah itu adalah dengan menyadari nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan-Nya kepadanya, dan tidaklah mempergunakan segala nikmat itu untuk melakukan perbuatan durhaka kepada-Nya, tetapi ia gunakan untuk berbuat taat kepada-Nya, dan itu berkat taufik dan kemudahan dari Allah semata. Dan juga hendaklah ia selalu meuji Allah dengan cara yang ia kuasai, sekalipun hal itu sulit bagi dirinya kecuali dengan taufik dari Allah SWT.
Di antara puji-pujian yang baik kepada Allah SWT itu adalah seperti yang disebutkan di dalam Wirid as Sattar oleh Sayyid Yahya Al-Bakuni, yang antara lain berrbunyi:
Tidak kuasa aku menyampaikan pujian kepada-Mu, seperti apa yang Engkau pujikan atas diri-Mu.
Alangkah manisnya perkataan ini, seolah-olah ia hendak menyatakan bahwa pujian yang pantas kepada Allah itu bukan merupakan kemampuan seorang manusia. Karena itulah ia biarkan pujian itu bagi yang mampu melakukannya, yaitu Allah sendiri. Inilah ungkapan yang paling sempurna.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki seseorang menjadi hamba yang bersyukur terhadap semua nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, sesuai deengan cara yang diridhai oleh-Nya, dan dianugerahkan Allah kepadanya dengan perantaraan orang lain, dengan jalan membesarkan yang sedikit dan mambalasnya.
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskannya pada penderita sesak nafas atau merasa letih badannya, kemudian tulisan itu dihapus dengan air dan diminum dan digunakan untuk mengusap badannya, niscaya dengan izin Allah SWT akan disembuhkan dari penyakitnya.

37. Al ‘Aliy

Ini adalah ungkapan yang paling sempurna dalam menunjukkan ketinggian tingkat tanpa ujung. Tidak ada sesuatu pun kecuali dia berada dalam liputan Allah SWT. Ungkapan ini dapat pula diartikan sebagai Dzat Yang Mahatinggi dari sekutu dan lawan. Dengan kata lain, tidak ada tingkatan lain di atas tingkatan-Nya, dan semua tingkatan diliputi oleh-Nya.
Keberuntungan seorang hamba dari ism ini mengharuskan ia membayangkan bahwa Allah mempunyai ketinggian yang mutlak. Karena, dalam kenyataan, tidaklah ia mencapai suatu derajat kecuali ada pula derajat lain yang lebih tinggi darinya, yaitu derajat para nabi dan malaikat. Jadi, tidak ada yang lebih tinggi kecuali ada pula yang lebih tinggi lagi darinya. Contohnya, ketika Nabi Musa as. bertanya kepada Allah, “Adakah orang yang lebih alim dariku?” Maka dijawab oleh Allah: “Ada, yaitu wali kami, Khidhir.” Itulah yang disebutkan dalam kisah yang masyhur di dalam Alquran tersebut.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda condong kepada semua perkara yang luhur dan menjauhkan diri dari semua perkara yang rendah (buruk, hina). Dikatakan bahwa sesungguhnya Allah itu menyukai semua perkara yang luhur dan membenci semua perkara yang buruk. Dan disebutkan dari Imam Ali karramalahu wajhah: “Ketinggian kemauan itu termasuk sebagian dari iman.”
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism ini atas seorang anak kecil, maka Allah SWT akan menyampaikannya kepada tingkat dewasanya, jika dituliskan pada seorang bujang, maka ia akan dikumpulkan dengan keinginannya, dan kalau dituliskan pada seorang yang miskin, maka ia akan mendapatkan kekayaan berkat karunia Allah SWT.
—oOo—

38. Al Kabir

Al Kabir artinya Yang Mahabesar dalam segala sesuatu, sebab Dia Azali (kekal adanya, tanpa permulaan) dan Mahakaya secara mutlak. Atau, Dia Mahabesar dalam penglihatan indera dan pencapaian akal.
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali berkata: “Al-Kabir itu ialah yang mempunyai al-kibriya‘ (keangkuhan dan kesombongan), sedangkan kibriya‘ itu merupakan ibarat (ungkapan) dari kesempurnaan Dzat. Arti kesempurnaan Dzat itu adalah kesempurnaan wujud, dan kesempurnaan wujud itu kembali kepada dua perkara: Pertama, kekekalan-Nya yang abadi, sedangkan seluruh makhluk terputus dengan sifat ketiadaan, baik yang terjadi sebelumnya maupun sesudahnya; maka ini adalah suatu sifat kekurangan. Begitu juga dikatakan kepada orang yang lanjut umurnya: Huwa kabirussinn (Ia panjang usia). Kata kabir ini dipergunakan bagi sesuatu yang tidak dapat dipakai kata ‘azhim. Kedua, keberadaan-Nya adalah keberadaan (wujud) yang tidak berpermulaan dari sesuatu, yang menjadi sebab wujudnya segala yang ada. Jika sesuatu yang sempurna keberadaannya dalam dirinya disebut sempurna dan besar, maka keberadaan semua yang maujud yang berasal dari-Nya itu adalah lebih patut disebut sempurna dan besar.”
Kabir (besar) pada hak seorang hamba adalah orang yang sempurna, yang sifat-sifat sempurnanya itu tidak hanya terbatas pada dirinya saja, melainkan juga menjalar kepada orang lain. Tidaklah seseorang duduk-duduk bersamanya, melainkan akan memperoleh sebagian dari kesempurnaannya itu. Kesempurnaan seorang hamba adalah pada akalnya, wara‘ (memelihara diri dari perbuatan jahat)nya, dan pada ilmunya. Jadi, orang besar diantara hamba-hamba Allah ialah orang yang berilmu, bertakwa, dan menjadi mursyid (pemberi tuntunan) kepada makhluk, serta saleh, dengan menjadi suri teladan bagi orang lain, yang dapat dipetik cahaya dan ilmu darinya. Barangsiapa mengenal kebesaran dan ketinggian Tuhannya, maka ia tentu akan merendahkan dan menghunakan diri dihadapan hamba-hamba-Nya yang saleh.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat untuk membuka pintu ilmu pengetaahuan dan makrifat bagi orang yang banyak berzikir dengannya. Barangsiapa mempunyai banyak utang, kemudian ia memperbanyak membaca ism ini, niscaya Allah akan melunaskan utang-utangnya itu. Dan barangsiapa diturunkan dari pangkatnya, lalu ia membaca ism ini sebanyak seribu kali selama tujuh hari, dengan berpuasa, niscaya ia akan kembali kepada pangkatnya semula.
—oOo—

39. Al Hafizh

Al Hafizh ialah Dzat yang memelihara segala sesuatu dari kemusnahan dan kerusakan, dan memelihara amal perbuatan hamba-hamba-Nya sampai akhirnya diberinya ganjaran dengan karunia dan anugerah-Nya. Dalam arti lain, Al-Hafizh itu ialah Dzat yang memelihara makhluk dari semua bencana di dunia dan di akhirat.
Dikatakan pula bahwa makna Al-Hafizh ialah Yang Maha Memelihara. Ini tidak dapat dipahami kecuali dari tiga aspek:
Pertama, mengabadikan dan mengekalkan keberadaaan segala yang ada-lawannya adalah melenyapkan. Allah SWT ialah Dzat yang memelihara langit, bumi, malaikat dan makhluk-makhluk lainnya yang panjang masa hidupnya; atau manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang tidak panjang masa hidupnya.
Kedua, Al-Hafizh mempunyai makna memelihara yang lebih nyata. Yaitu memelihara antara dua sifat yang saling bertentangan. Sifat yang bertentangan dan bertolak be1akang itu tampak jelas, seperti panas dan dingin yang satu me1awan yang lain. Demikian juga antara sifat kering dan lembab, dan semua tubuh yang berasal dari tanah yang terbentuk dari asal yang bertentangan ini. Sebab, hewan mesti memerlukan panas alami, yang seandainya tidak ada, tentu kehidupannya akan rusak, seperti darah dan lain-lain. Selain itu ia juga memerlukan sifat kering yang dengannya seluruh anggota tubuhnya saling mengikat, khususnya anggota tubuh yang keras. Tubuh juga memerlukan sifat dingin supaya ia tidak terbakar, dan supaya zat-zat di dalam tubuh menjadi normal. Allah telah menghimpunkan semua unsur yang saling bertentangan ini di dalam tubuh manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan seluruh makhluk. Kalau Allah, tidak memeliharanya, tentulah semua sifat yang saling bertolak belakang itu menjadi berjauhan dan akan kacaulah campurannya.
Ketiga, mulurnya sesuatu yang bertolak belakang itu dengan apa yang mengembalikan kekuatan guna menjamin tetapnya segala yang maujud. Misalnya, sifat panas itu melenyapkan dan mengeringkan sifat lembab. Jika sifat lembab itu kalah, maka akan menjadi lemahlah tubuh dan ia lalu menuntut pelembab, seperti air atau lainnnya, guna mengembalikan keseimbangan keduanya. Demikianlah keadaan semua sifat yang bertolak belakang itu. Ini merupakan sebab-sebab yang telah disiapkan oleh Sang Pencipta guna memelihara segala bentuk kehidupan yang ada dari kebinasaan. Terkadang kebinasaan itu berrasal dari sebab-sebab khusus, seperti diserang oleh binatang buas atau musuh bebuyutan. Maka Allah memelihara dari hal-hal itu dengan menciptakan baginya suatu alat bela diri, seperti cakar, kekuatan, dan siasat. Kalau bukan karena itu, niscaya makhluk-makhluk itu tidak akan mampu membela dirinya sehingga akan binasa dan musnahlah ia. Pembicaraan tentang uraian pemeliharaan Allah atas langit dan bumi ini sebenarnya sangat panjang seperti halnya semua perbuatan Allah, yang dengannya dapat dipahami makna ism ini; bukan dengan mengambil dari asal bahasanya, namun dengan tadabbur (merenunggkan) dan musyahadah (menyaksikan).
Keberuntungan seorang hamba dari ism ini mensyaratkan agar ia memelihara anggota tubuh dan hatinya serta memelihara agamanya dari pengaruh marah, cengkeraman syahwat, serta tipuan nafsu dan tipu daya setan.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengannya atau menuliskannya dan membawanya di tempat yang menakutkan, maka ia akan selamat, sekalipun ia tidur di tempat binatang buas.
—oOo—

40. Al Muqit

Dia adalah Pencipta makanan jasmani dan ruhani, dan Dia pulalah yang memberikan kepada semua yang maujud makanan yang mencukupi berupa makanan fisik (sesuatu yang dapat dicapai dengan indera) dan maknawi (sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan indera). Makanan hewan bersifat materi yang sesuai dengannya, dan makanan jiwa adalah ilmu pengetahuan; sedangkan makanan malaikat adalah taat.
Al Muqit artinya sama dengan Ar Razzaq, namun ia lebih khusus. Sebab, rezeki itu bisa mencakup makanan atau lainnya, sedangkan Al-Muqit itu adalah yang berrtanggung jawab atas sesuatu dengan kekuasaan dan ilmu.
Allah SWT berfirman yang artinya :
… Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’: 85)
Yakni, Yang Mahakuasa secara mutlak. Jadi, maknanya kembali kepada kekuasaan dan ilmu. Atas dasar itulah Al-Muqit merupakan ism dari sifat yang tidak menunjukkan kekuasaan saja atau ilmu saja, tetapi ia menunjukkan terkumpulnya dua arti tersebut.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda tidak meminta semua keperluan Anda selain kepada Allah SWT, sebab perbendaharaan rezeki itu berada di tangan-Nya. Dalam salah satu hadis qudsi, Allah SWT berfirman yang artinya: “Wahai Musa, mintalah kepada-Ku apa saja, sekalipun hanya tali sandalmu atau garam dapurmu!”
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism ini atau membacakannya ke atas tanah, lalu tanah itu dibasahinya dan kemudian diciumnya, niscaya Allah akan menguatkannya dalam menahan lapar.
—oOo—

41. Al Hasib

Al Hasib sama dengan Al-Kafiy, artinya Yang Mencukupi; berasal dari kata ahsabani atau kafani, dan hasbiyallah atau kafaini. Dia adalah Dzat yang meng-hisab makhluk di hari kiamat kelak. Imam Al-Ghazali berpendapat, bahwa Al Hasib itu berasal dari kata hasiba yang artinya “terhormat dan sempurna.” Pendapat lain mengatakan, bahwa al hasbu itu adalah al-iktifa‘, artinya bahwa Al-Hasib ialah Dzat Yang Memberikan segala kebutuhan hamba-hamba-Nya. Dan ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ism itu berasal dari kata al-ihsha’, yaitu yang meng-hisab segala amal perbuatan hamba-hamba-Nya menurut kelompoknya masing-masing. Orang-orang kafir dijadikan-Nya meng-hisab diri mereka sendiri, lalu mereka memutuskan atas diri mereka hukuman neraka, kemudian mereka pun memasukinya. Ahli iman dan kamal (orang sempurna) di-hisab oleh para malaikat, disaksikan oleh orang banyak dengan teliti, guna menampakkan keutamaan mereka agar menjadi hujjah atas orang selain mereka. Sedangkan kebanyakan kaum mukminin yang berhak mendapat siksa, Allah meletakkan tangan-Nya atas mereka lalu mereka mengakui dosa-dosa yang telah mereka perbuat, kemudiian Allah mencerca mereka atau menyiksa mereka dan setelah itu mengampuni mereka. ltulah hisab (perhitungan) sesuai dengan kehendak Allah SWT, sehingga dengan demikian perhitungan itu berjalan dengan cepat.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa semua makhluk itu di-hisab pada waktu yang sama; Mahasuci Allah yang memiliki kekuasaan atas hal itu. Dia berfirman:
“… Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.” (QS. Al-An’am: 62)
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan agar Anda takut kepada Allah SWT, serta mengharapkan dan menggagungkan-Nya.
Khasiatnya
Barangsiapa takut dikalahkan oleh temannya, maka ia harus membaca ism ini setiap hari sebelum matahari terbit dan sesudah matahari tenggelam sebanyak 27 kali. Maka sebelum satu minggu, Allah sudah menyelamatkannya dari rasa takutnya itu. Membaca ism ini hendaklah dimulai dari hari Kamis.
—oOo—

42. Al Jalil

Ar-Razi ra. berkata: “Perbedaan antara Al-Jalil, Al-Kabir dan Al-Azhim adalah, bahwa Al-Kabir artinya Yang Sempurna di dalam Dzat;Al-Jalil artinya Yang Sempurna di dalam sifat; dan Al-Azhim artinya Yang Sempurna di dalam keduanya.”
Jadi Al-Jalil ialah Dzat Yang Mahabesar keadaan-Nya, dan tampak nyata urusan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang menandingi Dzat, Sifat, dan perbuatan-Nya. Dialah yang mempunyai sifat Jalal (kebesaran). Dan sifat Jalal itu ialah Al-Ghaniy, Al-Malik, Al-Quddus, Al-Alim, Al-Qadir, dan lain-lain sifat yang telah kami sebutkan. Yang mengumpulkan semua sifat ini adalah Al-Jalil yang mutlak, yaitu Allah SWT. Sebab, semua keelokan, kesempurnaan, dan kebaikan yang ada di alam ini semua berasal dari cahaya Dzat-Nya dan bekas-bekas sifat-Nya. Tidak ada maujud yang memiliki kesempurnaan secara mutlak kecuali Allah. Karena itulah, orang yang mengenal-Nya dan yang memandang keelokan-Nya mendapatkan perasaan senang, lezat, dan gembira, yang menjadi sebab mereka berhak mendapatkan surga. Jika Dia telah pasti sebagai Dzat yang Jalil dan Jamil, maka semua yang indah itu tentu dicintai dan dirindukan oleh mereka yang memahami keindahannya. Karena itulah, Allah juga dicintai dan dirindukan, tetapi oleh orang-orang arif; sebagaimaana gambar dicintai oleh orang-orang yang melek, bukan oleh orang-orang yang buta.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini atau menuliskannya pada sehelai kertas dengan tinta misik dan za’faran, lalu dibawanya, maka Allah akan memberikan kewibawaan dan kebesaran kepada-Nya.
—oOo—

43. Al Karim

Al Karim ialah Dzat yang banyak memberi dan berbuat baik tanpa diminta. Berbeda dengan As-Sakhiy (dermawan) yang suka memberi karena diminta. Atas dasar inilah, Allah memberikan nama-Nya dengan Al-Karim, bukan As-Sakhiy.
Ada pendapat lain mengatakan, bahwa Al-Karim artinya ialah jika mampu membalas, ia justru memaafkan; jika berjanji, ia menepati; dan jika memberi, ia melebihi apa yang diharapkan, tidak peduli berapa banyak ia memberi dan kepada siapa ia memberi. Jika timbul kebutuhan kepada selainnya, ia tidak rela. Dia tidak menyia-nyiakan orang yang berlindung atau menyerahkan diri kepadanya, dan dicukupkannya orang itu dari perantara dan pembela lain. Tidak ada yang memiliki sifat-sifat ini selain Allah SWT.
Ibnu ‘Atha berkata: “Al-Karim ialah Dzat yang tidak dilampaui oleh harapan.”
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda menjadikan seluruh anggota tubuh Anda sebagai wakaf kepada-Nya, wajah Anda menghadap kepada-Nya, dan kemauan Anda tertuju kepada-Nya.
Khasiatnya
Barangsiapa memperbanyak zikir dengan ism ini ketika hendak tidur dan dilakukan secara rutin, maka Allah akan menanamkan sifat karim ke dalam hati orang-orang arif.
—oOo—

44. Ar Raqib

Ar Raqib ialah Dzat yang senantiasa mengawasi dan memperhatikan segala sesuatu, sehingga tidak satu benda sekecil atom pun yang berada di padang sahara, di langit atau di bumi, yang luput dari-Nya. Dan dalam pengawasan-Nya itu, Dia tidak ditimpa oleh perasaan ngantuk atau tertidur.
Dikatakan bahwa makna Ar-Raqib adalah Al-Alim (Yang Maha Mengetahui) dan Al-Hafizh (Yang Maha Memelihara). Jadi, barangsiapa menjaga sesuatu sehingga tidak terlupakan olehnya, dan selalu mengawasinya, maka ia disebut Raqib. Seorang hamba wajib mengetahui bahwa Allah-lah yang menjaga dan mengawasinya dan segala sesuatu. Dan harus diketahuinya pula bahwa nafsunya itu adalah musuhnya, setan itu musuhnya, dan bahwa keduanya senantiasa mencari-cari kesempatan untuk menyeretnya kepada kelalaian dan pembangkangan, sehingga ia harus selalu berhati-hati dan bersikap waspada terhadap keduanya, yaitu dengan jalan mengenal tipu daya mereka dan tempat-tempat keluar mereka, supaya ia dapat menutup jalan bagi mereka.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda bersikap sesuai dengan sifat ini, yaitu selalu waspada dan mengawasi gerak-gerik nafsu Anda.
Khasiatnya
Barangsiapa merasa khawatir terhadap janin yang dikandung oleh seorang ibu dari bahaya keguguran, maka henndaklah dibacakannya ke atas perut si ibu ism ini sebanyak 7 kali. Maka, insya Allah, si ibu akan terhindar dari keguguran. Dan barangsiapa hendak berlayar, dan ia merasa khawatir bahwa di antara keluarga yang ditinggalkannya ada yang berbuat tidak senonoh, maka hendaklah dibacakan ism ini 7 kali sambil memegang tengkuk mereka. Insya Allah apa yang dikhawatirkannya itu tidak akan terjadi.
—oOo—

45. Al Mujib

Al Mujib ialah Dzat yang memperkenankan orang berdoa kepada-Nya. Sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya:
“… Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu!…” (QS. Al-Mu’min: 60)
Dia memenuhi permintaan orang yang meminta yang sesuai dengan keutamaan-Nya. Dia berikan kehendak orang itu atau yang lebih baik darinya untuk masa sekarang atau yang akan datang. Allah SWT menghadapi permintaan orang yang meminta dengan memenuhinya, dan menghadapi doa orang yang memohon dengan mengabulkannya, dan menghadapi kesulitan orang-orang yang sengsara dengan mencukupinya. Bahkan Dia memmberi kenikmatan sebelum diminta, dan mengkaruniai sebelum doa. Hanya Dia sajalah yang Maha Mengetahui kebutuhan orang-orang yang membutuhkan sebelum mereka menyatakan permintaan mereka. Dia telah mengetahui di alam azali-Nya, sehingga disiapkan-Nyalah sebab-sebabnya dan diatur-Nyalah cara-cara untuk mencapainya.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan seorang hamba menyambut segala yang diperintahkan Tuhannnya, segala yang dilarang-Nya, segala yang disunnahkannNya, dan segala yang diserukan-Nya. Dan hendaklah pula ia menyambut hamba-hamba-Nya dengan memenuhi seemua permintaan orang-orang yang meminta sesuai kemampuannya, dari semua yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Dan hendaklah menolaknya dengan kata-kata halus, bila ia tidak mampu memenuhinya. Dalam kaitan ini Allah berfirman yang artinya:
Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya.” (QS. Adh-Dhuha: 10)
Dan Nabi saw. bersabda:
Seandainya aku diundang ke jamuan makan yang disuguhi kaki kambing, tentu aku akan menghadirinya; dan seandainya aku diberi hadiah kaki depan kambing, tentu akan aku terima.
Kesediaan beliau untuk menghadiri jamuan yang hanya menyediakan makanan kaki kambing, dan kesediaan beliau untuk menerima hadiah kaki kambing itu merupakan puncak dari pemuliaan dan pemenuhan. Berapa banyak orang yang angkuh, enggan menerima hadiah, dan tidak semua undangan ia hadiri. Ini semua adalah akibat kesombongan dan kecongkakannya, tanpa mempedulikan betapa sakit hati orang yang menerima penolakannya itu. Orang yang memiliki sifat demikian, tidak ada bagian apa pun untuknya dari ism yang mulia ini. Dan wajib atas seorang hamba untuk tidak menganggap besar segala yang dimintanya dari Allah itu, dan tidak bosan pula untuk memperbanyak doa, sebab Allah SWT Mahabesar dan Maha Pemurah.
Rasulullah saw. bersabda:
Berdoalah kepada Allah dan yakinlah bahwa doamu itu akan diperkenankan.

Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini secara rutin, maka apa yang dimintanya akan diberikan oleh Allah.

46. Al-Wasi’

Al Wasi’ artinya ialah Dzat yang meliputi segala sesuatu dengan ilmu-Nya, atau Dzat Yang Maha Pemurah yang rahmat-Nya menyeluruh kepada orang mukmin dan orang kafir, kepada orang bakti dan orang durhaka. Atau, Dzat yang tak habis-habisnya bukti-Nya, tak berakhir keekuasaan-Nya, dan tak terbatas Dzat, asma, dan sifat-Nya.
Al-Wasi’ berasal dari kata as-sa’ah (luas). Dan kata as-sa’ah itu terkadang disandarkan pada kata ilmu, jika ia menjadi luas dan meliputi dengan pengetahuan yang banyak. Dan terkadang disandarkan pada sifat baik dan menyebarkan kenikmatan. Jadi, Yang Mahaluas secara mutlak itu hanyalah Allah SWT, sebab jika dilihat ilmu-Nya, maka tidak ada tepi bagi lautan ilmu-Nya; dan jika dilihat kebaikan dan kenikmatan-Nya, maka tidak ada habisnya. Semua yang luas itu, betapapun besarnya, tetap akan berakhir di ujungnya. Yang tidak berakhir, dialah yang pantas disebut luas, dan Allah SWT, seperti yang telah kami katakan, adalah Dzat Yang Mahaluas secara mutlak. Luas seorang hamba adalah di dalam pengetahuan dan akhlaknya. Jika ilmunya banyak, maka ia disebut luas sesuai dengan luas ilmunya itu. Dan jika luas (lapang) akhlaknya sehingga tidak disempitkan oleh rasa takut miskin, dendam karena iri, rakus yang sangat dan sifat-sifat tercela lainnya, maka ia disebut luas (lapang). Namun ini semua ada ujungnya. Sedangkan yang luas tanpa ujung hanyalah Allah SWT semata.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda bersikap lapang dalam akhlak dan kasih-sayang terhadap hamba-hamba Allah dalam setiap keadaan.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat mendatangkan kelapangan dan kedudukan, lapang dada dan terhindarnya ia dari sifat dendam dan tamak, serta mendatangkan sifat qana’ah (nrimo) bagi orang yang berzikir dengannya.
—oOo—

47. Al Hakim

Ism ini berasal dari kata al-hikmah yang merupakan kesempurnaan ilmu dan kebaikan perbuatan. Atau, pengetahuan tentang sesuatu yang paling utama dengan ilmu yang paling utama. Jika kita telah mengetahui bahwa ilmu Allah itu meliputi dan maha-luas, tidak ada batas dan ujungnya, maka hanya Allah sajalah yang Hakim sebenarnya, sebab Dia mengetahui sesuatu yang paling besar dengan ilmu yang paling banyak. Ilmu-Nya azali (tak ada permulaan), da’im (tak ada penghabisan), tidak bisa lenyap dan tidak ditimpa kerahasiaan dan kesamaran.
Terkadang kepada orang yang bagus buatannya dikatakan: Shana’aha hakim (dibuat oleh ahli). Padahal bantuan yang diperolehnya tidak lain adalah berasal dari Allah jua, yang merupakan Sang Hakim yang sebenarnya.
Barangsiapa mengetahui segala sesuatu dan tidak mengenal Allah SWT, maka dia tidak berhak disebut hakim, sebab dia tidak mengetahui sesuatu yang paling mulia dan paling utama.
Perbandingan hikmah seorang hamba dengan hikmah Allah itu adalah seperti perbandingan ma’rifah-nya terhadap dirinya dengan ma’rifat Allah terhadap Dzat-Nya. Sungguh jauh sekali perbedaan keduanya itu.
Berkaitan dengan hikmah ini, baiklah kami kemukakan beberapa di antaranya:
Pertama, sabda penghulu para Nabi saw.:
Raja dari segala hikmat itu adalah rasa takut kepada Allah.
Kedua:
Orang cerdas ialah mereka yang memperbudak nafsunya dan beramal untuk kehidupan sesudah matinya. Sedangkan orang yang lemah itu ialah mereka yang menurutkan hawa nafiunya dan berangan-angan mendapatkan ampunan Allah.
Ketiga:
Sesuatu yang sedikit tetapi mencukupi itu lebih baik daripada sesuatu yang banyak tetapi melalaikan.
Keempat:
Barangsiapa bangun di pagi hari dalam keadaan sehat badannya, selamat hatinya, mempunyai makanan untuk hari itu, seolah-olah dihaturkan dunia dengan segenap isinya kepadanya.
Kelima:
Jadil.ah orang yang wara’ (yang menjaga diri dari perbuatan tak berguna), maka Anda akan menjadi orang yang paling ‘abid. Dan jadilah orang yang qana’ah (nrimo), niscaya Anda akan menjadi orang yang paling bersyukur.
Keenam:
Rencana itu berkaitan dengan omongan.
Ketujuh:
Di antara bagusnya Islam seseorang itu adalah ditinggallkannya apa-apa yang tak berguna kepada yang berguna.
Kedelapan:
Sifat qana’ah (nrimo) itu adalah harta yang tak habis-habisnya.
Kesembilan:
Sabar itu separuh dari iman, dan yakin itu iman seluruhhnya.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda bertindak sempurna dalam semua amal saleh, yaitu selalu berada dalam keadaan yang diridhai yang asasnya adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Khasiatnya
Barangsiapa membanyakkan dzikir dengan ism ini, niscaaya Allah akan memalingkan darinya apa-apa yang membahayakan dirinya dan akan membukakan baginya pintu hikmah.

48. Al Wadud

Al Wadud berasal dari al-wudd, yaitu al-hubb, artinya “Cinta,” maksudnya adalah cinta kepada kaum mukminin atau dicintai oleh mereka.
Al-Baihaqi berkata: “Al-Wadud bagi orang taat kepada-Nya artinya Yang Ridha terhadap mereka dan Memuji amal perbuatan mereka.” Atau seperti makna wudd dalam firman Allah yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)
Dikatakan bahwa Al-Wadud itu ialah Dzat yang banyak berbuat kebaikan kepada orang yang dicintai-Nya dengan perbuatan taat.
Imam Al-Ghazali berkata, bahwasanya kata WadUd itu lebih mendekati makna rahmat, tetapi rahmat menyandarkan kebaikan kepada orang yang dikasihani, sedangkan orang yang dikasihani ialah orang yang membutuhkan dan orang yang kesulitan. Perbuatan Ar-Rahim itu mensyaratkan orang yang dikasihani itu lemah, sedangkan perbuatan Al-Wadud itu tidak demikian. Sebab, rahmat yang diberikan Allah kepada siapa yang dikehenndaki-Nya, termasuk di dalamnya orang mukmin, orang durhaka, orang kuat dan orang lemah. Tetapi kasih sayang-Nya khusus bagi orang-orang mukmin, sebab mereeka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah dan merekalah orang-orang yang khusus mendapatkan kasih saayang-Nya sebagai tambahan dari rahmat yang telah mereka peroleh.
Sedangkan hamba-hamba Allah yang bersifat kasih itu ialah mereka yang menghendaki untuk orang lain seperti apa ia kehendaki untuk dirinya sendiri. Dan yang lebih tinggi dari itu ialah mereka yang mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri, seperti perkataan salah seorang dari mereka:
“Aku ingin menjadi sebuah jembatan yang melintasi neraka agar semua makhluk lewat di atasku.”
Ketika Rasulullah saw. mengalami luka-luka dalam peperangan Uhud hingga giginya ada yang patah dan pipinya berdarah, beliau berkata: “Ya Allah, tunjukilah kaumku, sebab mereka tidak mengetahui!”
Perbuatan mereka yang buruk itu tidak menghalangi beliau untuk mendoakan mereka.
Begitu pula seperti yang dikatakan oleh Rasulullah saw. kepada Imam ‘Ali r.a.:
Jika engkau hendak mendahului orang-orang muqarrabin itu, maka hubungilah orang yang memutuskan hubungan denganmu, berilah kepada orang yang tidak memberi kepadamu, dan maafkanlah orang yang telah menganiayamu!
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini seribu kali, niscaya Allah akan mencintainya. Karena itulah para guru tarekat sering menganjurkan murid-muridnya agar berzikir dengan ism ini.
—oOo—

49. Al Majiid

Al-Majiid ialah Dzat yang sangat sempurna kemuliaan-Nya, atau Yang Mahatinggi, lagi Mahabesar kekuasaan-Nya, atau Yang Mahabanyak pemberian-Nya. Kemuliaan dzat, bila digabungkan dengan kebaikan perbuatan, maaka disebutlah ia sebagai majd.
Al-Majiid itu lebih menunjukkan kepada mubalaghah, dan seakan-akan ia menghimpunkan ism Al Jalil, Al Wahhab, dan Al Karim yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda bersikap terhormat dalam setiap tindak-tanduk Anda disertai dengan adab.
Khasiatnya
Jika seseorang yang menderita penyakit belang berpuasa pada tiap-tiap ‘ayyamulbaidh‘ (tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijri), dan membaca ism ini sebanyak-banyaknya pada tiap-tiap waktu berbuka, insya Allah ia akan sembuh dari penyakitnya, baik dengan sebab maupun tanpa sebab.
—oOo—

50. Al Ba’its

Dia adalah Dzat yang mengutus para rasul kepada umat manusia, yang membangkitkan kemauan (cita-cita) untuk naik setingkat demi setingkat di dalam medan tauhid, dan yang membangkitkan orang-orang yang ada di dalam kubur.
Dikatakan bahwa Al-Ba’its itu ialah Dzat yang membangkitkan segala yang ada dari kegelapan ketiadaan kepada cahaya keberadaan. Ada pula pendapat yang mengatakan, bahwa makna Al Ba’its ialah Dzat yang menghidupkan semua makhluk pada hari kebangkitan (hari kiamat) dan yang mengetahui apa-apa yang disembunyikan di dalam dada.
Al-Ba’its artinya kebangkitan di akhirat. Pengetahuan tentang ism ini tergantung pada pengetahuan tentang hakikat kebangkitan itu sendiri, karena itulah ia termasuk suatu pengetahuan yang sangat rumit. Kebanyakan orang berada dalam kebimbangan tentangnya. Kebanyakkan mereka membayangkan bahwa maut adalah kemusnahan dan kebangkitan sesudah ketiadaan itu adalah seperti kebangkitan pertama. Persangkaan bahwa maut adaalah kemusnahan dan pengadaan kedua seperti pengadaan pertama, adalah suatu persangkaan yang sangat keliru. Demikian dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali. Adapun persangkaan mereka bahwa kematian sama dengan kemusnahan adalah salah, sebab kematian itu tidak lain adalah perpindahan, dan alam kubur itu termasuk permulaan dari alam akhirat, dan ia dapat berupa sebuah jurang neraka atau sebuah kebun surga. Orang-orang yang mati itu ada yang berbahagia; dan mereka ini sebenarnya tidaklah mati, sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki.” (Qs. Ali ‘Imran: 169)
Sedangkan orang-orang yang celaka, mereka pun hidup juga. Karena itulah Rasulullah saw. menyeru orang-orang kaftr Quraisy yang mati terbunuh di dalam peperangan Badr:
“Aku telah mendapati apa yang telah dijanjikan oleh Tuhannku adalah benar; maka apakah kamu pun mendapati apa yang dijanjikan tuhanmu itu benar juga?”
Lalu dikatakan: “Ya Rasulullah, bagaimana Tuan mengajak bicara suatu kaum yang sudah menjadi bangkai?”
Beliau menjawab:
“Demi Allah, tidaklah kamu lebih mendengar terhadap apa yang aku ucapkan daripada mereka, hanya saja mereka tidak dapat memberikan jawaban!”
Inilah yang menjadi dasar pembacaan talqin bagi mayat di dalam mazhab Imam Syafi’i ra. Dan kesaksian batin menurut apa yang dikatakan Imam Al Ghazali: “Para pemuka ahli bashirah (yang memandang dengan mata batin) menunjukkan bahwa manusia diciptakan secara abadi dan tidak ada jalan baginya untuk musnah. Memang, kadang-kadang terputus pengendalian seseorang terhadap dirinya, maka ia dikatakan mati. Dan terkadang dikembalikan pengendaliannya terhadap dirinya, maka dalam hal ini ia dikatakan ia dihidupkan kembali atau dibangkitkan. Beliau mengungkapkan itu dari ilmu hakikat yang tidak mungkin kita paparkan secara lengkap dalam ringkasan ini.
Tentang persangkaan mereka bahwa kebangkitan itu adalah penciptaan kedua, sama seperti penciptaan pertama, maka hal itu tidaklah benar. Yang benar adalah, bahwa kebangkitan itu adalah penciptaan lain yang sama sekali tidak sama dengan penciptaan pertama. Dan maanusia itu banyak sekali mengalami penciptaan. Dalam kaitan ini, Allah SWT berfirman:
“... dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) daLam keadaan yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Waqi’ah: 61)
Dan Firman Allah lainnya:
… Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Mahasuci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS Al Mu’minun: 14)
Allah SWT mempunyai silsilah (mata-rantai) pemmbentukan dalam membentuk manusia. Di antaranya adaalah ruh, yang merupakan zat halus rabbani yang ilmu tentangnya berada di tangan Tuhan yang menciptakannnya, yang tidak kita ketahui kecuali sedikit. Kemudian sesudah penciptaan ruh, diciptakan pula daya rasa. Kemudian daya pembeda yang baru tampak sesudah usia tujuh tahun. Kemudian akal, sesudah usia menginjak lima belas tahun. Demikian seterusnya.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda memmbangkitkan diri Anda sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah dari Anda, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan. Anda hams menggerakkan dan mengarahkan keduanya itu kepada pendekatan kepada Allah, naik setingkat demi setingkat di tangganya dan mendekat dari kesempurnaan dengan izin Allah.
Khasiatnya
Barangsiapa meletakkan tangannya di dadanya ketika tidur dan membaca ism ini seratus kali, niscaya Allah akan menerangi hatinya dan menganugerahinya ilmu dan hikmat.
—oOo—

51. Asy Syahid

Ism ini berasal dari kata asy-syuhud, maknanya “hadir,” atau yang mengetahui tentang segala makhluk dan hadir besertanya di setiap waktu dan tempat.
Allah SWT berfirman:
… Allah berada bersamamu di mana saja kamu berada … (QS Al Hadid: 4)
Dan firman-Nya:
… Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (QS Al Mujadilah: 6)
Kedua makna ini kembali juga kepada ilmu disertai tambahan khusus. Sebab, Allah SWT Maha Mengetahui hal-hal yang gaib dan yang nyata-yang gaib itu ialah yang batin, dan yang nyata itu ialah yang lahir. Jika Dia hanya mempertimbangkan ilmu saja, maka Dia adalah Al Alim. Jika ditambah dengan hal-hal yang gaib dan yang batin, maka Dia adalah Al Khabir. Jika ditambah dengan hal-hal yang lahir, maka Dia adalah Asy Syahid. Karena itulah Allah SWT menyaksikan makhluk pada hari kiamat kelak dengan apa yang Dia ketahui dan Dia saksikan dari mereka. Pembicaraan tentang ism ini mendekati pembicaraan tentang ism Al Alim dan Al Khabir, yang keduanya telah diuraikan pada bagian terdahulu.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda tidak menghadapkan wajah selain kepada-Nya, tidak meminta tolong kecuali kepada- Nya, dan hendaklah Anda merasa cukup dengan ilmu-Nya dalam segala sesuatu.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat menjadikan orang yang berzikir dengannya kembali kepada kebenaran dari kebatilan.
—oOo—

52. Al Haqq

Dia adalah Dzat yang pasti ada-Nya dalam arti tidak menerima kemusnahan, kebinasaan, dan perubahan; dan semuanya berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Kepada makna inilah jatuhnya isyarat yang disebutkan di dalam hadis Nabi saw. yang artinya: “Syair Arab yang paling benar adalah perkataan Labid: Ketahuilah, bahwa semua selain Allah adalah batil.”
Al-Haqq adalah lawan kata dari Al-Bathil. Segala sesuatu itu menjadi nyata dengan lawannya, dan semua yang dlberitakan itu boleh jadi salah semua dan boleh jadi benar semua, serta boleh jadi salah dari satu sisi dan benar dari sisi lain. Jadi, yang berlindung dengan zatnya adalah yang batil mutlak; yang wajib pada zatnya itu adalah yang haqq mutlak; sedangkan yang mungkin pada zatnya dan wajib bagi yang lain, maka dia adalah haqq dari satu segi dan batil dari segi lain. Atas dasar inilah, kita mengetahui bahwa yang haqq mutlak itu adalah yang maujud secara hakiki dengan zatnya, yang semua haqq mengambil hakikatnya darinya. Kita mengetahui, bahwa yang paling haqq di antara yang maujud itu untuk menjadi yang haqq adalah Allah SWT. Dan makrifat yang paling haqq untuk menjadi yang haqq itu adalah makrifat Allah SWT. Sebab, hal ini sesuai dengan ilmu-ilmu azali dan abadi; dan kesesuaiannya hanyalah bagi zatnya, tidak bagi lainnya. Tidak seperti ilmu yang berdampingan dengan keberadaan lainnya. Ilmu tidak selalu ada kecuali selama yang lain itu ada; jika ia musnah, maka ia kembali kepada itikad; dan ilmu seperti itu adalah batil.
Terkadang kata haqq ini dikaitkan dengan ucapan, misalnya: “Perkataan yang haqq (benar),” atau “Perkataan yang batil (salah).” Atas dasar ini, perkataan yang paling haqq itu adalah kalimat la ilaha illallah, sebab ia adalah yang benar, yang abadi, yang azali bagi dzatnya dan tidak bagi yang lainnya.
Para ahli tasawuf yang biasanya tenggelam dalam kefanaan dari sudut zat mereka, maka yang selalu terucapkan oleh lisan mereka dalam segala keadaan adalah ism Al-Haqq. Sedangkan ahli istidlal (mereka yang mengambil dalil dari) af’al, yang terucapkan oleh lisan mereka adalah ism Al-Bari’, yang artinya “Sang Pencipta.” Dan kebanyakkan makhluk melihat segala sesuatu selain-Nya, lalu mereka menjadikan saksi dari apa yang mereka lihat itu, mereka ini adalah yang dituju Allah dengan firman- Nya:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah …” (QS Al A’raf: 185)
Sedangkan orang-orang shiddiqin, tidaklah mereka itu menyaksikan selain Dia, maka mereka menjadikan saksi dengan-Nya kepada-Nya. Mereka inilah yang dituju firman Allah:
…Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS Fushshilat: 53)
Bagian seorang hamba dari ism ini adalah, ia harus melihat dirinya salah dan tidak ada yang dilihatnya itu benar selain Allah. Seorang hamba, sekalipun ia benar, tidaklah benar dengan dirinya sendiri, tetapi dia benar dengan Allah SWT dan maujud dengan-Nya, bukan dengan zatnya sendiri, bahkan dia itu batil dengan zatnya kalau tidak diciptakan oleh Yang Haqq.
Khasiatnya
Bahwasanya orang yang menuliskan ism ini pada sehelai kertas persegi pada keempat sudutnya, lalu diletakkannya pada telapak tangannya di waktu sahur sambil mengangkatnya ke arah langit, niscaya Allah akan melindunginya dari apa yang disusahkannya. Barangsiapa melazimkan membaca La ilaha illallah al-malikul-haqqul-mubin setiap hari sebanyak seratus kali, niscaya akan dikayakan Allah dari karunia-Nya. Dan barangsiapa berzikir dengannya sebanyak seribu kali tiap-tiap hari, maka akhlaknya akan menjadi baik.
—oOo—

53. Al Wakil

Dia adalah Dzat yang mengurus segala urusan hamba-Nya dan memudahkan segala yang dibutuhkan oleh mereka. Atau, Dia adalah Dzat yang segala perkara diwakilkan kepada-Nya. Dan wakil itu terbagi atas: 1. yang meemenuhi apa yang diwakilkan kepadanya dengan sempurna, tanpa pamrih; dan 2. yang memenuhi tetapi tidak semua. Wakil yang mutlak ialah yang diwakilkan segala urusan kepadanya, dan dia cocok untuk melaksanakan dan menyempurnakannya-wakil seperti itu tidak lain hanyalah Allah SWT.
Dari keterangan ini, dapatlah dipahami bahwa bagian hamba dari ism ini adalah: kepada-Nyalah ia harus menyerahkan segala urusannya, sebab Dialah sebaik-baik yang diserahi urusan.
Khasiatnya
Barangsiapa membanyakkan berzikir dengan ism ini, niscaya Allah akan membukakan baginya pintu-pintu kebaikan dan rezeki.
—oOo—

54. Al Qawiy & 55. Al Matin

Al Qawiy ialah Dzat yang tidak ditimpa kelemahan, baik di dalam zat-Nya maupun di dalam sifat-Nya dan af’al-Nya. Sedangkan Al Matin ialah Dzat yang mempunyai kekuatan yang sempurna, dimana tidak ada satu pun dari af’al-Nya yang dapat dibantah, dan tidak ada kelemahan di dalam kekuatan-Nya, serta tidak bisa ditolak perintah-Nya. Keadaan ini tidak mungkin ada selain pada Allah SWT, sebab Dia sajalah yang mempunyai sifat-sifat sempurna. Al-Quwwah menunjukkan kekuasaan yang sempurna, dan Al-Matin menunjukkan kekuatan yang sangat. Allah SWT, dari segi kekuasaan-Nya yang mencapai kesempurnaan, disebut Al-Qawiy, dan dari segi Dia sangat kuat, disebut Al-Matin. Pembicaraan tentang ism ini akan dilanjutkan pada pembicaraan ism Allah Al-Qadir.
Khasiatnya
Barangsiapa teraniaya dan berzikir dengan ism Al-Qawiy dengan maksud agar orang yang menganiayanya itu menndapatkan kecelakaan, maka ia akan dihindarkan dari kejahatan orang itu. Tetapi hendaklah ia takut kepada Allah dalam melakukan itu.
Barangsiapa membacakan ism Al-Matin pada anak perempuan kecil atau anak laki-laki kecil sebanyak sepuluh kali, niscaya anak tersebut tidak akan berbuat durhaka.
—oOo—

56. Al Waliy

Al Waliy maknanya Al-Muhibh (yang mencintai), An Nashir (yang menolong), Al-Mutawalli amra khalqihi (yang menyelesaikan urusan makhluk-Nya), dan Al Mukhtashshina bi Ihsanihi (yang khusus mendapatkan kebaikan-Nya).
Firman Allah yang artinya:
“… dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Jatsiyah: 19)
Dalam arti bahwa Allah-lah yang mengurus kemenangan mereka, dan Dialah yang meninggikan keadaan mereka, memelihara dan menjaga mereka.

Firman Allah SWT yang lain:
“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung.” (QS. Muhammad: 11)
Para wali diantara hamba-hamba Allah itu ialah orang yang mencintai Allah dan mencintai aulia-Nya, menolong-Nya dan menolong aulia-Nya, serta memusuhi musuh-musuh-Nya. Di antara musuh-musuh-Nya ialah nafsu dan setan. Barangsiapa menghinakan keduanya, berarti ia adalah wali di antara hamba-hamba Allah.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki agar anda menegakkan kebaktian kepada Allah, dan menjadi wali bagi-Nya. Makna wali itu ialah orang yang segala keadaannya diurus oleh Allah, dan tidak dibiarkan-Nya diurus oleh yang lain-Nya.
Khasiatnya
Barangsiapa berdzikir dengan ism ini pada malam Jum’at sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan memberikan wilayah (kepemipinan) kepadanya dan akan di-hisab dengan hisab yang mudah.
—oOo—

57. Al Hamid

Dia adalah Dzat yang terpuji dan berhak atas semua sanjungan. Sebab Dia bersifat dengan segala kesempurnaan. Dia terpuji dengan pujian bagi diri-Nya di alam azali, dan dengan pujian hamba-Nya kepada-Nya selamanya. Sesungguhnya ini kembali kepada sifat-sifat Jalal, Kamal, dan ‘Uluww yang cocok dengan zikir orang yang berzikir betapapun banyak bilangan wasilah-nya. Al-Hamid tidak lain adalah pujian yang menyebutkan sifat-sifat sempurna dari segi Dia itu sempurna.
Sedangkan orang yang terpuji di antara hamba-hamba Allah ialah orang yang terpuji akidahnya, akhlaknya, amalnya, dan semua ucapannya, tanpa dicampur atau dikurangi. Yang memiliki sifat-sifat ini tidak lain hanyalah Nabi kita Muhammad saw., para nabi yang dekat dengan-Nya, dan yang mewarisinya dari golongan aulia dan ulaama. Masing-masing pihak di antara yang tersebut itu adalah terpuji seimbang dengan apa-apa yang terpuji dari akidahnya, akhlaknya, perbuatannya, dan ucapannnya. Meskipun telah dimaklumi bahwa tidak ada orang yang terlepas dari aib atau kekurangan, sekalipun banyak sifat-sifatnya yang terpuji, maka yang terpuji secara mutlak hanyalah Allah SWT belaka.

Khasiatnya

Barangsiapa berzikir dengan ism ini dalam suatu khalwat yang sempurna selama 45 hari, tiap-tiap hari sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuannya, maka Allah akan mengangkatnya ke tingkat para wali.
—oOo—

58. Al Muhshiy

Al Mushiy ialah Dzat yang menghitung segala sesuatu dengan ilmu-Nya, atau Sang Mahakuasa yang tidak ada sesuatu yang menyimpang dari-Nya, atau yang Maha Mengetahui yang meliputi dengan ilmu-Nya.
Al Ihsha adalah al ‘add (menghitung). Al-Muhshiy yang mutlak ialah yang dalam ilmunya menyingkap batas,jumlah, dan hitungan semua yang diketahuinya-ini tidak mungkin dilakukan kecuali oleh Allah SWT. Sedangkan hamba, sekalipun ia mungkin dapat menghitung dengan ilmunya sebagian maklumat, namun ia akan merasa tak mampu untuk membatasi sebagian besarnya karena ketidaktahuannya tentangnya. Sebab, menghitung bergantung pada ilmu, sedangkan ilmu hamba tentang sesuatu itu terbatas, sebaliknya ilmu Allah itu tak terbatas. karena itulah manusia akan tercengang, pada hari kiamat kelak, menyaksikan betapa telitinya penghitungan yang dilakukan Allah, sehingga tak satupun yang tertinggal, baik yang paling kecil maupun yang paling besar.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan hamba selalu meng-hisab (memperhitungkan baik buruk) dirinya, dan senantiasa waspada terhadap nafsunya.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini pada 20 potong roti sebanyak 20 kali, niscaya Allah akan menundukkan seluruh makhluk baginya.

59. Al Mubdi’ & 60. Al Mu’id

Al Mubdi’ ialah Dzat yang menampakkan sesuatu dari “tiada” menjadi “ada.” Sedangkan Al-Mu’id ialah Dzat yang mengembalikan kepada “ada” sesudah kehancurannnya. Jika penciptaan itu tidak didahului oleh yang sama dengannya, maka itu disebut ibda’an; sedangkan jika telah didahului oleh yang sama dengannya, maka itu disebut i’adatan. Allah adalah Dzat yang mulai menciptakan makhluk dan Dia pulalah yang mengulangi penciptaan-Nya, dan yang terakhir ini lebih mudah bagi-Nya. Segala sesuatu berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Berakhlak dengan kedua ism ini mengharuskan Anda kembali kepada-Nya dalam setiap urusan.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism Al-Mubdi’ pada waktu sahur di atas perut wanita hamil sebanyak 79 kali, insya Allah isi kandungannya akan tetap dan tidak akan lahir kecuali bila telah sempurna.
Sedangkan Al Mu’id berkhasiat untuk mengingatkan hafalan yang terlupa jika berzikir dengannya. Barangsiapa membacanya sebanyak seribu kali, maka akan hilanglah kebingungannya dan akan ditunjukkan ke jalan kebenaran.
—oOo—

61. Al Muhyi & 62. Al Mumit

Al Muhyi ialah Dzat Yang Menciptakan kehidupan pada setiap makhluk, dan Al Mumit ialah Dzat Yang Mematikan pada setiap yang dimatikan-Nya. Tidak ada yang menciptakan kehidupan dan kematian kecuali hanya Allah SWT. Dan tidak ada yang menghidupkan dan mematikan kecuali Dia. Kematian dan kehidupan itu terikat dengan kehendak-Nya. Jadi, kalau Dia menghidupkan atau mematikan, maka itu adalah sesuai
dengan kehendak-Nya dan mengikuti ilmu-Nya yang azali. Tentang makna kehidupan ini telah diisyaratkan terdahulu pada ism Allah
Al-Ba’its, karena itu tidak perlu diulang lagi di sini.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki seseorang agar selalu menyerahkan dan menggantungkan segala urusannya kepada Allah dan kembali kepadan-Nya dengan menghidupkan segala petunjuk hamba dengan perbuatan taat.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism Al Muhyi ke atas badannya, maka ia akan terhindar dari penjara dan tenggelam.
Dan barangsiapa berzikir dengan ism Al Mumit, maka jiwanya akan patuh melakukan amal kebaikan.
—ooo—

63. Al Hayy

Al Hayy ialah Dzat yang bersifat dengan kehidupan kekal yang tidak bisa ditimpa oleh bencana apa pun. Dia mutlak kekal-Nya, dan tidak didahului oleh sifat ‘adam (tidak ada).
Dikatakan bahwa Al-Hayy ialah Dzat Yang Maha Melaksanakan dan Mendapatkan. Sehingga, segala yang tidak bisa melakukan sesuatu dan tidak pula dapat memperolehnya, disebut mayit. Sedangkan Allah SWT tidak mati untuk se1amanya, dan tidak mungkin musnah atau binasa.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki agar Anda bersikap di hadapan Tuhan Anda seolah-olah seperti mayit di hadapan orang yang memandikannya, yang dapat membolak-balikkannya sebagaimana dikehendakinya.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca Al-Hayy sebanyak 300.000 kali, maka dia tidak akan menderita sakit
selama-lamanya. Dan barangsiapa menuliskannya pada piring porselen dengan misik dan air mawar, kemudian diisi dengan air gula, lalu diminum, maka ia, dengan izin Allah, akan sembuh dari penyakitnya.
—ooo—

64. Al Qayyum

Al-Qayyum ialah Dzat yang berdiri sendiri, yang dalam berdirinya itu tidak membutuhkan pertolongan yang lain, bahkan yang lainlah yang membutuhkan pertolongan kepada-Nya.
Ketahuilah (semoga Allah menunjuki Anda), bahwa segala sesuatu terbagi menjadi: (1) benda yang tidak membutuhkan tempat, seperti kehormatan dan sifat-sifat, dan ini dikatakan “ia tidak bisa berdiri sendiri”; (2) ada pula benda yang membutuhkan tempat, seperti permata, dan ini dikatakan “berdiri sendiri.” Tetapi sekalipun permata itu berdiri sendiri, ia masih membutuhkan beberapa perkara yang harus ada demi keberadaannya dan menjadi syarat baginya. Jika di dalam wujud ini ada sesuatu yang maujud yang telah cukup dzatnya dengan dzatnya, tidak ada pendiri baginya dengan yang lainnya, dan tidak diisyaratkan dalam keberadaannya itu ada yang lainnya, maka dialah yang berdiri sendiri secara mutlak. Jika di sampingyang disebutkan tadi, ia juga mengurus segala yang ada, sehingga tidak ada sesuatu pun yang wujud kecuali dialah yang mengurusnya, maka ia adalah Al-Qayyum, dan ini tidak lain adalah Allah SWT.
Masuknya seorang hamba ke dalam sifat ini hanyalah menurut kadar rasa cukupnya kepada selain Dia. Dikatakan bahwa bangsa Israel pernah meminta kepada Nabi Musa a.s., ketika mereka memasuki lautan, agar mengajarkan kepada mereka ism a’zham. Lalu Nabi Musa menjawab: “Ahyan syarahiyan (yakni Ya Hayyu Ya Qayyum), maka Allah menyelamatkan mereka dari bahaya tenggelam.
Khasiatnya
Barangsiapa membacanya sepotong (Ya Qayyum saja), maka akan lenyaplah rasa kantuknya. Dan barangsiapa membacanya disertai
Al-Hayyu (yaitu: Ya Hayyu Ya Qayyum), sejak terbit sampai naiknya matahari, maka ia akan mendapatkan rasa senang dalam dirinya yang tak terhingga. Dan barangsiapa berdoa dengannya di lautan luas, maka Allah akan menyelamatkannya dari bahaya tenggelam.
—oOo—

65. Al Wajid

Al Wajid ialah Dzat yang mendapatkan yang dikehendaki-Nya; semua yang dikehendaki-Nya hadir di hadapan-Nya. Jadi, Al- Wajid ialah Dzat yang tidak dipersulitkan oleh apa pun; lawannya adalah Al-Faqid.
Al-Wajid mutlak itu hanyalah Allah, sebab selain Dia tidak mendapatkan sesuatu pun kecuali dengan disandarkan pada-Nya. Karena itulah, dalam salah satu firmannNya Allah menyatakan:
Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya …” (QS. Al Hijr: 21)
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan anda mengadakan segala yang dikehendaki dari anda. Janganlah anda melakukan sesuatu dan jangan pula meremehkannya, kecuali dengan iradat dari Allah.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini pada setiap suap makanannya, niscaya hatinya akan dikuatkan oleh Allah.
—ooo—

66. Al Maajid

Al Maajid ialah ism musytaq dari al-majd, yaitu puncak kemuliaan. Dia adalah Yang Mahatinggi kudrat-Nya dan Mahaagung kemuliaan-Nya. Al-Maajid ini artinya sama dengan Al-Majiid, hanya mendapat tambahan mubalaghah. Tentang ism ini, rasanya telah cukup penjelasannya dengan yang ada pada ism Al-Majiid.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda mengangkat keinginan Anda dari makhluk dan disertai keterkaitan Anda kepada Allah.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sampai larut dalam keasyikannya, niscaya Allah akan memberikan cahaya daalam hatinya.

67. Al Wahid

Al Wahid ialah Dzat yang munfarid (sendirian) di dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya; tidak terbagi-bagi dan tidak terkelompokkan. Sifat-Nya tidak menyerupai sesuaatu dan tidak diserupai oleh sesuatu, dan perbuatan-Nya tidak disekutui oleh apa pun.
Begitu juga yang dikatakan oleh Imam Sya’rani di dalam kitab Al-Yawaqit, bahwa Al-Wahid itu ialah Dzat yang tidak terbagi-bagi dan tidak diserupai. Yakni, tidak ada kemiripan sedikit pun antara Dia dan hamba-Nya. Dan keberadaan-Nya itu tanpa permulaan dan tanpa akhir. Kalau tidak demikian, tentu ia ada yang baru, sedang yang baru itu memerlukan yang mengadakan. Mahasuci Allah dari hal itu.
Ali Al Khawwash berkata: “Ahad itu ada 4 macam. Pertama, ahad yang tidak berpihak, tidak terbagi, dan tidak memerlukan tempat; dia adalah Tuhan. Kedua, ahad yang berpihak, yang terbagi, dan yang memerlukan temmpat; ia adalah jasmani. Ketiga, ahad yang berpihak, tidak terbagi, dan memerlukan tempat; dia adalah nyawa. Keempat, ahad yang tidak berpihak, tidak terbagi, dan memerlukan tempat; ia adalah tabi’at. Inilah kumpulan yang ada, baik yang lama maupun yang baru. Tidak ada yang Esa mutlak kecuali hanya Allah SWT, sebab Dia qadim (sesuatu yang azali), sedang yang lainnya hadits (seesuatu yang muncul belakangan).
Ber-taqarrub dengan ism ini mengharuskan Anda tidak melihat di dunia dan akhirat kecuali Dia, dan tidak condong kepada selain-Nya, dan hendaknya menjadi satu dengan-Nya.

Nabi saw. bersabda:
Sesungguhnya Allah itu ganjil (tunggal), dan suka kepada yang ganjil.
Suatu hari, Rasulullah saw. mendengar seseorang mengatakan di dalam doanya:
Ya Allah, ya Tuhan kami, sungguh aku memohon kepada-Mu, karena sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaesa, Mahatunggal, Maha Sendirian, Tempat Bergantung segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada yang setara dengan-Nya.
Lalu beliau berkata: “Orang itu telah memohon kepada Allah dengan ism-Nya yang jika seseorang berdoa dengannya niscaya akan diperkenankan, dan jika ia meminta niscaya akan diberi.”
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat untuk mengeluarkan ketergantungan terhadap makhluk dari dalam hati. Barangsiapa membaacanya 1000 kali, niscaya akan keluarlah ketergantungan kepada makhluk dari dalam hatinya, dan dilenyapkan Allah rasa takutnya yang merupakan asal semua bencana di dunia dan di akhirat.
—oOo—

68. Ash Shamad

Ash-Shamad ialah Dzat yang dituju dalam setiap kebutuhhan, dan tempat meminta pertolongan di dalam setiap kesulitan. Atau, Dzat yang tidak mempunyai perut, karenanya Ia tidak makan. Atau, Dzat yang bersih dari bencana. Atau, Dzat yang kekal, tidak hilang.
Barangsiapa dijadikan Allah sebagai tempat tujuan hamba-hamba-Nya dalam perkara penting agama dan dunia mereka, serta disalurkan-Nya melalui lisan dan tangannya kebutuhan-kebutuhan makhluk-Nya, maka berarti Allah telah memberikan nikmat kepadanya dengan mendapat bagian dari sifat ism ini.
Allah berfirman :
Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka…” (QS. Al Ahzab: 8 )
Yakni, apakah Dia menyuruh mereka dengan kebenaran itu atau melarang mereka darinya. Setiap yang haqq itu benar, dan tidak setiap yang benar itu haqq.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda membantu makhluk dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka semampu Anda.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini pada waktu sahur sebanyak 125 kali, akan tampaklah bekas-bekas kebenaran padanya.
—oOo—

69. Al Qadir & 70. Al Muqtadir

Al Qadir ialah Dzat yang mampu melakukan sesuatu tanpa mengerjakan dan tanpa perantara. Dia tidak pernah ditimpa kelemahan dalam setiap kehendak yang ingin dilaksanakan-Nya. Sedangkan Al Muqtadir ialah yang menguasai segala sesuatu. Keduanya berasal dari kata qudrah, namun Al-Muqtadir lebih sempurna, sebab tambahan bentuk menunjukkan adanya tambahan makna.
Dikatakan bahwa Al-Qadir itu ialah yang mampu menciptakan yang tiada dan memusnahkan yang ada. Sedangkan Al-Muqtadir itu ialah Dzat yang mampu memmperbaiki makhluk dari segi yang tidak mampu dilakukan oleh selain-Nya sebagai suatu karunia dan kebaikan dari-Nya. Ambil contoh seorang bayi, misalnya, di mana Allah SWT telah memperbaiki keadaan anak tersebut di dalam perut ibunya, sehingga ia tidak menangis di dalamnya karena suatu gangguan terhadapnya atau terhadap ibuunya. Jika telah keluar, maka ia menangis karena gangguan tersebut. Nah, siapakah yang mampu berbuat demikian selain Allah SWT?
Al-Qudrah yang menjadi asal kedua kata ini merupakan suatu ungkapan tentang makna yang dengannya didapatkan sesuatu yang siap dengan ketetapan iradat, dan ilmu yang terjadi atas kesesuaian dengan keduanya. Sedangkan Al-Qadir ialah Dzat yang kalau Dia mau, Dia lakukan, dan kalau tidak mau, tidak Dia lakukan, dan bukan termasuk syarat-Nya untuk mesti menghendaki. Yang kuasa secara mutlak itu ialah yang menciptakan segala sesuatu yang ada dengan penciptaan yang tersendiri dan terlepas dari bantuan lainnya-Dia adalah Allah SWT. Sedangkan hamba, ia juga mampu berbuat sesuatu, akan tetapi kurang sempurna, karena tidak bisa kecuali sebagian yang mungkin. Dan yang menciptakan kemampuan si hamba itu tidak lain adalah Allah SWT.
Berakhlak dengan kedua ism ini mengharuskan Anda tidak melalaikan sesuatu pun dari kehendak Allah sesuai dengan kemampuan Anda, dan mencurahkan segenap kemampuan Anda dalam berbuat bakti kepada-Nya guna mencapai ridha-Nya.

Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism Al-Qadir seratus kali sesudah shalat dua rakaat, ia akan dapat mengalahkan muusuh – musuhnya.
Barangsiapa berzikir dengan ism Al-Muqtadir ketika bangun dari tidur, Allah akan mengatur urusannya sebagaimana yang ia kehendaki, sehingga ia tidak perlu lagi mengatur dirinya.
—oOo—

71. Al Muqaddim & 72. Al Mu’akhkhir

Al Muqaddim ialah Dzat yang mendahulukan sebagian dari sesuatu atas sebagian yang lainnya dalam wujud, seperti mendahulukan sebab-sebab atas akibat-akibat. Atau dalam pemuliaan dan pendekatan, seperti mendahulukan para nabi dan orang-orang saleh daripada selain mereka. Atau dalam hal tempat, seperti mendahulukan periode atau masa yang satu dari yang lainnya sebagaimana telah tertentu di dalam hikmah-Nya yang azali.
Dia Allah SWT yang mendahulukan dan mengakhirkan, Dia mendahulukan bagi hamba-hamba-Nya segala yang dibutuhkan oleh mereka guna memelihara eksistensi mereka dan mengakhirkan mereka ke ajal-ajal mereka. Atau, Dia yang mendahulukan orang yang dikehendaki-Nya di dunia dan di akhirat dengan memberikan kepada mereka derajat yang tinggi, dan Dia pula yang mengakhirkan siapa pun yang dikehendaki-Nya. Dan Allah SWT sangat kuasa melakukan itu semua.
Berakhlak dengan kedua ism ini mengharuskan Anda bersikap antara takut dan harap, dan hendaklah selalu bersikap waspada. Sebab, Rasulullah saw. sendiri, yang telah diampuni Allah dari segala kesalahan, tidak melalaikan sama sekali ibadah kepada Tuhannya, sehingga ketika ditanyakan orang kepadanya, “Bukankah Tuhan telah mengampuni segala kesalahan Tuan?” Beliau menjawab:”Apakah aku akan menjadi seorang hamba yang tidak bersyukur?! ”
Khasiatnya
Ism Al Muqaddim berkhasiat untuk mendapatkan kekuatan di dalam peperangan dan selamat dari peperangan itu.
Khasiat ism Al Mu’akhkhir adalah untuk menghindarkan diri dari segala perbuatan buruk. Barangsiapa banyak berzikir dengannya, niscaya akan dibukakan Allah baginya pintu tobat dan taufik.
—oOo—


73. Al Awwal & 74. Al Akhir

Al Awwal artinya yang qadim, yang mendahului segala sesuatu. Dan Al Akhir artinya yang kekal sendiri sesudah semua yang lainnya musnah. Dia adalah Dzat yang permulaan tanpa pangkal dan yang akhir tanpa ujung.
Al-’Arif asy-Sya’rani menukil ucapan Quthb asy Syadzili, katanya: “Allah SWT telah menghapuskan segala yang lain, dengan firman-Nya:
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zhahir dan Yang Batin…” (QS Al-Hadid: 3)
Lalu dikatakan: “Lalu, ke manakah makhluk?”
Jawab: “Mereka ada, namun keadaan mereka di sisi Allah SWT seperti debu-debu yang beterbangan di udara, yang Anda lihat naik-turun di dalam cahaya matahari, yang jika Anda tangkap maka tidak akan Anda lihat lagi; ia ada di dalam penglihatan, tidak ada di dalam wujud.”
Berakhlak dengan kedua ism ini mengharuskan Anda menjadi orang yang pertama-tama berbuat kebaikan dan yang terakhir bergantung pada-Nya.
Khasiatnya
Khasiat ism Al-Awwal adalah untuk penyatuan kembali. Jika seorang musafir membiasakan membacanya setiap hari Jum’at sebanyak seribu kali, maka akan tercapailah cita-citanya.
Khasiat ism Al-Akhir adalah untuk membersihkan batin dari segala selain Allah SWT. Jika seseorang membiasakan membacanya tiap-tiap hari sebanyak seratus kali, maka akan keluarlah dari dalam hatinya segala yang lain selain Allah SWT.
—oOo—

75. Azh Zhahir & 76. Al Bathin

Dia adalah Dzat yang Zhahir (nyata) keberadaan-Nya bagi akal yang sehat dengan tanda-tanda petunjuk berupa langit, bumi, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain. Sedangkan Al-Bathin ialah yang tertutup dari pandangan mata dan angan-angan sehingga tidak bisa diperkirakan bagaimana Dia dan tidak diketahui keadaan-Nya. Dia adalah Zhahir dari segi definisi dan Bathin dari segi takyif (penampakan).
Ibnu ‘Atha’illah berkata: “Bahwasanya Allah menampakkan segala sesuatu karena Dia Bathin, dan merahasiakan wujud segala sesuatu karena Dia Zhahir.”
Dalam menguraikan perkataan Ibnu ‘Atha’illah tersebut, penafsir mengatakan: “Allah menampakkan segala sesuatu karena Dia Bathin, karena tuntutan ism-Nya tidak mau disekutui dalam sifat batinnya itu oleh sesuatu pun. Karena itulah Dia menampakkan segala sesuatu, yakni menjadikannya nyata dan tidak ada yang batin di dalamnya kecuali Dia. Dan Dia merahasiakan keberadaan segala sesuatu karena Dia Zhahir, yakni Dia tidak menjadikan bagi selain-Nya suatu Wujud dari zatnya, namun seluruhnya berbentuk ketiadaan semata, dan tidak ada wujud baginya kecuali dari wujud-Nya.”
Sayyid Muhyiddin berkata: “Ketahuilah, bahwa tajalli-Nya Allah SWT dengan asma mempunyai tiga tingkatan. Pertama, tajalli bagi alam dengan ism-Nya Azh-Zhahir, sehingga tidak ada sesuatu pun dari alam yang tersembunyi dari perintah Allah SWT; dan ini khusus di hari kiamat. Kedua, ber-tajalli bagi alam dengan ism- Nya Al Bathin, sehingga hati (bukan mata) yang menyaksikan-Nya. Karena inilah manusia di dalam fitrahnya mendapatkan sandaran pada-Nya dan kemampuan dengan-Nya tanpa melihat dalam dalil, dan mengembalikan segala urusannya kepada-Nya. Ketiga, ber-tajalli dengan ism-Nya Azh Zhahir dan Al Bathin, dan ini khusus bagi para nabi dan pewaris mereka saja.
Azh-Zhahir dan Al-Bathin termasuk juga ke dalam mudhafat, sebab zhahir itu menjadi zhahir pula bagi sesuatu dan menjadi bathin bagi sesuatu yang lain; tidak pernah menjadi zhahir atau bathin saja dari satu segi, tetapi menjadi zhahir dengan dikaitkan pada pemahaman dan bathin dari segi lain. Dan Allah SWT itu Zhahir jika dituntut dari akal dengan jalan istidlal, dan Bathin jika dituntut dari pemahaman indera dan angan-angan khayal. Jika Anda katakan: “Adapun keadaan-Nya yang Bathin dengan dikaitkan pada pemahaman indera, maka maknanya nyata, namun keadaan-Nya yang Zhahir bagi akal itu adalah samar (kurang jelas), sebab yang zhahir itu ialah apa-apa yang manusia tidak berbeda dalam pemahamannya dan tidak berselisih di dalamnya.
Maka ketahuilah, bahwasanya Dia itu tersembunyi dengan penampakan-Nya, disebabkan oleh sangat nyata penampakan-Nya tersebut. Penampakan-Nya itu menjadi sebab penyembunyian-Nya. Dan cahaya-Nya itu ialah hijab (tirai) cahaya-Nya. Semua yang melewati batas-Nya berbalik menjadi lawannya. Mungkin Anda heran dengan penjelasan ini, dan merasa sulit memahaminya kecuali dengan disertai contoh. Maka saya katakan, seandainya Anda melihat suatu tulisan yang ditulis oleh seorang penulis ulung, tentu Anda akan menjadikannya bukti tentang kepandaian si penulis itu, dan bahwa ia adalah seorang yang mampu, melihat dan mendengar. Dan akan merasa yakin akan adanya sifat-sifat tersebut walaupun tidak diperlihatkan kecuali dengan satu tulisan tadi. Nah, sebagaimana Anda saksikan, kalimat itu sebagai suatu kesaksian yang pasti akan kepandaian penulisnya, maka demikian pula halnya dengan Allah SWT. Tidak ada satu benda sekecil apa pun yang ada di langit, di bumi, planet, matahari, bulan, binatang, tumbuh-tumbuhan dan sifat-sifat yang disifatkan, melainkan menjadi saksi atas dirinya akan kebutuhannya kepada yang mengatUr, menakdirkan, dan mengkhususkan sifat-sifatnya. Bahkan tidaklah seseorang memperhatikan semua anggota tubuhnya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, bahkan kepada sifat-sifat dirinya, kecuali akan nyatalah baginya bahwa memang ada Penciptanya, Penguasanya, dan Pengaturnya.
Imam Al-Ghazali: melanjutkan: “Kalau segala sesuaatu itu berbeda-beda kesaksiannya, sebagian menyaksikan dan sebagian lagi tidak menyaksikan, maka tentu keyakinan itu akan berhasil bagi semuanya. Tetapi karena banyaknya kesaksian itu sehingga ,semuanya sepakat, maka menjadilah ia tersembunyi, dan samar-samar, karena sangat nyatanya.”
Berakhlak dengan kedua ism ini adalah dengan merahasiakan amal Anda sehingga tak tampak dari pandangan orang lain, dan menampakkan keistimewaan-keistimewaan Anda bagi orang-orang yang mencintai Allah, sehinggga Anda menjadi nyata di hadapan mereka.
Khasiatnya
Khasiat ism Azh-Zhahir adalah untuk menampakkan cahaya wilayah di dalam hati orang yang berzikir dengannya, jika ia berzikir dengannya di waktu matahari terbit.
Dan khasiat ism Al-Bathin adalah untuk mendapatkan rasa tenteram bagi orang yang berzikir dengannya, setiap hari tiga kali, dan tiap-tiap kali sesaat lamanya.

77. Al Waliy & 78. Al Muta’aliy

Al Waliy maknanya Dzat yang menyelesaikan semua urusan makhluk, dan Al Muta’aliy ialah Dzat yang Mahatinggi dari sifat-sifat kurang atau dari pencapaian akal dan pikiran.
Berakhlak dengan ism Al-Waliy mengharuskan Anda menjadi wali dan hakim terhadap diri Anda. Maka Anda jangan mengeluarkan dengannya dari apa-apa yang ia sukai. Sedangkan berakhlak dengan ism Al Muta ‘aliy adalah agar Anda mengangkat semangat Anda dalam berbuat bakti kepada Allah SWT.
Khasiatnya
Khasiat ism Al Waliy adalah untuk mencegah bencana, seperti petir dan lain-lain. Dan khasiat ism Al Muta’aliy ialah untuk meningkatkan kebaikan dan keadaan.


79. Al Barr

Al Barr ialah Dzat yang menyampaikan kebaikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dengan lemah-lembut. Al-Barr yang mutlak itu ialah yang semua kebajikan dan kebaikan itu berasal dari-Nya. Sedangkan seorang hamba dapat menjadi barran sesuai dengan kebajikan yang ia lakukan, terutama terhadap kedua ibu bapaknya dan guru-gurunya.
Diriwayatkan dari Nabi Musa a.s. ketika beliau berada di hadirat Tuhannya, beliau melihat seorang laki-laki berada di sisi tiang ‘Arsy, lalu beliau dengan keheranan bertanya kepada Tuhannya: “Oh Tuhan, dengan amal apakah orang ini mencapai derajat ini?”
Allah menjawab: “Ia tidak pernah merasa iri kepada hamba-hamba-Ku yang Aku beri karunia, dan dia juga sangat berbakti kepada ibu bapaknya.”
Berakhlak dengan ism ini menuntut anda agar banyak memberikan manfaat kepada hamba-hamba Allah dan bersikap kasih terhadap mereka.
Khasiatnya
Orang yang berzikir dengan ism ini akan mendapatkan kebajikan di dalam segala hal yang ada.
—oOo—

80. At Tawwab

At Tawwab ialah Dzat yang memudahkan sebab-sebab pengampunan berulang kali dengan menampakkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan mendorang ke arah mereka penjelasan-penjelasan-Nya, dan memperlihatkan kepada mereka peringatan dan ancaman-Nya, sehingga jika mereka telah melihat dan menyaksikan akibat-akibat dari dosa-dosa yang mereka lakukan itu, maka timbullah dalam hati mereka rasa takut, lalu mereka kembali tobat dan Dia menerima tobat mereka kembali.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki Anda bertobat dari setiap dosa, dan kembali kepada-Nya dalam setiap keadaan. Barangsiapa menerima alasan orang-orang yang berdosa di antara rakyatnya, teman-temannya dan orang-orang yang dikenalnya berkali-kali, maka ia telah berakhhlak dengan ism ini dan mengambil banyak bagian darinya.
—oOo—

81. Al Muntaqim

Al Muntaqim ialah Dzat yang membalas perbuatan orang-orang durhaka atas dosa-dosa yang mereka lakukan, dan menghukum siapa saja yang dikehendaki-Nya dengan sebesar-sebesar hukuman, dan Dia sangat keras siksaan-Nya. Ditimpakan-Nya bencana atas orang-orang durhaka dan orang-orang yang suka bertindak sewenang-wenang, serta dikeraskan-Nya siksaan atas orang-orang aniaya. Itu semua ditimpakan-Nya sesudah Dia memberi peringatan dan penundaan, sebab jika Allah SWT menyegerakan siksaan maka itu tidak mengharuskan siksaan yang sangat.
Yang paling terpuji di antara hukuman yang diberikan seorang hamba itu ialah jika ia menghukum musuh-musuh Allah SWT. Dan musuh yang paling besar bagi dirinya adalah hawa nafsunya. Sudah seharusnya jika ia menghukum orang yang melakukan maksiat atau melalaikan ibadah, sebagaimana dinukil dari Abu Yazid al Busthami, beliau berkata: “Pernah beberapa malam saya agak malas melakukan wirid, maka saya hukum diri saya dengan tidak memberikan air kepadanya selama satu tahun.”

Khasiatnya

Orang yang tidak mampu menghadapi musuhnya, hendaklah ia berzikir dengan ism ini, namun harus diingatnya bahwa sebagaimana Allah menghukum musuhnya, mungkin pula suatu ketika akan menghukum dirinya, karena itu hati-hatilah!
Di dalam hadis disebutkan, bahwa jika seorang hamba mengutuk orang yang menganiayanya, maka Allah berkata: “Hai hamba-Ku, engkau mengutuk orang yang menganiayamu, sedang orang yang engkau aniaya juga mengutukmu. Jika Aku perkenankan kutukanmu itu, maka Aku juga akan memperkenankan orang yang mengutukmu itu!”
—oOo—

82. Al ‘Afuww

Al Afuww ialah Dzat yang menghapuskan segala kejahatan dan memaafkan orang-orang yang telah berbuat maksiat. Ism ini mendekati makna Al-Ghafur, tetapi ia lebih sempurna. Sebab, Al-Ghafur itu adalah as-sitr (merahasiakan), sedangkan Al-Afuww itu adalah al-mahwu (menghapuskan).
Dikatakan bahwa para malaikat yang ditugasi untuk mencatat amal perbuatan manusia menghaturkan catatan amal-amalnya pada hari kiamat, lalu mereka lihat sebagian besar lembaran amal itu telah terhapus, padahal mereka mengetahui apa isinya. Maka sadarlah mereka bahwa Allah telah menghendaki kebaikan buat orang itu.
Firman Allah:
Dan Dialah yang menerinza tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25)
Ya Allah, jadikanlah kami sebagai golongan itu. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda memaafkan kejahatan-kejahatan orang lain dan memaafkan orang yang menganiaya Anda, bahkan Anda balas dengan perbuatan baik dan mendoakannya, sesuai dengan sifat Allah SWT. Sebab, betapa pun banyak dosa hamba-hamba-Nya, Dia tetap memberi rezeki dan menyejahterakan mereka, bahkan dihapuskan-Nya dosa-dosa mereka lalu digantikannya dengan kebaikan, jika dilihat-Nya mereka cenderung kepada tobat yang sebenarnya.
Khasiatnya
Barangsiapa membanyakkan zikir dengan ism ini, niscaya Allah akan membukakan baginya pintu maaf dan ampunan-Nya.
—oOo—

83. Ar Ra’uf

Ar Ra’uf berasal dari kata ar-ra’fah yang artinya sangat ramah. Rahmat itu termasuk sifat iradat yang paling tinggi, sebab sifat ini melenyapkan kesulitan dan menolak kejahatan dengan lemah-lembut dan kasih sayang.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki Anda bersikap kasih sayang terhadap hamba-hamba Allah, seperti yang dinyatakan oleh Nabi saw.:
Sayangilah orang yang ada di bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh yang ada di langit.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sepuluh kali ketika sedang dilanda amarah, dan kemudian membaca shalawat kepada Nabi saw. sepuluh kali juga, niscaya akan redalah kemarahannya. Demikian pula jika dibaca di hadapan orang yang sedang marah.
—oOo—

84. Malikul Mulk

Malikul-Mulk ialah Dzat yang menjalankan semua urusan di dalam kerajaan-Nya menurut apa yang Dia kehendaki. Tidak ada yang bisa menolak ketentuan-Nya dan tidak ada akibat dari hukum-Nya. Al Mulk artinya “kerajaan,” dan Al-Malik artinya “Yang Mahakuasa dengan sempurna.” Seluruh yang maujud ini merupakan satu kerajaan dan Dia adalah Penguasanya. Semuanya itu merupakan satu kerajaan, sebab antara sebagian dengan sebagian lainnya ada keterkaitan. Dan, sekalipun Ia banyak dari satu sisi, sesungguhnya dari sisi lain Ia adalah satu, karena kesesuaiannya dalam kebutuhan kepada Penciptanya dalam mewujudkan dan mengekalkannya. Contohhnya adalah tubuh manusia, ia merupakan sebuah kerajaan bagi hakikat manusia, di mana ia terdiri atas banyak sekali anggota tubuh yang berbeda-beda, namun ia seolah-olah saling membantu merealisasikan suatu tujuan bersama yang satu; dengan sifat demikian ini maka ia adalah suatu kerajaan. Begitu juga dengan alam semesta ini, ia ibarat satu orang dan bagian-bagian alam itu seolah-olah anggota tubuhnya; ia juga saling membantu dalam mewujudkan satu tujuan, yaitu menyempurnakan kebaikan yang mungkin adanya menurut yang dikehendaki oleh kemurahan Ilahi. Dan Allah SWT sajalah yang memilikinya, tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia Maka Berkuasa atas segala sesuatu.
Ber-taqarrub dengan ism ini mengharuskan seseorang selalu bersikap patuh dalam ibadah kepada Allah SWT dengan menghadirkan hati sehingga tidak disibukkan oleh yang lain.
Imam Al-Syadzill berkata: “Berhentilah di satu pintu agar terbuka bagi Anda beberapa pintu. Tunduklah kepada satu Raja agar seluruh makhluk tunduk kepada Anda.”
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini secara rutin, maka Allah akan memberikan harta kekayan kepadanya, dan dikayakan-Nya berkat karunia dan kemurahan-Nya.
—oOo—

85. Dzul-Jalali Wal-Ikram

Dia adalah Dzat yang tidak ada yang besar dan tidak ada yang sempurna kecuali bagi-Nya. Dan tidak ada kemuliaan atau yang dimuliakan kecuali berasal dari-Nya. Sifat Jalal itu adalah untuk-Nya dalam Dzat-Nya, sedangkan sifat Karamah itu merupakan anugerah-Nya kepada makhluk-Nya. Macam-macam kemuliaan yang diberiikan-Nya kepada makhluk-Nya itu hampir tidak terbatas dan tidak berakhir, seperti yang ditunjukkan dengan firman-Nya:
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam …” (QS. Al-Isra’: 70)
Sifat-sifat kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia itu banyak ragamnya. Yang terpenting adalah akal, pendengaran, penglihatan, hati dan sebagainya.
Ber-taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) dengan ism ini menghendaki Anda selalu bersikap tunduk dan tawadhu’ kepada Allah SWT, menghias diri dengan sifat-sifat sempurna yang jauh dari sifat-sifat tercela, serta bermurah hati kepada hamba-hamba Allah dengan pemberian.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat mendatangkan kemuliaan, kehormatan, dan kebesaran bagi orang yang berzikir dengannya.
—oOo—

86. Al Muqsith

Dia adalah Dzat yang mengambil hak orang yang teraniaya dari orang yang menganiaya. Dan
kesempurnaan-Nya adalah dengan menjadikan orang teraniaya itu merelakan perbuatan orang yang menganiayanya. Ini merupakan puncak dari sifat adil tanpa pandang bulu, dan tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah SWT.
Contohnya adalah hadis yang diriwayatkan dari ‘Umar bin Khaththab r.a., bahwa ketika Nabi saw. sedang duduk, tiba-tiba beliau tertawa hingga tampak giginya yang putih berseri, lalu ‘Umar bertanya: “Wahai Rasululllah, apa yang menyebabkan Tuan tertawa?”
Rasulullah menjawab: “Dua dari umatku berlutut berkata: ‘Ya Rabb, ambillah hakku dari orang yang menganiayaku ini!’
“Lalu Allah SWT berkata kepada orang yang menganiayanya itu: ‘Kembalikan kepada saudaramu semua yang kauambil darinya dengan aniaya!’
“Orang itu menjawab: ‘Ya Rabb, tidak ada lagi kebaikan yang tersisa padaku!’
“Lalu orang yang teraniaya itu berkata: ‘Ya Rabb, timpakanlah dosa-dosaku kepadanya!’
Kemudian Rasulullah saw. menangis seraya berkata: “Itulah hari yang mahadahsyat, sehingga orang perlu minta supaya dosanya ditanggungkan kepada orang lain.”
Beliau melanjutkan “Kemudian Allah berkata kepada orang yang teraniaya itu: ‘Angkatlah pandanganmu dan lihatlah ke dalam surga!’
“Lantas orang itu berkata: ‘Ya Rabb, aku melihat kota-kota terbuat dari perak dan istana-istana
terbuat dari emas dihiasi dengan permata, untuk siapakah ia gerangan? Untuk nabi yang mana, atau untuk shiddiq yang mana, atau untuk syahid yang mana?’
Allah menjawab: ‘Ia Aku berikan kepada orang yang memberikan harganya!’
“Orang itu bertanya: ‘Ya Rabb, siapakah yang mammpu membayar harganya?!’
“Allah menjawab: ‘Engkau bisa memberikan hargaanya.”
Tanya: ‘Dengan apa?’
Jawab: ‘Dengan pemberian maafmu kepada saudaraamu!’
“Orang itu berkata: ‘Ya Rabb, aku telah memaafkannnya.’
“Lalu Allah berkata: ‘Peganglah tangan saudaramu itu dan bawalah masuk bersamamu ke dalam surga.’
Kemudian Nabi saw. bersabda: “Takutlah kamu sekalian kepada Allah, dan berdamailah di antara sesama kamu, karena sesungguhnya Allah SWT kelak pada hari kiamat juga akan mendamaikan antara sesama kaum mukminin.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini secara rutin, maka Allah akan mencegah waswas darinya.
—oOo—

87. Al Jami’

Dia adalah Dzat yang menghimpun seluruh manusia pada hari kiamat. Dan ada pendapat lain mengatakan, bahwa Dia adalah Dzat yang mengumpulkan bagia-bagian tubuh manusia sesudah ia bercerai-berai, dan yang membangkitkan mereka kembali, serta menghimpun mereka di padang mahsyar.
Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, di antaranya adalah mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia dan lain-lainnya, di permukaan bumi ini dan kemudian mengumpulkan mereka di padang mahsyar pada hari kiamat. Dan Dia mengumpulkan langit, planet, udara di bumi, lautan, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan barang-barang tambang yang aneka rupa di bumi. Dia mengumpulkan tulang, urat, keringat dan otot, dan lain-lain. Dia mengumpulkan antara dua sifat yang berlawanan, seperti panas dan dingin, kering dan lembab, di dalam unsur hewan dan tumbuh-tumbuhan dan ini termasuk penghimpunan yang paling sempurna di antara yang ada.
Dan Allah juga mengumpulkan di dalam diri seorang hamba adab yang lahir di anggota tubuh dan hakikat batin di dalam hati. Barangsiapa yang sempurna makrifatnya dan baik tingkah lakunya, maka ia disebut juga sebagai jami’. Dikatakan bahwa jami’ ialah orang yang tidak padam cahaya makrifatnya.
Khasiatnya
Barangsiapa membanyakkan zikir dengan ism ini, maka ia akan berhasil mencapai segala cita-citanya. Dan jika orang kehilangan sesuatu barang, lalu membaca: Allahumma ya jami’an-nasi li yaumin la raiba fihi, ijma’ dhallati (Ya Allah, ya Tuhan yang mengumpulkan manusia pada hari kiamat, kumpulkanlah aku dengan barangku), maka insya Allah barangnya akan dikembalikan Allah, atau digantikan-Nya dengan yang lebih baik, berkat karunia dan kemurahan-Nya.
—oOo—

88. Al Ghaniy & 89. Al Mughniy

Dikatakan bahwa Al-Ghaniy ialah Dzat yang merasa cukup dengan Dzat-Nya, asma-Nya, dan sifat-Nya dari yang lain-Nya. Dan yang lain butuh kepada-Nya. Sedangkan Al-Mughniy ialah Dzat yang memberikan kekayaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hambaNya.
Ada pendapat lain mengatakan, bahwa Al-Ghaniy ialah yang tidak bergantung kepada yang lain, baik dalam dzat maupun dalam sifat-Nya, bahkan bersih dari segala keterkaitan dengan lain-Nya. Sedangkan Al-Mughniy yang hakiki ialah yang tidak memiliki hajat apa pun kepada yang lain. Orang yang butuh dan ia mempunyai apa yang dibutuhkannya itu, disebut sebagai kaya dalam arti majaz; dan ini mungkin ada pada selain Allah. Dan orang yang tidak tertinggal satu hajat pun selain hajat kepada Allah, maka dia adalah orang kaya, sekalipun tidak tinggal bagiinya asal hajat. Karena itulah Allah SWT berfirman:
“… Dan Allahlah Yang Mahakaya sedangkan kamulah orang-orang yang butuh (kepada-Nya)…” (QS. Muhammad: 38)
Berakhlak dengan ism Al-Ghaniy adalah dengan menampakkan kepapaan dan kebutuhan kepada-Nya, selalu dan selama-lamanya. Sedangkan berakhlak dengan ism Al-Mughniy adalah dengan lebih yakin terhadap apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang terdapat di tangan Anda, dan bersikap murah hati dan dermawan kepada hamba-hamba Allah SWT.
Khasiatnya
Ism Al Ghaniy, jika dibacakan atas sesuatu yang sakit di tubuhnya atau tubuh orang lain, niscaya akan dilenyapkan Allah SWT sakitnya itu. Sedangkan orang yang berdzikir dengan ism Al-Mughniy sebanyak seribu kali tiap-tiap hari, niscaya Allah akan menjadikannya kaya-raya.
—oOo—

90. Al Mani’

Dia adalah Dzat yang menolak sebab-sebab kebinasaan dan kekurangan dari badan, harta, dan agama. Dan ada pula yang berpendapat bahwa arti Al Mani’ ialah Dzat yang mencegah dari seseorang, sehingga tidak ada yang bisa menolak apa yang diberikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Dia tolak.
Dikatakan mengenai makna menolak sebab-sebab kebinasaan dan kekurangan itu, bahwa Dialah yang menolak sebab-sebabnya dengan menciptakan sebab-sebab yang disiapkan-Nya untuk pemeliharaan. Hal ini telah dijelaskan pada bab yang membicarakan makna ism Al Hafizh. Tidak ada beda antara keduanya. Hanya saja, al man’ adalah tambahan kepada sebab-sebab yang mencelakakan, sedangkan Al Hafizh itu adalah tambahan kepada yang dijaga dari kebinasaan. Itulah maksud dan tujuan dari al man’, jika al-man itu dimaksudkan untuk pemeliharaan, dan al hifzh tidak dimaksudkan untuk al man’. Setiap yang memelihara itu mencegah dan tidak setiap yang mencegah bagi sebab-sebab kebinasaan dan kekurangan memperoleh pemeliharaan dari kerusakannya.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda tidak memohon kepada selain Allah SWT dalam segala kebutuhan Anda dan jangan sampai Anda terpedaya oleh pemberian selain-Nya, sebab pemberian itu hanya sebagai sebab sedangkan pemberi yang hakiki ialah Allah SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa membanyakkan zikir dengan ism ini, niscaya segala permintaannya akan dikabulkan oleh Allah dan ditolak-Nya kejahatan darinya.

91. Adh Dharr & 92. An Nafi’

Kedua ism ini adalah ism sifat yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah. Tidak ada kemudharatan, keemanfaatan, kejahatan, dan kebaikan kecuali dengan iradah-Nya jua.
Allah SWT berfirman:
Katakanlah, bahwa semuanya berasal dari sisi Allah.
Namun adab terhadap hak Allah itu mengharuskan agar kejahatan itu dinisbatkan kepada hamba. Sebagaimana ditunjukkan dalam firman Allah dalam mengajak manusia supaya bersikap adab terhadap hak-Nya:
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri … (QS An Nisa’: 79)
Lihatlah adab Sayyidina Khidhir a.s. yang telah meenisbatkan keaiban kepada dirinya sendiri, sebagaimana diceritakan oleh Allah di dalam firman-Nya:
dan aku bermaksud merusakkan bahtera itu … (QS Al Kahfi: 79)
Padahal, dari cerita sebelumnya, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa beliau melakukan itu adalah atas petunjuk dan kehendak dari Allah, seperti terungkap dalam firman Allah berikut:
dan bukanlah aku melakukan itu menurut kemauanku sendiri … (QS Al Kahfi: 82)
Dikatakan bahwa Yang Memberi mudarat dan Yang Memberi Manfaat itu ialah Dzat yang berasal dari-Nyalah segala kebaikan, kejahatan, kemanfaatan, dan kemudaratan, dan itu semua dinisbatkan kepada Allah SWT; baik dengan perantaraan malaikat, manusia, benda-benda mati, maupun tanpa perantara. Janganlah Anda sangka bahwa racun itu sendiri yang mematikan atau mencelakakan, dan bahwa makanan itu sendiri yang mengenyangkan atau memberi manfaat, dan bahwa malaikat, manusia, setan atau makhluk lain seperti planet, bintang, dan lain-lain bisa memberikan kebaikan, kejahatan, kemanfaatan atau kemudaratan dengan dirinya sendiri. Semua itu adalah dengan sebab-sebab yang ditundukkan bagi mereka.
Ber-taqarrub dengan kedua ism ini menghendaki Anda tidak mengharapkan kemanfaatan dari selain Allah SWT dan tidak minta tolong dari kesulitan kepada selain-Nya.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism Adh Dharr tiap-tiap malam Jumat sebanyak seratus kali, maka ia akan mendapatkan derajat yang dekat keapada Allah SWT. Sedangkan khasiat ism An Nafi’ adalah, bahwa jika seseorang yang sedang ‘berkumpul’ dengan istrinya berzikir dalam hatinya dengan ism ini, niscaya istrinya akan mencintainya dengan sepenuh hatinya, dan akan dikaruniai anak-anak yang saleh.
—oOo—

93. An Nur

Yakni yang menerangi segala sesuatu dengan menampakkan cahaya-Nya di dalamnya.
Allah SWT berfirman:
Allah adalah cahaya langit dan bumi … (QS An Nur: 35)
Yakni, yang menerangi langit dan bumi dengan bintang-bintang atau planet-planet, atau dengan malaikat dan para nabi.
Dikatakan bahwa maknanya adalah, yang menampakan segala benda dari tiada menjadi ada.
Ibnu ‘Atha’illah, di dalam kitabnya Al-Hikam, mengatakan: “Alam semesta ini semuanya gelap, yang meneranginya adalah adanya Al Haqq di dalamnya.”
Perkataan Ibnu ‘Atha’illah itu diuraikan oleh pensyarah-nya sebagai berikut: “Alam semesta ini semuanya gelap, yakni tidak ada sama sekali di dalam pandangan ahli syuhud. Sesungguhnya yang meneranginya adalah nampaknya Al Haqq di dalamnya, seperti nampaknya cahaya matahari di lubang kunci. Dengan nampaknya Al Haqq itu, maka segala sesuatu yang asalnya tidak ada menjadi ada sesuai dengan tuntutan tabiatnya, yang sebenarnya tidak wujud di dalam zatnya. Ini adalah untuk memudahkan pemahaman dan tidak bisa dicapai kecuali dengan perasaan. “Adapun perkataan Ibnu ‘Atha’illah “nampaknya Al Haqq di dalamnya” maksudnya adalah, nampaknya perbuatan Allah di dalamnya. Sebab orang-orang arif menyaksikan perbuatan Allah itu dalam setiap sesuatu karena kuatnya makrifat mereka. Sehingga ada sebagian mereka mengatakan: “Tidaklah aku lihat sesuatu, melainkan kulihat Allah di dalamnya!” Maksudnya: “Kulihat perbuatan Allah di dalamnya.” Sebab afal-Nya itu menampakkan kekuasaan-Nya, yang seandainya terputus sekejap saja, tentu akan porak-porandalah segala yang wujud dan akan kacaulah tata-tertib alam ini. Tidak ada sesuatu pun yang maujud kecuali di dalamnya ada perbuatan Allah SWT. Dia adalah elemennya dan sebab kelangsungannya. Seandainya Allah SWT menghentikan af’al-Nya dari kita, tentu akan musnahlah segala yang ada.
Ber-taqanub dengan ism ini hendaklah dengan melihat segala sesuatu itu dari-Nya dan dengan-Nya. Kemudian berakhlak dengan menampakkan bahwa bagi-Nya setiap kebaikan.

Khasiatnya

Ism ini berkhasiat untuk menerangi kalbu dan anggota tubuh orang yang berzikir dengannya. Karena itulah, Rasulullah saw. membanyakkan menyebutnya dalam doanya berikut ini:
Ya Allah, adakanlah cahaya di dalam kalbuku, cahaya di dalam kuburku, cahaya di dalam penglihatanku, cahaya di dalam pendengaranku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya di depanku, cahaya di belakangku, dan cahaya di atasku. Ya Allah, adakanlah bagiku cahaya dan jadikanlah aku cahaya dengan berkat rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Paling Penyayang.
—oOo—

94. Al Hadi

Yaitu yang memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya dan yang menunjukkan kepada mereka apa-apa yang di dalamnya ada kebaikan buat mereka.
Allah SWT berfirman:
Yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (QS Thaha: 50)
Yakni, menunjukkan apa-apa yang Dia ciptakan untuk apa yang Dia kehendaki di dalam urusan agama dan dunianya.
Dikatakan bahwa makna Al Hadi itu ialah Dia yang menunjuki hamba-hamba pilihan-Nya kepada makrifat Dzat-Nya. Dan menunjuki hamba-hamba-Nya yang awam kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya sehingga dengannya mereka dapat menyaksikan Dzat-Nya. Dan memberi petunjuk setiap makhluk kepada apa-apa yang mesti mereka lakukan dalam memenuhi kebutuhannya, seperti memberi petunjuk kepada bayi untuk mengisap tetek ibunya guna mendapat susu, menunjuki anak ayam untuk mematuk biji-bijian ketika keluarnya, dan memberi petunjuk kepada kumbang untuk membangun rumahnya, dan lain-lain.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan seseorang memberi petunjuk kepada hamba-hamba Allah dengan apa-apa yang baik buat urusan agama dan dunia mereka secara global dan terperinci.

Khasiatnya

Ism ini berkhasiat memberi petunjuk kepada hati orang yang berzikir dengannya. Dan barangsiapa berzikir dengannya, maka ia akan dianugerahi kedudukan untuk menguasai umat dengan hak.
—oOo—

95. Al Badi’

Al Badi’ ialah Dzat yang menciptakan sesuatu tanpa di dahului oleh contoh serupa sebelumnya. Atau, yang tidak ada bandingannya dari mana pun. Maksudnya adalah bahwa tidak ada yang Esa seperti Dia, baik dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, maupun dalam perbuatan-Nya. Sifat ini tidak cocok kecuali bagi Allah SWT. Sebab Dia tidak mempunyai misal sebelumnya, bahkan semua yang ada adalah berkat penciptaan-Nya dan dia tidak sama dengan Yang Menciptakannya. Atas dasar inilah, Dia adaalah Dzat yang azali dan abadi.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki agar Anda mengusahakan sifat-sifat utama dan menjauhi sifat-sifat tercela.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sebanyak 70.000 kali, maka hajatnya akan terpenuhi dan akan diangkat oleh Allah kemudaratan baginya.

96. Al Baqiy

Al Baqiy adalah Dzat yang wujud-Nya kekal abadi, tidak ditimpa oleh suatu kefanaan dan tidak mungkin musnah. Jadi tidaklah berakhir wujud-Nya dan tidaklah terputus kekekalan-Nya.
Dikatakan bahwa makna lainnya dari Al Baqiy itu ialah, Dia maujud yang wajib wujud-Nya; tetapi jika dikaitkan dengan masa depan, dinamakan Baqiy, dan jika dengan masa lampau dinamakan Qadim. Yang Baqi mutlak itu ialah yang tidak ada akhir dari wujud-Nya dan yang Qadim mutlak itu ialah yang tidak ada permulaan dari wujud-Nya. Sedangkan Wajibul-WujUd itu mencakup kedua makna ini.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki Anda tidak berpaling dari berbakti kepada-Nya, namun tetap bersikap demikian selamanya, sebagaimana diisyaratkan oleh hadits Rasulullah saw. berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kamu sendiri yang bosan. ”
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sebanyak seribu kali, niscaya akan terlepaslah ia dari bencana dan kesusahannnya.

97. Al Warits

Al Warits ialah Dzat yang kekal sesudah segala yang maujud musnah. Dalam arti lain, Dialah yang mewarisi segala sesuatu sesudah semua penghuninya musnah. Atau, Dialah yang kembali kepada-Nya semua milik dan kerajaan ketika sudah tidak ada lagi tuntutan kerajaan bagi siapa pun.
Firman Allah:
Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang yang ada di atasnya … (QS Maryam: 40)
Perhatikanlah, tatkala sangkakala ditiup dan semua makhluk sudah musnah, Allah berfirman: Milik siapakah kerajaan pada hari ini? Ketika tidak ada jawaban, Dia sendiri menjawab: Milik Allah yang Mahaesa lagi Maha Mengalahkan!
Orang-orang yang memandang dengan mata hati senantiasa menyaksikan makna ayat ini dan mendengarkannya. Mereka yakin bahwa kerajaan itu hanya milik Allah sendiri, pada setiap hari, setiap saat, dan setiap detik, karena itulah Dia azali dan abadi. Hal ini dapat dicapai oleh mereka yang memahami hakikat tauhid, dan mengetahui bahwa yang tunggal perbuatannya di langit dan di bumi hanya satu.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda menjadi warits dari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang saleh, sebab ulama itu adalah pewaris para nabi.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat untuk menghilangkan kebingungan bagi orang yang berzikir dengannya.

98. Ar Rasyid

Ar Rasyid ialah Dzat yang memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, dan yang menyalurkan perencanaannya yang sempurna dan benar, tanpa musyawarah dan diberi petunjuk. Artinya, Dialah yang memberi petunjuk kepada makhluk-Nya, dalam hal ini artinya sama dengan Al Hadi.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki agar Anda tidak berhenti pada suatu tempat yang tak senonoh, dalam segala keadaan Anda, duniawi atau ukhrawi.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sesudah shalat Isya sebanyak seratus kali, maka segala amalnya akan diterima Allah SWT.

99. Ash Shabur

Ash Shabur ialah Dzat yang tidak segera memberikan hukuman kepada orang yang durhaka kepada-Nya, atau yang tidak segera melakukan sesuatu sebelum masanya. Artinya adalah, bahwa Dia tidak dihinggapi oleh sikap tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu sebelum tiba waktunya. Tetapi Dia menetapkan perkara pada batas-batas yang diketahui, dan tidak dimajukannya dari waktunya yang telah ditentukan.
Tentang kesabaran Tuhan dalam menghadapi orang-orang yang durhaka kepada-Nya, Nabi saw. dalam salah satu hadisnya bersabda: “Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatu pun yang lebih sabar menghadapi gangguan daripada apa yang didengar oleh Allah, bahwa orang-orang kafir itu menuduh Allah mempunyai anak, sedangkan Dia tetap menyejahterakan dan memberi rezeki kepada mereka.”
Inilah puncak derajat sabar dan penyantun.
Ber-taqarrub dengan ism ini mengharuskan Anda menahan diri dari segala yang dibenci Allah SWT demi memelihara agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan haram. Dan hendaklah Anda melazimkan melakukan apa-apa yang diwajibkan kepada Anda demi memperbaiki pengkhidmatan kepada Allah. Serta janganlah Anda segera menindak orang-orang yang bersalah terhadap Anda, namun maafkanlah dan bersikap sabarlah, meniru sifat Allah SWT.
Allah berfirman:
Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu …(QS An Nur: 22)
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sebelum terbit matahari, sebanyak seratus kali, niscaya ia tidak akan ditimpa musibah atau bencana pada siang hari itu.