1.
Allah
Lafal Allah berasal dari kata ilah
yang merupakan kata jenis yang pada awalnya diberikan untuk semua sembahan,
baik yang benar maupun yang batil, tetapi kemudian hanya diperuntukkan bagi
sesembahan yang benar (haqq) saja. Allah merupakan kata jadian yang berasal
dari kata ilahah, atau uluhah, atau uluhiyyah, yang
semuanya berarti “ibadah”, hanya di sini kata itu diartikan sebagai ma’bud
(yang disembah).
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa
lafal Jalalah ini berasal dari kata alaha yang berarti tahayyana
(bingung), sebab Allah SWT membuat akal dan pemahaman menjadi bingung jika
memikirkan keadaan-Nya.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata
Allah itu berasal dari kata aliha yang artinya “senang” atau “menaruh
kepercayaan kepada-Nya,” sebab hati menjadi tenteram dengan mengingat-Nya, dan
jiwa menjadi tenang dengan mengenal-Nya. Dan masih banyak lagi pendapat
lainnya.
Allah adalah nama yang diberikan kepada
Dzat yang maujud dan haqq, yang mengumpulkan segala sifat ketuhanan, yang
disifati dengan segala sifat rububiyah, yang munfarid dengan wujud hakiki,
sebab semua yang wujud selain Dia tidak berhak untuk menjadi ada dengan
sendirinya, melainkan keberadaannya bergantung kepada-Nya.
Allah adalah nama yang mengumpulkan
makna semua nama dan hakikat-Nya, dan merupakan Dzat yang disembah secara haqq.
Dia tidak membutuhkan siapa pun, sebaliknya yang lainlah yang membutuhkan-Nya.
Faedahnya
Ketahuilah, bahwasanya ism (Allah) ini adalah seagung-agungnya asma yang
jumlahnya sembilan puluh sembilan, seperti yang diberitakan oleh at-Turmudzi,
sebab menunjukkan kepada Dzat yang mengumpulkan sifat-sifat uluhiyah
seluruhnya, hingga tidak ada sesuatu pun yang menyamainya. Sedangkan asma
lainnya tidak menunjukkan ketunggalannya kecuali ketunggalan arti yang
berhubungan dengan ilmu, kekuasaan, atau perbuatan. Ia pun termasuk asma khusus
yang tidak diberikan kepada selain Dzat Yang Mahasuci dan Mahaagung, baik
secara hakiki maupun kiasan. Sebaliknya, asma yang lain terkadang diberikan
juga kepada yang lain-Nya, seperti Qadir, Alim dan Rahim.
Diantara keistimewaan lafal Allah itu
adalah asma lainnya selalu disandarkan kepada-Nya, misalnya Allah ar
Rahman ar Rahim,
atau Allah as Sami’al-Bashir, dan lain-lain. Sedang Dia tidak disandarkan
kepada yang lainnya; tidak dikatakan, misalnya, Al Qadir
Allah atau Ar
Rasyid Allah.
Seyogianya, dalam beribadat dengan ism
ini, seorang hamba harus mencurahkan segenap pikiran dan kemauannya semata-mata
kepada Allah Swt, tidak melihat kepada yang lain dan tidak menoleh kepada
selain-Nya, serta tidak mengharap dan tidak takut kecuali kepadaaNya.
Rasulullah saw, bersabda: “Bait syair
yang paling benar dalam sastra Arab adalah ucapan labid:
Ketahuilah, segala sesuatu selain Allah adalah batil.”
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini secara rutin setiap hari sebanyak seribu
kali, dengan ucapan Ya Allah ya hu, niscaya Allah akan mengaruniakan kepada
orang itu kesempurrnaan keyakinan. Barangsiapa membacanya pada hari Jumat
sebelum shalat, dalam keadaan yang suci dan bersih pakaiannya, serta bebas dari
segala kesibukan, maka Allah akan memudahkan segala permintaannya. Jika orang
yang sedang menderita suatu penyakit yang sulit disembuhkan oleh dokter, lalu
ia berdoa kepada Allah dengan ism ini, niscaya ia akan sembuh dengan
izin Allah, selama ajalnya belum tiba.
2. Ar Rahman
Ar-Rahman
dan Ar-Rahim,
keduanya berasal dari kata rahima. Ar-Rahman menghendaki adanya sesuatu yang
dikasihani, dan tidaklah sesuatu itu dikasihi kecuali dia membutuhkan. Rahmat
yang sempurna ialah memberikan kebaikan kepada semua hamba tanpa pandang bulu,
baik yang berhak menerimanya maupun tidak. Kesimpulannya adalah, bahwa rahmat
Allah itu bersifat menyeluruh, dunia dan akhirat. Pendapat lainnya mengatakan
bahwa Ar-Rahman
itu maksudnya adalah “Dzat Yang Menutupi (Merahasiakan dosa-dosa hamba-Nya) di
dunia,” sedangkan Ar-Rahim maksudnya adalah “Dzat Yang Mengampuni
dosa-dosa hamba-Nya di akhirat.”
‘Abdullah bin Mubarak berkata: “Ar-Rahman itu
ialah jika diminta Dia memberi; dan Ar-Rahim itu ialah jika tidak diminta Ia murka.”
Sedangkan As-Suda berkata: “Ar-Rahman itu melenyapkan kesulitan, dan Ar-Rahim
itu mengampuni dosa.”
Dikatakan bahwa Ar-Rahman itu ialah Dzat Yang Berbuat Baik
(Al-Muhsin) atau Dzat Yang Menghendaki kebaikan, yakni rahmat yang merupakan
kebajikan dan kebaikan.”
Faedahnya
Ism
Ar-Rahman
itu lebih khusus dari pada Ar-Rahim. Karena itu ia tidak dinisbatkan kepada
selain Allah SWT. Sedangkan Ar-Rahim kadang-kadang diberikan kepada selain
Allah. Dari segi ini ia lebih dekat kepada lafal Jalalah (Allah).
Karena itulah Allah menghimpunkan keduanya dalam firman-Nya yang artinya:
Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana
saja kamu seru, Dia mempunyai nama-nama yang terbaik … ” (QS. Al
Isra’: 10)
Rahmat yang dipahami dari kata Ar-Rahman itu
sangat sulit sekali dijangkau oleh kemampuan manusia, sebab Ar-Rahman adalah:
Pertama, kasih sayang terhadap hamba dalam bentuk eksistensi. Kedua, petunjuk
kepada iman dan menjadikannya sebagai kebahagiaan di akhirat. Ketiga, pemberian
nikmat dengan memandang Wajah-Nya yang mulia pada hari akhirat kelak.
Dalam menerapkan maksud dari ism Ar-Rahman ini, hendaklah
seseorang mengasihi hamba-hamba Allah yang lalai dengan jalan memalingkan
mereka dari jalan kelalaian itu kepada jalan Allah dengan nasihat dan wejangan,
serta membantu kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi sesuai dengan
kemampuannya. Dan hendaklah ia menganggap perbuatan maksiat yang dilakukan
orang itu juga sebagai perbuatannya sendiri, dan dengan sekuat tenaga ia
berusaha menghilangkannya, karena kasihan terhadap orang yang berbuat maksiat
tersebut.
Khasiatnya
Ism
Ar-Rahman dapat melenyapkan segala sesuatu yang tak disukai oleh
orang yang berdzikir dengannya. Barangsiapa membacanya seratus kali tiap-tiap
selesai mengerjakan shalat fardhu, maka dengan izin Allah, akan hilanglah sifat
lalai dan lupa dari dalam dirinya.
3. Ar Rahim
Ism
ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sama dengan lafal Ar
Rahman, berasal dari kata rahima, yaitu mencurahkan kebaikan kepada hamba.
Karena itu, sebagian besar penjelasan yang telah diberikan untuk lafal Ar
Rahman sesuai pula untuk ism ini. Bedanya hanyalah: Rahmat yang
terkandung di dalam lafal Ar Rahman mencakup orang beriman dan orang kafir
serta untuk seluruh makhluk; sedangkan rahmat yang terkandung di dalam lafal Ar
Rahim itu khusus untuk kaum yang beriman (Mukmin) saja. Hal ini di
dasarkan pada firman Allah SWT yang artinya:
“… Dan Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab: 43)
Ulama lainnya menyatakan pula pendapat mereka dalam hal
perbedaan lafal Ar Rahman dan Ar Rahim itu sebagai berikut:
“Ar-Rahman itu adalah Pemberi Nikmat secara global. Dan
Ar-Rahim itu adalah Pemberi Nikmat secara terperinci.”
Khasiatnya
Diantara khasiat ism ini adalah bahwasanya ia melembutkan hati
orang yang berdzikir dengannya, sehingga orang itu menjadi kasihan terhadap
dirinya dengan jalan taat melaksanakan segala perintah-Nya, dan menyayangi
semua makhluk Allah dengan jalan bersikap belas-kasihan terhadap mereka.
Barangsiapa takut terjerumus kepada perbuatan yang tidak
disukainya, maka hendaklah ia berdzikir dengan ism ini dan
ism sebelumnya (Ar
Rahman) sebanyak seratus kali, maka insya’ Allah ia tidak akan terjerumus
ke dalam perbuatan yang tidak disukainya itu.
Berakhlak dengan ism ini menjadikan seseorang suka menolong
orang-orang miskin dan bersikap belas-kasihan terhadap hamba-hamba Allah
semuanya, baik yang taat maupun yang durhaka. Dalam kaitannya dengan hal ini,
sebagian orang arif berpesan : “Sayangilah mereka yang ada di bumi, niscaya
engkau akan disayangi oleh mereka yang ada di langit.”
4. Al Malik
Al Malik maknanya
adalah Dzat yang tidak membutuhkan, baik dalam Dzat maupun Sifat-Nya,
sebaliknya segala sesuatu yang ada di jagat raya ini lah yang membutuhkan-Nya.
Dia Maharaja Mutlak yang sebenarnya. Dialah yang mengendalikan segala urusan
makhluk-Nya dengan saksama tanpa membutuhkan bantuan sedikitpun dari
makhluk-Nya.
Tidaklah terbayangkan oleh hamba-Nya, bahwa ia memiliki
kerajaan secara mutlak, sebab semua yang dimilikinya itu hakikatnya adalah
milik Allah SWT.
Jika seseorang membayangkan kehidupan yang fana ini,
betapapun kerajaan yang dimilikinya, tentu akan lenyap disebabkan oleh dua
perkara: pertama, karena kematian dan berpindahnya kerajaan itu kepada orang
lain, padahal Allah SWT adalah Penguasa kehidupan, kematian dan kebangkitan;
kedua, gugurnya pengakuan kekuasaan bagi selain Allah, yaitu sesudah ditiupkan
sangkakala pertama, yakni ketika Allah SWT menyerukan (QS Al Mu’min: 16)
“Kepunyaan siapakah
kerajaan pada hari ini?”
Ketika tidak ada yang menyahut, maka Allah SWT sendirilah
yang menjawabnya:
“Hanya kepunyaan Allah Yang
Mahaesa lagi Maha Mengalahkan.”
Kalau begitu, tidak ada kerajaan selain dari kerajaan Allah
SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini dengan rutin tiap-tiap hari pada waktu
matahari tergelincir sebanyak seratus kali, niscaya hatinya akan menjadi
bersih, dan lenyaplah segala kekotorannya. barangsiapa membacanya sesudah terbit
fajar sebanyak seratus dua puluh kali, maka Allah akan memberinya kekayaan dan
karunia-Nya, baik dengan sebab-sebab maupun dengan pintu yang dibukakan Allah
SWT atasnya.
5. Al Quddus
Ism
ini diambil dari kata qadasa yang artinya “suci,” seperti pada kalimat
al-ardh
al-muqaddasah yang artinya “tanah suci.”
Maksud dari ism ini adalah, bahwa Allah adalah Dzat yang
Mahasuci dari segala kekurangan dan kebinasaan, yang berhak atas sifat-sifat
kesempurnaan. Artinya, Allah itu suci dari segala sifat yang dapat dirasakan
oleh indera, atau yang dapat dibayangkan oleh khayalan, atau yang didahului
oleh persangkaan, atau yang terlintas dalam hati sanubari.
Dalam salah satu hadis yang mulia disebutkan:
“Semua yang terlintas dalam benakmu itu akan binasa,
sedangkan Allah tidak demikian.”
Ism
ini sering kali dirangkaian dengan ism sebelummnya (Al
Malik), karena ada kalanya para raja dunia merusak kekuasaaannya
dengan sifat-sifat aniaya dan melanggar hukum. Maka Allah SWT menyatakan bahwa
Dia tidak akan merusak kerajaan-Nya seperti yang diperbuat oleh raja-raja itu.
Orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan berakhlak
dan berdzikir dengan ism ini hendaklah membersihkan akidahnya dari
selain Allah SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan pada sepotong roti sesudah selesai melaksanakan shalat
Ju’mat kemudian dimakannya, maka Allah akan membukakan baginya pintu ibadat dan
akan menyelamatkannya dari bencana.
6. As Salam
As Salam artinya: Dzat yang terhindar dari segala
kekurangan, atau yang menyelamatkan kaum Mukmin dari siksaan, atau yang
menyelamatkan mereka ke dalam surga. Dengan kata lain, Dialah Dzat yang
terbebas dari segala aib (cela), sifat-Nya terbebas dari kekurangan, dan
perbuatan-Nya terbebas dari kejahatan yang ditujukan kepada diri-Nya.
Berakhlak dengan ism ini menjadikan seorang Mukkmin memelihara
lisan dan tangannya dari menyakiti orang lain.
Khasiatnya
Ism
ini berfungsi mengusir bencana dan penyakit, sehinggga jika ia dibacakan atas
orang yang sedang menderita sakit sebanyak seratus dua puluh satu kali, dengan
karunia Allah penyakitnya akan sembuh selama ajalnya belum tiba.
Guru kami, Tajul-’Arifin asy-Syarqawi berkata: “Jika ism
tersebut dibacakan sebanyak seratus tiga puluh enam kali dengan suara keras
sekadar bisa didengar oleh si sakit, sambil mengangkat tangan di atas kepala di
sakit, insya Allah orang yang sakit itu akan sembuh dengan izin Allah SWT.
7. Al Mu’min
Dia yang merupakan Sumber rasa aman dan keamanan dengan
menjelaskan sebab-sebabnya dan menutup jalan-jalan yang menakutkan. Keamanan
itu tidaklah terbayangkan kecuali di tempat-tempat yang menakutkan, dan tidak
ada ketakutan kecuali pada kemungkinan ketiadaan, kekurangan, dan kebinasaan.
Mu’min sejati ialah orang yang tidak membayangkan memperoleh rasa aman dan
keamanan itu melainkan dari Allah SWT.
Dikatakan bahwa makna lain dari asma Allah Al Mu’min itu
ialah yang membenarkan orang-orang pilihan-Nya dengan menampakkan mukjizat dan
karamah yang menunjukkan kebenaran mereka, atau membenarkan bagi diri-Nya bahwa
Dia benar dalam janji-Nya.
Keberuntungan seorang hamba dengan ism ini disyaratkan,
bahwa makhluk lainnya merasa aman berada di sampingnya, bahkan semua orang yang
ketakutan mengharap bantuannya untuk menolak kebinasaan dari dirinya, baik
dalam urusan agama maupun dunianya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang
berbunyi:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka
mestilah tetangganya merasa aman dari kejahatan-kejahatannya. ”
Hamba yang paling berhak atas ism Al-Mu’min
ialah mereka yang menjadi sebab keselamatan makhluk dari siksaan Allah, dengan
memberi petunjuk ke jalan Allah dan membimbing ke jalan keselamatan. Dan ini
merupakan tugas para Nabi dan ulama. Karena itulah Nabi saw. bersabda:
“Sesungguhnya kamu berdesak-desakan di dalam neraka ibarat
kupu-kupu, dan aku mengambilmu dengan memegang ikat pinggangmu!”
Sayyid ‘Abdul-Qadir Jailani telah berkata sebagai berikut:
“Ketahuilah, bahwa kesamaan dalam nama itu tidak menuntut kesamaan dalam dzat.
Dikatakan bahwa pada hari kiamat kelak ada penyeru menyerukan bahwa siapa yang
mempunyai nama sama dengan nama salah seorang Nabi, ia disilakan memasuki
surga. Di antara kaum itu ada orang-orang yang namanya tidak sama dengan nama
para nabi, lalu Allah SWT berkata kepada mereka: ‘Aku Al-Mu’min, dan aku
pulalah yang menamakan kamu kaum Mukminin!’ Maka akhirnya mereka pun memasuki
surga dengan izin Allah SWT.”
Khasiatnya
Di antara khasiatnya adalah, jika seorang yang ketakutan berdzikir dengan ism
ini sebanyak tiga puluh enam kali, niscaya amanlah diri dan hartanya.
8. Al Muhaimin
Artinya, adalah hak Allah SWT bahwa Dia mengurus keperluan
semua makhluk-Nya, yaitu pekerjaan mereka, rizki mereka, dan ajal mereka; yaitu
dengan memperhatikan, menguasai dan memeliharanya. Jadi, yang menghimpunkan
ketiga makna itulah Al-Muhaimin, dan itu tidak akan terkumpul secara mutlak dan
sempurna kecuali bagi Allah SWT.
Ada pendapat lain mengatakan, bahwa ism
ini meruupakan asma Allah SWT di dalam kitab-kitab kuno. Dikatakan juga bahwa
makna Al-Muhaimin adalah pengawas atas hakikat alam ini dan apa-apa yang
berkaitan dengannnya. Dan ada pula yang mengatakan bahwa maknanya adalah dzat
Yang sangat Sempurna dalam pemeliharaan dan pengawasan-Nya. Ada lagi pendapat
lain mengatakan, bahwa maknanya ialah Yang Menyaksikan.
Mendekatkan diri kepada Allah dengan ism
ini adalah; selalu mengawasi diri (mawas diri) dalam setiap perkara, sebab
tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari Allah SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa membacanya sebanyak seratus kali sesudah mandi dan shalat di tempat
yang sunyi dengan memusatkan perhatian kepada Allah SWT, niscaya Allah akan
menyucikan lahir dan batinnya.
9. Al ‘Aziz
Lafal Al-’Aziz ini berasal dari al-’izzah,
yakni kekuatan dan kemenangan. Ada pendapat lain mengatakan bahwa maknanya
adalah yang menghindarkan diri dari perolehan yang tinggi dari sifat-sifat
makhluk. Al-Jili berkata:”Dia (Allah) adalah yang mulia kedudukan-Nya sehingga
tidak akan hina, jauh dari pemahaman sehingga tidak bisa dicapai, dan cukup
dengan Dzat-Nya sehingga tidak membutuhkan kepada yang lain-Nya.” Imam
Al-Ghazali berkata: “Dia (Allah) adalah Dzat Yang Mulia; tidak terrkumpul
ketiga makna ini kecuali pada Allah SWT”
Hamba-hamba yang ‘aziz adalah mereka yang dibutuhkan oleh
hamba-hamba Allah yang lain dalam urusan-urusan penting mereka, yaitu kehidupan
akhirat dan kebahagiaan yang abadi.
Khasiatnya
Barangsiapa berdzikir dengannya selama empat puluh hari, tiap-tiap hari
sebanyak empat puluh kali, niscaya Allah akan menolongnya dan memuliakannya,
sehingga ia tidak lagi membutuhkan bantuan seorang makhluk pun.
10. Al Jabbar
Dia adalah Dzat yang melaksanakan kehendak-Nya keepada
setiap orang dengan jalan ijbar (mewajibkan/memaksa supaya dikerjakan),
dan tidak seorang pun melaksanakan kehendaknya kepada-Nya. Dia adalah Dzat yang
tidak seorang pun keluar dari genggaman kekuasaan-Nya, dan Dialah Yang
Mahakuasa secara mutlak. Menurut pendapat lain, lafal Al-Jabbar itu berasal daari
al-jabr, artinya pembetulan atau perbaikan. Misalnya, Anda mengatakan: Jabbartu
asy-syai’a jabran apabila Anda memperbaikinya. Jadi Al-Jabbar
adalah yang memperbaiki keadaan makhluk-Nya.
Sedangkan hamba yang jabbar adalah orang yang terhindar dari
mengikuti, dan mencapai derajat diikuti, serta satu-satunya orang yang memiliki
kedudukan yang tinggi, yakni ia dengan gerak-gerik dan rupanya memaksa orang
banyak mengikuti dan meneladaninya dalam segala tingkah lakunya. Sifat-sifat
demikian ini hanya dimiliki oleh penghulu umat manusia, Sayyidina Muhammad
saw., yang telah bersabda: “Seandainya Musa a.s. hidup, tidak ada pilihan lain
baginya kecuali mengikutiku. Akulah penghulu umat manusia, tetapi tidak
sombong.”
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat untuk memelihara seseorang dari kelaliman para penguasa dan
orang-orang yang kejam, baik di darat maupun di laut, di dalam perjalanan
maupun di tempat kediaman. Kalau dibaca tiap-tiap pagi dan petang sebanyak 226
kali, maka ism
ini menjadi sebab terpeliharanya ia dari kekejaman para penguasa.
11. Al Mutakabbir
Artinya yang maha memiliki keagungan dan kebesaran, Dia yang
melihat segala sesuatu itu hina bila dibandingkan dengan diri-Nya, dan tidak
melihat keagungan dan kebesaran itu kecuali pada diri-Nya sendiri. Dia
memandang yang lain seperti pandangan seorang raja kepada hambanya, dan ini
tidak terbayangkan secara mutlak dan sempurna kecuali bagi Allah SWT.
Pendapat lain mengatakan, bahwa takabbur dan kibriya’
adalah pemberitahuan tentang hak Allah SWT bagi sifat-sifat agung dan sempurna.
Ism
Al-Mutakabbir itu mengumpulkan segala makna tanzih (penyucian). Jadi, barangsiapa mengenal
ketinggian, keagungan dan kebesaran Allah, maka ia akan selalu membiasakan
dirinya bersikap hina dan merendah.
Rasulullah saw. bersabda:
“Semoga Allah mengasihani
hamba yang mengenal kekuasaannya sehingga ia tidak melanggar
batasan-batasannya.”
Sifat takabur ini tercela bila dimiliki oleh makhluk, sebab
ia tempat bagi kekurangan. Orang yang bersikap sombong pasti dipaksa oleh
sikapnya itu untuk bersifat dengan apa yang tidak sesuai dengannya. Dalam salah
satu hadits Qudsi, Allah SWT berfirman:
“Sifat Kibriya’ itu adalah selendang-Ku dan sifat Azhamah itu
adalah sarung-Ku. Maka barang siapa mencabutnya dari-Ku, niscaya Aku akan
memperkenankannya, dan Aku tidak peduli.”
Orang-orang zuhud
yang yang mutakabbir
(sombong) itu tidak sama dengan sombongnya orang-orang biasa. Sebab, sombongnya
orang-orang zuhud itu berarti melepaskan diri dari seluruh makhluk yang akan menyibukkan
batinnya. Jadi, ia bersikap sombong terhadap segala sesuatu selain Allah SWT.
Dia meremehkan dunia dan akhirat dengan maksud menjauhkan diri supaya keduaanya
tidak menyibukkannya dari mengingat Allah SWT Sedangkan zuhudnya orang-orang
yang bukan ‘arif itu adalah ibarat suatu mu’amalah (jual-beli); seolah-olah ia
membeli kesenangan akhirat dengan kesenangan dunia, ditinggalkannya segala
kesenangan yang sedikit di dunia ini guna mendapatkan gantinya yang berlipat
ganda di akhirat.
Khasiatnya
Ism
ini bersifat mendatangkan kebesaran dan menampakkkan kebaikan serta keberkatan.
Karenanya, barangsiapa membacanya sepuluh kali pada malam pengantinnya dan
sebelum melakukan jima’ dengan istrinya, maka ia akan dikaruniai anak yang
saleh.
12. Al Khaliq, 13. Al Bari’,
14. Al Mushawwir
Al Khaliq
ialah Dzat yang menciptakan alam semesta dan yang menghamparkannya. Al-Bari’
ialah Dzat yang menciptakan makhluk terlepas dari ketidakselarasan yang merusak
tata-tertib. Dan Al Mushawwir ialah Dzat yang memberikan
rupa kepada semua makhluk sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmat-Nya
yang azali di dalam ilmu-Nya yang lebih dahulu, dan ini juga merupakan makna ism-Nya
Al
Hakim, sebab at-tashwir artinya “menjadikan sesuatu
berbentuk” – Allah SWT telah menciptakan hamba dan membentuknya, sedang si
hamba ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut.
Terkadang ada yang menyangka bahwa ketiga asma ini merupakan
sinonim yang artinya “menciptakan” dan “membuat yang tak pernah ada
sebelumnya.” Padahal, sebenarnya tidaklah demikian, sebagaimana dikatakan oleh
Imam Al-Ghazali, sebab semua yang keluar dari seesuatu yang “tidak ada” menjadi
“ada”,” pertama, membutuhkan takdir; kedua, membutuhkan pembuatan yang sesuai
dengan takdir tersebut; dan ketiga, membutuhkan pembentukan sesudah pembuatan
tersebut. Jadi, dalam kaitannya dengan hal ini, Allah adalah Al Khaliq dari
segi Muqaddir (Yang Menentukan), kemudian Dia juga adalah Al Bari’ dari segi
pengadaan dari yang “tidak ada” menjaadi “ada”, dan Dia Al Mushawwir dari segi
pembentukan rupa.
Kita ambil contoh sebuah bangunan, misalnya. Bangunan itu
pertama-tama membutuhkan penaksiran segala yang dibutuhkannya, seperti batu,
kayu, dan tanah. Semua pekerjaan ini dilakukan oleh seorang insinyur.
Pertama-tama ia menggambar bangunan itu dan membentuk modelnya, kemudian ia
membutuhkan tukang batu untuk mendirikannya dan tukang ukir untuk membaguskan
bentuknya. Demikianlah urutannya menurut perbuatan hamba. Namun tidak demikian
menurut perbuatan Allah SWT, sebab Dialah Al Khaliq, Al Bari’ dan Al Mushawwir.
Contohnya adalah manusia, salah satu di antara makhluk-Nya. Pertama-tama
membutuhkan perencanaan dari apa akan dibentuk, kemudian tubuhnya dibentuk
seperti seorang tukang batu membangun bangunan, kemudian diberi-Nya segala yang
diperlukannnya berupa gerakan dan sifat yang menjadikan manusia itu hidup
berakal, dan berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Jadi, berdasarkan
sifat-Nya menakdirkan sesuatu dan mengadakan dari “tidak ada” menjadi “ada”,
Dia adalah Al Bari’. Dan berdasarkan sifat-Nya menjadiikan manusia sesuai
dengan ilmu-Nya yang qadim, Dia adalah Al-Mushawwir.
Khasiatnya
Ism
Al-Khaliq itu dibaca di tengah malam, gunanya adalah untuk menerangkan hati dan
wajah.
Ism
Al-Bari’ itu dibaca selama tujuh hari berturut-turut, tiap-tiap hari sebanyak
seratus kali. Gunanya adalah untuk selamat dari bencana.
Ism
Al-Mushawwir berguna untuk membantu pembuatan-pembuatan dan mengeluarkan buah,
dan apabila seorang yang mandul berzikir dengannya setiap hari sebanyak 21 kali
sambil berpuasa, dan dibaca ketika matahari sudah tenggelam dan sebelum
berbuka, dilakukan selama tujuh hari berturut-turut, dan ketika berbuka hanya
dengan air minum saja, niscaya mandulnya akan hilang.
15. Al Ghaffar
Asal kata Al Ghaffar itu adalah sitr dan taghthiyah,
artinya “Merahasiakan” atau “Menutupi.” Jadi, maghfirah dari
Allah itu maknanya adalah dirahasiakan-Nya dosa-dosa dan diampuni-Nya dengan
karunia dan rahmat-Nya bukan karena tobat seorang hamba atau taatnya. Dalam
salah satu hadis Qudsi, Allah SWT berfirman:
“Hamba-Ku, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa
dosa sepenuh bumi, niscaya Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebanyak
bumi itu pula, asal engkau tidak menyekutukan Aku.”
Al-Ghaffar itu artinya adalah Dzat yang menampakkkan
kebagusan dan menutupi kejelekan di dunia, dan memaafkan hukumannya di akhirat.
Sebagaimana
dikatakan di atas, bahwa makna ghafara itu adalah satara
(merahasiakan), maka yang pertama-tama dirahasiakan Allah dari hamba-hamba-Nya
adalah: dijadikan-Nya keburukan-keburukan badan mereka tertutup di batin
mereka, ditutupi oleh kebagusan lahir mereka. Kedua, pikiran jahat dan
keinginan buruk mereka ditempatkan-Nya di dalam kalbu, sehingga tidak ada orang
yang dapat melihatnya; seandainya segala yang terpendam di dalam hati mereka
berupa sifat khianat, buruk sangka dan semua sifat buruk itu tampak dari luar,
tentu mereka akan celaka karenanya. Ketiga, dengan maghfirah-Nya itu pula Allah
telah merahasiakan dosa-dosa manusia yang sebenarnya pantas dipermalukan di
hadapan orang banyak, namun Dia berjanji akan menggantikan kejahatan-kejahatan
mereka dengan kebaikan dan janji-Nya adalah benar.
Keberuntungan seorang hamba dengan ism ini diisyaratkan,
bahwa ia harus merahasiakan aib orang lain sebagaimana ia ingin orang lain
merahasiakan aibnya. Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa merahasiakan aib orang mukmin, niscaya Allah pun
akan merahasiakan aibnya pada hari kiamat.”
Dikisahkan bahwa pada suatu hari Nabi Isa as. dan para
pengikutnya berjalan melewati bangkai seekor anjing yang telah membusuk. Lalu
para pengikutnya berkata: “Alangkah busuknya bau bangkai anjing ini!” Namun
nabi Isa as. menjawab: “Alangkah bagusnya gigi putih anjing ini!” Ucapan beliau
ini untuk mengingatkan mereka, bahwa seyogyanya yang disebutkan dari segala
sesuatu itu adalah kebaikannya, bukan keburukannya.
16. Al Qahhar
Dia adalah Dzat Maha Perkasa yang mengalahkan sesuatu dengan
sempurna.
Firman-Nya: “Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian
hamba-hamba-Nya…”(QS. Al An’am:18).
Tidak ada sesuatupun yang ada di alam semesta ini, melainkan
berada di bawah kekuasaan-Nya. Imam Al Ghazali berkata: “Al Qahhar ialah Dzat
yang menimpakan bencana kepada musuh-musuh-Nya dengan kematian dan kehinaan;
bahkan tidak ada yang maujud kecuali semuanya berada di bawah kekuasaan dan
qudrat-Nya, lemah dalam genggaman-Nya.”
Menundukkan hawa nafsu, bagi seorang hamba, adalah dengan
melawan tipu daya setan yang merupakan musuh bebuyutannya, dan dengan melawan
syahwat nafsunya. Seandainya Allah memberikan jalan kemudahan baginya untuk
menundukkan keduanya, niscaya ia akan mampu pula menundukkan seluruh umat
manusia.
Seorang hamba yang berakhlak dengan ism ini hendaklah menundukkan
hawa nafsu dan setannya dengan melepaskan segala upaya dan menyerahkannya
kepada Tuhan Yang Mahaesa lagi Mahakuasa.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat untuk menghilangkan rasa cinta berlebihan kepada dunia dan
pengagungan selain kepada Allah SWT dari dalam hati. Barangsiapa membiasakan
berzikir dengannya, maka ia akan mendapatkan hal itu, dan akan menjadi menang
atas seterunya.
17. Al Wahhab
Al Wahhab
ialah Dzat yang memberi karunia tanpa mengharap balasan dan tanpa diminta. Kata
ini berasal dari kata hibah, yaitu pemberian yang tidak bermotif. Jika
bertambah banyak pemberian dengan sifat ini, maka si pemberi itu disebut Jawadun
Wahhab. Tidaklah akan berbentuk pemberian yang hakiki itu kecuali
dari Allah SWT, sebab Dialah yang memberikan semua yang dibutuhkan oleh orang
yang membutuhkannya, bukan untuk suatu tujuan, baik kini maupun nanti.
Hamba-hamba yang bersifat wahhab itu ialah mereka yang
memberikan sesuatu bukan karena takut siksa atau mengharap pahala, tetapi
semata-mata adalah karena cinta kepada Allah dan mengharapkan dapat
ber-taqarrub kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Orang yang berakhlak dengan ism ini
hendaklah memberikan segala yang dibutuhkan oleh orang lain sebagai pernyataan
rasa syukur kepada Allah SWT, dan hendaklah ia memperbanyak rasa malu terhadap
Allah SWT.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat untuk mendatangkan kekayaan, penerimaan, kewibawaan, dan
kebesaran bagi orang yang berzikir dengannya. Yaitu dengan jalan membacanya
pada sujud akhir shalat Dhuha sebanyak empat puluh kali.
18. Ar Razzaq
Ialah Dzat Yang Menciptakan rezeki dan sebab-sebabnya.
Dikatakan bahwa Ia adalah yang memberikan kepada segala yang ada, dengan
karunia-Nya, segala yang dapat memelihara materi dan bentuknya. Dia memberikan
ilmu kepada akal, memberikan pemahaman kepada hati, memberikan tajalli
dan musyahadah
kepada jiwa, memberikan makanan yang cocok untuk tubuh sesuai dengan keinginan,
ada yang dilapangkan-Nya dan ada pula yang disempitkan-Nya tanpa ada yang
menghalangi-Nya. Dengan kata lain, Ar-Razzaq adalah Dzat yang menciptakan
rezeki dan orang yang minta rezeki, kemudian menghubungkan antara keduanya, dan
juga menciptakan sebab-sebab untuk mendapatkan kesenangan dengan rezeki itu
bagi mereka.
Rezeki itu ada dua macam. Pertama, rezeki lahir berupa
makanan untuk tubuh. Kedua, rezeki batin berupa ilmu pengetahuan dan mukasyafah
untuk kalbu. Yang keedua ini merupakan jenis rezeki yang paling mulia, sebab
buahnya adalah kehidupan yang abadi. Sedangkan rezeki lahir itu buahnya adalah
kekuatan jasmani untuk jangka wakLu yang singkat saja. Allah SWT mengatur kedua
macam rezeki itu dan diberikan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Keberuntungan seorang hamba dari sifat ini akan diperoleh
dengan dua syarat. Pertama, haruslah diketahui hakikat sifat ini; bahwa
tidaklah pantas kecuali bagi Allah SWT Oleh karena itu ia tidak menunggu-nunggu
rezeki kecuali dari-Nya, dan tidaklah bertawakal dalam urusan reezeki itu
kecuali kepada-Nya. Kedua, hendaklah ia meminta kepada Allah SWT agar
mengaruniakan kepadanya ilmu yang bisa menunjuki dan lisan yang bisa menuntut, serta
tangan yang suka bersedekah. Dan hendaklah ia menjadi sebab sampainya rezeki
yang mulia ke dalam hati dengan perkataan dan perbuatannya.
Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan
memperbanyak kebutuhan makhluk kepada-Nya dan membuat suka kepada diri-Nya
untuk memenuhi kebuutuhan-kebutuhan tersebut.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat untuk meluaskan rezeki. Caranya adalah dengan membacanya sebelum
shalat fajar pada tiap-tiap sudut rumah, dimulai dari arah kanan kiblat dan
sambil menghadap kiblat sepuluh kali, demikian pula pada sudut-sudut lainnya
dilakukan dengan menghadap kiblat apabila dimungkinkan.
—oOo—
19. Al Fattah
Dialah yang dengan inayah-Nya terbuka segala yang terkunci.
Dan dengan hidayah-Nya tersingkap segala yang musykil. Terkadang Dia membukakan
kerajaan-kerajaan bagi para nabi-Nya, dan mengeluarkannya dari tangan
musuh-musuh-Nya. Dan terkadang pula diangkat-Nya hijab dari hati para
aulia-Nya, serta dibukakan-Nya bagi mereka pintu-pintu kerajaan langit-Nya dan
keelokan kebesaran-Nya. Di Tangan-Nyalah kunci-kunci alam gaib berada, dan
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia.
Allah berfirman yang artinya:
Apa saja yang Allah
anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat
menahannya … (QS. Fathir: 2)
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan orang rindu sampai menjadi
terbuka kunci-kunci musykilat Ilahiyah oleh lisannya, dan menjadi mudah dengan
ma’rifah-Nya urusan duniawi dan ukhrawi yang sulit atas makhluk lainnya, agar
ia memperoleh bagian dari-Nya.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat untuk memudahkan urusan, menerangi kalbu, dan menguasai
pintu-pintu pembukaan. Barangsiapa membacanya sesudah shalat fajar sebanyak 71
kali, sambil meletakkan kedua tangannya di dadanya, maka Allah akan menyucikan
kalbunya, menerangi jiwaanya, dan memudahkan urusannya.
—oOo—
20. Al ‘Alim
Dialah yang meliputi dengan ilmu-Nya segala sesuatu yang
lahir, yang batin, yang halus, yang besar, yang permulaan, yang akhir,
pembukaannya, dan penutupnya. Ini adalah dari segi kejelasan dan ungkapan yang
sesempurna mungkin; tidak ada yang lebih jelas darinya.
Dikatakan bahwa makna Al-Alim itu ialah yang melaksanakan
ilmu, yaitu sifat yang qadim yang tegak bersaama Dzat Allah SWT,
berkaitan dengan maklumat-maklumat yang wajib, ja’iz dan mustahil. Allah SWT
mengetahui Dzat-Nya, asma-Nya, sifat-Nya, dan Dia juga mengetahui apa-apa yang
sudah dan akan terjadi dari segala sesuatu yang ja’iz, dan Dia pun mengetahui
apa-apa yang mustahil, dan mengetahui apa-apa yang galb. Hanya Allah sendirilah
yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, dan mengetahui apa yang
terkandung di dalam rahim, dan mengetahui kapan akan turun hujan, dan
mengetahui apa yang akan diusahakan oleh setiap orang dan di negeri mana ia
akan mati.
Tidak tertutup kemungkinan bahwa seorang hamba itu
mendapatkan bagian dari sifat ilmu ini, tetapi berbeda dengan ilmu Allah dalam
tiga perkara. Pertama, dari banyaknya pengetahuan. Betapapun luasnya
pengetahuan seorang hamba, hal itu masih terbatas. Bagaimana akan dibandingkan
dengan ilmu Allah yang tidak ada ujung dan batasnya? Kedua, bahwa kasyaf
(melihat dengan mata batin) seorang hamba itu, bagaimanapun jelasnya, ia tidak
bisa mencapai tujuan yang tidak ada ujungnya lagi; penyaksiannya terhadap
sesuatu itu ibarat ia melihatnya dari balik tirai yang tipis. Tidak dapat
diingkari adanya perbedaan dalam derajat kasyaf itu, sebab pandangan mata batin
ibarat mata lahir dalam memastikan segala sesuaatu yang dipandangnya, seperti
perbedaan antara melihat di kala remang-remang dan melihat di waktu terang-benderang.
Ketiga, bahwa ilmu Allah itu tidak diperoleh dari sesuatu, namun sesuatu itulah
yang mendapatkannya dari-Nya. Sedangkan ilmu seorang hamba itu mengikuti
sesuatu dan dihasilkan darinya. Jika Anda masih kurang memahami penjelasan ini,
maka ambil contoh ilmu seorang yang baru belajar catur dan orang yang
membuatnya, misalnya. Si pembuat catur menjadi sebab adanya catur, dan adanya
catur itu menjadi sebab ilmunya si pelajar catur. Namun ilmu si pembuat catur
lebih dahulu dengan mengadakan catur itu, sedangkan ilmu orang yang belajar
catur itu terakhir. Demikian pula halnya deengan ilmu Allah SWT; ia mendahului
segala sesuatu dan menjadi sebab baginya.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat untuk mendatangkan ilmu pengetahuan dan makrifat. Barangsiapa
berzikir dengannya secara rutin, maka ia akan mengenal Allah dengan sebenarnya
yang sesuai dengan-Nya. Dan barangsiapa membacanya seratus kali secara rutin
tiap-tiap selesai shalat fardhu, niscaya ia akan menjadi seorang yang ahli
kasyaf (yang bisa memandang dengan mata batin) dan memiliki iman yang kuat.
21. Al-Qabidh, 22. Al-Basith
Al-Qabidh artinya Dzat yang menahan rezeki dari orang yang
dikehendaki-Nya dengan cara yang dikehendaki-Nya. Sedangkan Al-Basith adalah
lawannya, yaitu Dzat yang meluaskan rezeki dengan cara yang dikehendaki-Nya
kepada orang yang dikehendaki-Nya.
Dikatakan bahwa Al-Qabidh ialah Dzat yang mencabut nyawa
pada saat kematian; sedangkan Al-Basith ialah meluaskan bayangan bagi arwah di
dalam kehidupan.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Al Qabidh ialah Dzat
yang menerima sedekah dari orang-orang kaya, sedangkan Al-Basith ialah Dzat
yang memberi reezeki kepada orang-orang lemah dan meluaskan rezeki kepada
orang-orang kaya sehingga tidak tersisa kemelaratan, dan menahannya dari
orang-orang miskin sehinggga tidak tersisa kemampuan.
Berakhlak dengan kedua ism ini adalah dengan menahan diri
dari semua selain dari Dia, dan melapangkan diri dalam setiap sesuatu yang
diridhai-Nya. Tidak menyusahkan orang lain dan tidak terlalu menaruh
kepercayaan kepada mereka.
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism Al-Qabidh pada empat puluh iris roti selama
empat puluh hari, maka ia tidak akan merasakan sakitnya penyakit. Dan khasiat
ism Al-Basith adalah: jika seseorang berzikir dengannya seusai mengerjakan
shalat Dhuha sebanyak sepuluh kali, sambil mengangkat kedua tangannya ke langit
dan kemudian menyapukannya ke mukannya, niscaya Allah akan membukaakan baginya
salah satu pintu kekayaan.
—oOo—
23. Al Khafidh, 24. Ar Rafi’
Kedua ism ini merupakan asma Allah yang diriwayatkan
di dalam khabar
(hadis); keduanya termasuk sifat fi’il Allah, yaitu meninggikan orang yang
dikehendaki-Nya dengan memberikan nikmat-nikmat-Nya, dan merendahkan orang yang
dikehendaki-Nya dari pangkatnya dengan siksaan-Nya.
Dikatakan bahwa Al-Khafidh itu ialah Dzat yang merendahkan
musuh-musuh-Nya dengan kehinaan, dan Ar-Rafi’ itu ialah Dzat yang meninggikan
wali-wali-Nya dengan kemenangan.
Ada pula pendapat yang mengatakan, bahwa Al Khafidh itu
ialah Dzat yang merendahkan orang-orang kafir dengan kesialan, dan meninggikan
orang-orang beriman dengan kebahagiaan. Meninggikan aulia-Nya dengan
mendekatkan mereka kepada-Nya dan merendahkan musuh-musuh-Nya dengan menjauhkan
mereka dari-Nya.
Barangsiapa telah dibersihkan musyahadah-nya
dari takhayul dan dibebaskan keinginannya dari nafsu tercela, maka ia telah
diangkat Allah kepada derajat malaikat muqarrabin. Dan barangsiapa terbatas
musyahadah-nya pada segala yang dapat dirasakan saja dan kemauannya pada hawa
nafsu yang juga dimiliki oleh hewan, maka tandaanya ia telah direndahkan oleh
Allah ke tingkat yang serenndah-rendahnya. Dan ini semua tidak bisa dilakukan
keecuali oleh Allah SWT; hanya Dialah yang berkuasa merendahkan dan
meninggikan.
Di antara syarat keberuntungan seorang hamba dari ism
ini adalah agar ia meninggikan kebenaran dan merendahkan kebatilan. Yaitu
dengan jalan membantu (menolong) kebenaran dan menentang kebatilan. Memusuhi
musuh-musuh Allah guna merendahkan mereka, dan menolong wali-wali Allah untuk
meninggikan mereka.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca Al Khafidh sebanyak lima ratus kali, maka semua hajatnya
akan dipenuhi Allah. Dan barangsiapa membaca Ar Rafi’ sebanyak tujuh puluh
kali, niscaya ia akan selamat dari gangguan orang-orang yang aniaya.
—oOo—
25. Al Mu’izzu, 26. Al Mudzillu
Dia adalah Dzat yang memberikan kerajaan kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari orang yang dikehendaki-Nya.
Dikatakan bahwa Al-Mu’izzu itu ialah Dzat yang memberikan
kemuliaan kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, dan Al-Mudzillu itu ialah
Dzat yang menundukkan orang yang dikehendaki-Nya dengan jalan menghinakannya.
Berakhlak dengan kedua ism ini mengharuskan seseorang agar memuliakan
kepada siapa yang diperintahkan supaya dimuliakan dan menghinakan kepada siapa
yang diperintahkan supaya dihinakan.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism Al-Mu’izzu pada malam Senin atau malam Jumat
sesudah mengerjakan shalat Maghrib sebanyak empat puluh kali, niscaya Allah
akan menanammkan rasa takut ke dalam hati seluruh makhluk kepadanya. Dan barangsiapa
membaca ism
Al-Mudzillu sebanyak tujuh puluh lima kali kemudian ia berdoa di dalam
sujudnya, niscaya ia akan bebas dari dalam penjaranya dan akan selamat dari
gangguan orang-orang yang dengki dan aniaya.
—oOo—
27. As Sami’
As Sami’ artinya Maha Mendengar, dikaitkan dengan hak Allah
SWT, adalah suatu sifat tambahan atas ilmu-Nya. Maksudnya adalah bahwa Allah
SWT dapat mendengarkan segala sesuatu yang ada sekalipun pelan suaranya.
Sedangkan pendengaran yang ada pada makhluk adalah dengan perantaraan daun
telinga yang akan hilang daya dengarnya bila alat itu rusak. Tetapi keadaan
pendengaran yang ada paada Tuhan tidaklah demikian. Dia mendengar tanpa
perantaraan daun telinga, baik yang didengar-Nya itu bunyi suara, maupun warna
dan benda. Dia dapat mendengarkan suara langkah semut atas karang yang licin di
malam yang gelap gulita. Dan Dia mendengarkan pujian yang diucapkan seseorang
kepada-Nya lalu Dia mengganjar mereka; dan mendengarkan doa orang-orang yang
meeminta kepada-Nya lalu Ia memperkenankan permintaan mereka. Pendengaran-Nya
tidak dapat ditembus oleh suatu peristiwa, karena Dia tidak mendengar dengan
telinga atau alat pendengaran. Jadi, pendengaran menurut hal Allah SWT itu
ialah suatu ibarat tentang sifat yang dengannya tersingkap kesempurnaan sifat-sifat
buatan-Nya.
Seorang hamba mempunyai bagian dari pendengaran itu, tetapi
terbatas, sebab ia tidak dapat mendengarkan semua yang dapat didengar, bahkan
suara yang terdekat sekalipun. Dan lagi, seperti yang telah kami kemukakan,
pendengarannya itu dibantu dengan alat (indera pendengar) yang dapat rusak; dan
kalau suaranya terlalu pelan, maka si hamba tidak lagi bisa mendengarnya.
Keberuntungan seorang hamba yang beragama dengan ism
ini mengharuskan adanya dua syarat. Pertama, harus diketahui bahwa Allah SWT
itu Maha Mendengar. Karenanya ia harus memelihara lisannya. Kedua, hendaklah
diketahui bahwa Allah tidaklah menciptakan baginya pendengaran tersebut,
melainkan agar ia mendengarkan Kalam Allah dan isi Kitab-Nya yang telah
diturunkan-Nya. Dengan demikian ia akan memperoleh hidayah ke jalan Allah.
Khasiatnya
Barangsiapa membacanya pada hari Kamis sesudah shalat Dhuha sebanyak lima puluh
kali, maka ia akan menjadi seorang yang makbul doanya.
—oOo—
28. Al Bashir
Selain mendengar, Allah juga melihat. Al-Bashir, menurut
bahasa, artinya mencapai apa-apa yang dapat dilihat dengan pandangan mata.
Sedangkan dalam hak Allah SWT adalah suatu ibarat tentang sifat yang dengannya
tersingkap kesempurnaan perbedaan segala yang dapat dilihat. Sebab, Allah SWT
menyaksikan dan melihat, sehingga tidak terlepas dari-Nya apa-apa yang
terpendam di dalam tanah. Penglihatan Allah SWT itu terlepas dari adanya bola
mata atau pelupuk mata. Gambaran dan warna-warni tercetak pada Dzat-Nya,
sebagaimana tercetak pada mata manusia, tanpa memberikan bekas atau perubahan
yang merusak.
Keberuntungan seorang hamba dari ism ini
menghendaki dua syarat. Pertama, ia harus mengetahui bahwa Allah SWT telah
menciptakan baginya sepasang mata guna melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya yang
terdapat di alam semesta ini dan melihat keajaiban-keajaiban keraajaan langit.
Ia harus menggunakan pandangannya itu untuk mengambil pelajaran dari apa yang
dilihatnya. Kedua, haruslah ia mengetahui pula bahwa ia selalu berada dalam
penglihatan Allah SWT. Karena itu ia tidak boleh meremehkan pandangan Allah
tersebut. Alangkah lancang dan meruginya orang yang mengetahui bahwa Allah
melihatnya, namun dikerjakannya juga perbuatan maksiat. Dan kalau ia mengira
bahwa Allah tidak melihatnya, maka alangkah kufurnya ia.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini sesudah mengerjakan shalat Jumat
sebanyak seratus kali, niscaya Allah akan membukakan baginya pandangan mata
batinnya dan ditunjuki-Nya kepada perkataan dan perbuatan yang baik.
—oOo—
29. Al Hakam
Ism
ini berasal dari kata hakama yang menurut bahasa artinya pelaksanaan
atau pemenuhan, yang memisahkan antara dua perkara, dan menghalangi atau
merintangi. Al-Hakam adalah Hakim yang tidak dapat ditolak ketentuan-Nya dan
tidak dapat dikomentari keputusan-Nya dalam memutuskan perkara antara yang hak
dan yang batil, yang baik dan yang jahat. Dia memberi ganjaran kepada setiap
orang berdasarkan apa yang telah mereka lakukan, dan Dia pulalah yang
memisahkan antara makhluk-makhluk-Nya dengan apa yang Dia kehendaki.
Dikatakan bahwa makna Al-Hakam adalah: Yang membedakan
antara orang celaka dan orang beruntung, dengan pahala dan siksaan.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan anda menjadi hakim antara
hati dan jiwa anda, dengan jalan anda harus memperlakukan antara keduanya
dengan adil dan meninggalkan tuntutan dan penyelewengan.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini pada akhir malam dalam keadaan suci dan
mengkonsentrasikan pikiran, maka Allah akan menjadikan batinnya sebagai tempat
rahasia- rahasia ketuhanan.
—oOo—
30. Al ‘Adl
Kata ini adalah kata dasar, di mana Allah menyifatkan
diri-Nya sebagai sifat mubalaghah, yakni bersifat adil yang sempurna.
Dia bersih dari sifat aniaya, baik dalam hukum-Nya maupun dalam perbuatan-Nya.
Di antara hukum-Nya mengenai hak hamba-hamba-Nya adalah, bahwasanya tidak ada
bagi manusia itu kecuali apa yang dia usahakan, dan bahwa hasil dari segala
usahanya itu akan dilihatnya. Sesungguhnya orang-orang yang saleh berada di
dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, dan bahwa orang-orang durhaka akan
dimasukkan ke dalam api neraka jahanam.
Keberuntungan seorang hamba beragama dari ism
ini adalah percaya bahwa Allah SWT itu sangat adil, yang tidak terbantahkan
pengurusan-Nya, hukum-Nya, dan segala af’al-Nya, baik yang sesuai dengan
kehendaknya maupun yang tidak sesuai. Sebab, semuanya itu adil. Dia seperti apa
yang seharusnya dan atas apa yang seharussnya. Kalau Ia tidak melakukan apa
yang telah dilakukan-Nya itu, tentu akan terjadi perkara lain, yang mungkin
akan lebih besar mudaratnya.
Berakhlak dengan ism ini menuntut seseorang agar senantiasa
adil dalam menghukum, berperilaku, dan berrsikap, dan tidak boleh menganiaya
seorang pun.
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism ini pada hari Jumat atau malam Jumat di atas
dua puluh iris roti, lalu roti itu dimakannya, maka Allah akan menundukkan
seluruh makhluk untuknya.
—oOo—
31. Al Lathif
Ism
ini berasal dari kata Al-Luthf yang menurut bahasa berarti:
kasih-sayang terhadap hamba. Sedangkan Al Lathif di sini artinya Dzat yang Maha
Mengetahui akan perkara-perkara yang halus dan kejadiannya masing-masing, dan
yang Maha Mengetahui tentang segala sesuatu secara mendetil.
Dikatakan bahwa Al-Lathif adalah Dzat yang pandangan
tercegah dari melihat-Nya, pandangan yang terleepas dari kungkungan tempat,
sehingga tidak ada satu pun arah atau ruang yang membatasinya. Dia Mahatinggi
dari batasan, sehingga Dia tidak diketahui oleh akal dengan pemahaman dan
pikiran. Padahal, walaupun demiikian, Dia berada sangat dekat dengan sesuatu
dibandingkan dengan zat sesuatu itu sendiri.
Pendapat lain mengatakan, bahwa Al-Lathif itu ialah Dia yang
segera menghilangkan kesusahan ketika turun siksaan.
Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya pada tiap-tiap
kedipan mata, Allah mempunyai pandangan kasih-sayang kepada makhluk-Nya.
Ada pula pendapat lain mengatakan, bahwa Al-Lathif berasal
dari al
luthf, yaitu menyembunyikan suatu perkaara di dalam kebalikannya,
seperti Allah telah menyembunyikan kerajaan Nabi Yusuf as. dalam pakaian
seorang budak, sehingga dia berkata:
… Sesungguhnya Tuhanku
Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki … (QS
Yusuf: 100)
Di antara keberuntungan seorang hamba dari sifat ini adalah,
hendaklah ia bersikap lemah-lembut terhadap hamba-hamba Allah, dan hendaklah ia
bersikap ramah dalam menyeru mereka ke jalan Allah dan memberi petunjuk kepada
kebahagiaan akhirat tanpa merendahkan atau bersikap kasar dan tidak pula dengan
cara bertengkar. Sebaik-baik bentuk kelembutan adalah menarik hati orang lain
dengan muka yang manis dan perbuatan yang baik, sebab cara itu lebih
berpengaruh daripada perkataan yang dibuat-buat.
—oOo—
32. Al Khabir
Al Khabir
ialah Dzat Yang Maha Mengetahui akan perkara-perkara yang halus. Dia adalah
Dzat yang tidak tersembunyi bagi-Nya berita-berita yang batin, dan tidak ada
yang tersembunyi bagi-Nya sesuatu pun di bumi dan di langit, dan tidak bergerak
sesuatu benda sekecil atom pun di alam semesta ini dan tidaklah hati bergejolak
atau tenteram, melainkan ilmu Allah SWT meliputnya. Dari segi ini ia dapat pula
diartikan Al
‘Alim. Namun, ilmu bila ditambah dengan pengetahuan tentang hal-hal
yang tersembunyi di batin disebut khabrah, sedangkan yang mempunyai sifat demikian
disebut khabir.
Keberuntungan seorang hamba dari sifat ini mengharuskan dia
bersikap mengetahui segala yang terjadi di alam semesta dan dalam dirinya,
yaitu hati dan badannya. Hendaklah ia berhati-hati dan selalu waspada terhadap
segala yang tersembunyi di dalam hatinya, seperti khianat, tipuan, menampakkan
kebaikan dan menyembunyikan kejahatan. Yang dimaksud dengan badannya ialah
nafsunya. Maka dalam hal ini ia tidak boleh tunduk kepada bisikannya dan tidak
boleh condong kepada haawa nafsunya. Itu semua tidak akan diketahui kecuali
oleh mereka yang sangat mengenal dirinya dan tipu dayanya, sehingga ia
bersiap-sedia untuk melawannya.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan seseorang mencukupkan diri
dengan apa-apa yang telah diketahui oleh Allah SWT dan pengetahuan-Nya yang
dalam mengenai hamba-hamba-Nya, dan hendaklah ia meninggalkan sifat-sifat riya
dan dibuat-buat.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini selama tujuh hari, maka akan datang
kepadanya ruhaniah (sebangsa malaikat) yang akan memberitahukan kepadanya
berita-berita yang dinginkannya, seperti berita-berita tentang kejadian yang
berlangsung pada tahun itu, atau berita tentang raja-raja, atau berita tentang
hati dan lain-lain. Barangsiapa berada di dalam kekuasaan orang yang selalu
menganiayanya, maka ia harus memperbanyak berzikir dengannya.
—oOo—
33. Al Halim
Al Halim ialah Dzat yang tidak dikobarkan oleh amarah dan
kemarahan itu tidak menariknya untuk segera memberikan siksa. Dengan kata lain,
Dialah Dzat yang memaafkan orang-orang yang berdosa, sekalipun mereka
sebenarnya sudah patut mendapatkan siksaan karena dosanya itu.
Dikatakan, dengan ungkapan lain, bahwa Al-Halim itu ialah
Dzat yang menyaksikan perbuatan maksiat yang dilakukan oleh seseorang, dan
melihat pelanggaran perintah-Nya, tetapi Dia tidak segera murka, tidak ditimpa
kebencian, dan tidak segera membalas walaupun Dia sangat mampu untuk melakukan
itu. Allah SWT memuji diri-Nya dengan firman-Nya,
“Dan sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan apa yang ia
perbuat, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu
makhluk yang melata pun ...” (QS. Fathir: 45)
Rasulullah saw. telah menjelaskan puncak sifat halim ini
dalam sabdanya yang berbunyi:
Tidak ada sesuatu pun yang
lebih sabar terhadap gangguan melebihi apa yang didengar oleh Allah.
Orang-orang kafir ilu menuduh bahwa Dia mempunyai anak, namun Dia tetap
memberikan kesejahteraan dan rezeki kepada mereka.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan seseorang bersikap sabar
dan suka memaafkan kesalahan orang lain, dan membalas kejahatan dengan
kebaikan, sesuai dengan sifat halim yang ada pada Allah SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism ini pada secarik kertas, lalu dihapusnya dengan
air dan disapukannya pada alat tukangnya, maka akan tampaklah padanya
keberkatan. Dia jika disapukan pada sebuah kapal, maka kapal tersebut akan
terhindar dari bahaya tenggelam dan dari segala marabahaya.
—oOo—
34. Al ‘Azhim
Al ‘Azhim
ialah Dzat yang mencapai tingkatan yang paling puncak dari sifat agung,
sehingga tidak bisa dibayangkan oleh akal dan tidak bisa diliput oleh mata
batin. Atau, Dialah yang memiliki ketinggian, kemuliaan, dan kekuasaan; yang
tidak membutuhkan pembantu dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Dia adalah
Dzat Yang Mahabesar secara mutlak, lahir dan batin. Dan yang batin lebih berhak
dengan sifat keagungan itu sebagaimaana telah disebutkan penjelasannya ketika
membicarakan tentang ism Al-Mutakabbir.
Karena itulah ia dikaitkan dengan izar (sarung) pada hadis qudsi yang berbunyi:
“Sifat sombong itu adalah selendang-Ku dan sifat agung itu
adalah sarung-Ku. Maka barangsiapa mencabut keduanya dari-Ku, niscaya akan Aku
perkarakan dan Aku tidak peduli.”
Imam Al-Ghazali berkata: “Ketahuilah, bahwa ism
Al-’Azhim itu pada permulaan sifatnya ditujukan kepada tubuh, misalnya dalam
kalimat: hadza
jismun ‘azhim (“tubuh ini besar”) dan hadza jismun a ‘zham
(“tubuh ini lebih besar”). Unta, misalnya, adalah makhluk yang besar, sedangkan
gajah makhluk yang lebih besar. Tetapi keduanya merupakan benda yang dapat
dilihat. Kalau kita kataakan: ‘Langit dan bumi itu besar, keduanya lebih besar
daripada unta dan gajah, dan keduanya tidak dapat diliputi oleh pandangan,
namun akal terkadang dapat memahami keadaan keduanya. Adapun Allah SWT tidaklah
dibatasi oleh tubuh dan tidak ada sesuatu pun yang lebih besar daripada-Nya,
dan Dia tidak bisa diliputi oleh pandangan, dan tidak bisa dipahami dan
dibayangkan oleh akal. Dia benar-benar Mahabesar; akal dan pikiran tidak mampu
mendapatkan hakikat-Nya. Karena itu, Dia adalah Dzat Yang Mahabesar secara
mutlak, yang melampaui batas-batas akal pikiran.”
Beribadat dengan ism ini menuntut seseorang bersikap menghinakan
diri dan merasa butuh kepada Allah SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sebanyak dua belas kali, niscaya ia akan
selamat dari segala sesuatu.
—oOo—
35. Al Ghafur
Dia adalah Dzat yang banyak memberikan ampunan dan
merahasiakan. Ism
ini sama maknanya dengan ism Allah lainnya, yaitu Al-Ghaffar,
namun ia memberitakan tentang jenis mubalaghah yang tidak diberitakan oleh Al-Ghaffar.
Sebab Al-Ghafur
memberitakan tentang mubalaghah yang muncul dari tambahan ampunan
yang berulang-ulang. Dia adalah Ghafur dalam arti bahwa Dia memiliki sifat
pengampun yang sempurna hingga mencapai puncakknya. Mubalaghah yang
dapat dipahami dari Al-Ghaffar adalah menurut jumlah, sedangkan mubalaghah
yang dipaahami dari Al-Ghafur itu menurut keadaan.
Berakhlak dengan ism ini menuntut seseorang untuk senantiasa
meminta pengampunan dan memaafkan kesalahan orang lain. Inilah kunci ampunan
dari Allah SWT, seperti yang difirmankan-Nya di dalam surah An-Nur yang
berbunyi:
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan
kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan)
kepada kaum kerabat(nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di
jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu
tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? ..” (QS An Nur: 22)
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism ini diatas orang yang sakit demam, niscaya
akan sembuh. Dan barangsiapa menuliskan Sayyidul Istighfar lalu dihapusnya dengan air
dan diminumkannya kepada orang yang sedang kesulitan dalam menghadapi ajal
sehingga lidahnya sulit mengucapkan kata-kata, maka akan menjadi mudahlah saat
sakaratul maut orang yang bersangkutan. Ia telah dicoba oleh banyak orang dan
berhasil dengan baik.
—oOo—
36. Asy Syakur
Dia adalah Dzat yang banyak memberi atas amal yang sedikit.
Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa makna Asy-Syakur adalah: Yang
banyak memuji hamba-Nya dengan menyebutkan perbuatan taatnya.
Hakikat syukur pada seorang hamba adalah perasaan hati yang
senang terhadap Yang Memberi Nikmat, sehingga rasa syukur itu melampaui anggota
tubuhnya, maka anggota tubuh itu pun lalu dipergunakan untuk berkhidmat kepada
Yang Memberi Nikmat tersebut.
Ada pula pendapat lain yang mengatakan, bahwa maksud ism
ini adalah: Dialah Dzat yang membalas amalan yang sedikit dengan derajat yang
tinggi. Dia memberikan ganjaran terhadap amal yang dilakukan seorang hamba,
selama hidupnya yang singkat di dunia ini, dengan kenikmatan akhirat yang tak
terbatas. Jadi, siapa yang membalas kebaikan dengan balasan yang berlipat
ganda, maka dikatakan bahwa ia telah mensyukuri nikmat tersebut. Dan siapa yang
memuji orang yang berbuat baik, maka dikatakan juga ia telah mensyukurinya.
Di antara keberuntungan seorang hamba dari ism
ini diisyaratkan agar ia bersikap syukur terhadap hamba-hamba Allah atas
perbuatan baik yang telah mereka lakukan kepadanya, atau membalas segala
kebaikan mereka itu dengan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka
lakukan. Inilah suatu sifat atau perangai yang sangat terpuji. Karena itulah
Rasulullah saw. telah bersabda:
Barangsiapa tidak berterima
kasih kepada orang lain, maka ia juga tidak bersyukur kepada Allah.
Adapun syukur seorang hamba kepada Allah itu adalah dengan menyadari
nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan-Nya kepadanya, dan tidaklah
mempergunakan segala nikmat itu untuk melakukan perbuatan durhaka kepada-Nya,
tetapi ia gunakan untuk berbuat taat kepada-Nya, dan itu berkat taufik dan kemudahan
dari Allah semata. Dan juga hendaklah ia selalu meuji Allah dengan cara yang ia
kuasai, sekalipun hal itu sulit bagi dirinya kecuali dengan taufik dari Allah
SWT.
Di antara puji-pujian yang baik kepada Allah SWT itu adalah
seperti yang disebutkan di dalam Wirid as Sattar oleh Sayyid Yahya Al-Bakuni,
yang antara lain berrbunyi:
Tidak kuasa aku menyampaikan pujian kepada-Mu, seperti apa
yang Engkau pujikan atas diri-Mu.
Alangkah manisnya perkataan ini, seolah-olah ia hendak
menyatakan bahwa pujian yang pantas kepada Allah itu bukan merupakan kemampuan
seorang manusia. Karena itulah ia biarkan pujian itu bagi yang mampu
melakukannya, yaitu Allah sendiri. Inilah ungkapan yang paling sempurna.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki seseorang menjadi hamba yang
bersyukur terhadap semua nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya,
sesuai deengan cara yang diridhai oleh-Nya, dan dianugerahkan Allah kepadanya
dengan perantaraan orang lain, dengan jalan membesarkan yang sedikit dan
mambalasnya.
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskannya pada penderita sesak nafas atau merasa letih
badannya, kemudian tulisan itu dihapus dengan air dan diminum dan digunakan
untuk mengusap badannya, niscaya dengan izin Allah SWT akan disembuhkan dari
penyakitnya.
37. Al ‘Aliy
Ini adalah ungkapan yang paling sempurna dalam menunjukkan
ketinggian tingkat tanpa ujung. Tidak ada sesuatu pun kecuali dia berada dalam
liputan Allah SWT. Ungkapan ini dapat pula diartikan sebagai Dzat Yang
Mahatinggi dari sekutu dan lawan. Dengan kata lain, tidak ada tingkatan lain di
atas tingkatan-Nya, dan semua tingkatan diliputi oleh-Nya.
Keberuntungan seorang hamba dari ism ini
mengharuskan ia membayangkan bahwa Allah mempunyai ketinggian yang mutlak.
Karena, dalam kenyataan, tidaklah ia mencapai suatu derajat kecuali ada pula
derajat lain yang lebih tinggi darinya, yaitu derajat para nabi dan malaikat.
Jadi, tidak ada yang lebih tinggi kecuali ada pula yang lebih tinggi lagi
darinya. Contohnya, ketika Nabi Musa as. bertanya kepada Allah, “Adakah
orang yang lebih alim dariku?” Maka dijawab oleh Allah: “Ada,
yaitu wali kami, Khidhir.” Itulah yang disebutkan dalam kisah yang
masyhur di dalam Alquran tersebut.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda condong kepada semua
perkara yang luhur dan menjauhkan diri dari semua perkara yang rendah (buruk,
hina). Dikatakan bahwa sesungguhnya Allah itu menyukai semua perkara yang luhur
dan membenci semua perkara yang buruk. Dan disebutkan dari Imam Ali karramalahu
wajhah: “Ketinggian kemauan itu termasuk sebagian dari iman.”
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism ini atas seorang anak kecil, maka Allah SWT
akan menyampaikannya kepada tingkat dewasanya, jika dituliskan pada seorang
bujang, maka ia akan dikumpulkan dengan keinginannya, dan kalau dituliskan pada
seorang yang miskin, maka ia akan mendapatkan kekayaan berkat karunia Allah
SWT.
—oOo—
38. Al Kabir
Al Kabir artinya Yang Mahabesar dalam segala sesuatu, sebab
Dia Azali (kekal adanya, tanpa permulaan) dan Mahakaya secara mutlak. Atau, Dia
Mahabesar dalam penglihatan indera dan pencapaian akal.
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali berkata: “Al-Kabir itu ialah
yang mempunyai al-kibriya‘
(keangkuhan dan kesombongan), sedangkan kibriya‘ itu merupakan ibarat (ungkapan) dari
kesempurnaan Dzat. Arti kesempurnaan Dzat itu adalah kesempurnaan wujud, dan
kesempurnaan wujud itu kembali kepada dua perkara: Pertama, kekekalan-Nya yang
abadi, sedangkan seluruh makhluk terputus dengan sifat ketiadaan, baik yang
terjadi sebelumnya maupun sesudahnya; maka ini adalah suatu sifat kekurangan.
Begitu juga dikatakan kepada orang yang lanjut umurnya: Huwa
kabirussinn (Ia panjang usia). Kata kabir ini
dipergunakan bagi sesuatu yang tidak dapat dipakai kata ‘azhim.
Kedua, keberadaan-Nya adalah keberadaan (wujud) yang tidak berpermulaan dari
sesuatu, yang menjadi sebab wujudnya segala yang ada. Jika sesuatu yang
sempurna keberadaannya dalam dirinya disebut sempurna dan besar, maka
keberadaan semua yang maujud yang berasal dari-Nya itu adalah lebih patut
disebut sempurna dan besar.”
Kabir
(besar) pada hak seorang hamba adalah orang yang sempurna, yang sifat-sifat
sempurnanya itu tidak hanya terbatas pada dirinya saja, melainkan juga menjalar
kepada orang lain. Tidaklah seseorang duduk-duduk bersamanya, melainkan akan
memperoleh sebagian dari kesempurnaannya itu. Kesempurnaan seorang hamba adalah
pada akalnya, wara‘
(memelihara diri dari perbuatan jahat)nya, dan pada ilmunya. Jadi, orang besar
diantara hamba-hamba Allah ialah orang yang berilmu, bertakwa, dan menjadi mursyid
(pemberi tuntunan) kepada makhluk, serta saleh, dengan menjadi suri teladan
bagi orang lain, yang dapat dipetik cahaya dan ilmu darinya. Barangsiapa
mengenal kebesaran dan ketinggian Tuhannya, maka ia tentu akan merendahkan dan
menghunakan diri dihadapan hamba-hamba-Nya yang saleh.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat untuk membuka pintu ilmu pengetaahuan dan makrifat bagi orang
yang banyak berzikir dengannya. Barangsiapa mempunyai banyak utang, kemudian ia
memperbanyak membaca ism ini, niscaya Allah akan melunaskan utang-utangnya itu.
Dan barangsiapa diturunkan dari pangkatnya, lalu ia membaca ism ini sebanyak
seribu kali selama tujuh hari, dengan berpuasa, niscaya ia akan kembali kepada
pangkatnya semula.
—oOo—
39. Al Hafizh
Al Hafizh ialah Dzat yang memelihara segala sesuatu dari
kemusnahan dan kerusakan, dan memelihara amal perbuatan hamba-hamba-Nya sampai
akhirnya diberinya ganjaran dengan karunia dan anugerah-Nya. Dalam arti lain,
Al-Hafizh itu ialah Dzat yang memelihara makhluk dari semua bencana di dunia
dan di akhirat.
Dikatakan pula bahwa makna Al-Hafizh ialah Yang Maha
Memelihara. Ini tidak dapat dipahami kecuali dari tiga aspek:
Pertama,
mengabadikan dan mengekalkan keberadaaan segala yang ada-lawannya adalah
melenyapkan. Allah SWT ialah Dzat yang memelihara langit, bumi, malaikat dan makhluk-makhluk
lainnya yang panjang masa hidupnya; atau manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan
yang tidak panjang masa hidupnya.
Kedua,
Al-Hafizh mempunyai makna memelihara yang lebih nyata. Yaitu memelihara antara
dua sifat yang saling bertentangan. Sifat yang bertentangan dan bertolak
be1akang itu tampak jelas, seperti panas dan dingin yang satu me1awan yang
lain. Demikian juga antara sifat kering dan lembab, dan semua tubuh yang
berasal dari tanah yang terbentuk dari asal yang bertentangan ini. Sebab, hewan
mesti memerlukan panas alami, yang seandainya tidak ada, tentu kehidupannya
akan rusak, seperti darah dan lain-lain. Selain itu ia juga memerlukan sifat
kering yang dengannya seluruh anggota tubuhnya saling mengikat, khususnya
anggota tubuh yang keras. Tubuh juga memerlukan sifat dingin supaya ia tidak
terbakar, dan supaya zat-zat di dalam tubuh menjadi normal. Allah telah
menghimpunkan semua unsur yang saling bertentangan ini di dalam tubuh manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, dan seluruh makhluk. Kalau Allah, tidak memeliharanya,
tentulah semua sifat yang saling bertolak belakang itu menjadi berjauhan dan akan
kacaulah campurannya.
Ketiga,
mulurnya sesuatu yang bertolak belakang itu dengan apa yang mengembalikan
kekuatan guna menjamin tetapnya segala yang maujud. Misalnya, sifat panas itu
melenyapkan dan mengeringkan sifat lembab. Jika sifat lembab itu kalah, maka
akan menjadi lemahlah tubuh dan ia lalu menuntut pelembab, seperti air atau
lainnnya, guna mengembalikan keseimbangan keduanya. Demikianlah keadaan semua
sifat yang bertolak belakang itu. Ini merupakan sebab-sebab yang telah
disiapkan oleh Sang Pencipta guna memelihara segala bentuk kehidupan yang ada
dari kebinasaan. Terkadang kebinasaan itu berrasal dari sebab-sebab khusus,
seperti diserang oleh binatang buas atau musuh bebuyutan. Maka Allah memelihara
dari hal-hal itu dengan menciptakan baginya suatu alat bela diri, seperti
cakar, kekuatan, dan siasat. Kalau bukan karena itu, niscaya makhluk-makhluk
itu tidak akan mampu membela dirinya sehingga akan binasa dan musnahlah ia.
Pembicaraan tentang uraian pemeliharaan Allah atas langit dan bumi ini
sebenarnya sangat panjang seperti halnya semua perbuatan Allah, yang dengannya
dapat dipahami makna ism ini; bukan dengan mengambil dari asal bahasanya, namun
dengan tadabbur
(merenunggkan) dan musyahadah (menyaksikan).
Keberuntungan seorang hamba dari ism ini mensyaratkan agar
ia memelihara anggota tubuh dan hatinya serta memelihara agamanya dari pengaruh
marah, cengkeraman syahwat, serta tipuan nafsu dan tipu daya setan.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengannya atau menuliskannya dan membawanya di tempat yang
menakutkan, maka ia akan selamat, sekalipun ia tidur di tempat binatang buas.
—oOo—
40. Al Muqit
Dia adalah Pencipta makanan jasmani dan ruhani, dan Dia
pulalah yang memberikan kepada semua yang maujud makanan yang mencukupi berupa
makanan fisik (sesuatu yang dapat dicapai dengan indera) dan maknawi (sesuatu
yang tidak dapat dicapai dengan indera). Makanan hewan bersifat materi yang
sesuai dengannya, dan makanan jiwa adalah ilmu pengetahuan; sedangkan makanan
malaikat adalah taat.
Al Muqit
artinya sama dengan Ar
Razzaq, namun ia lebih khusus. Sebab, rezeki itu bisa mencakup
makanan atau lainnya, sedangkan Al-Muqit itu adalah yang berrtanggung jawab
atas sesuatu dengan kekuasaan dan ilmu.
Allah SWT berfirman yang artinya :
“… Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS.
An-Nisa’: 85)
Yakni, Yang Mahakuasa secara mutlak. Jadi, maknanya kembali
kepada kekuasaan dan ilmu. Atas dasar itulah Al-Muqit merupakan ism dari sifat
yang tidak menunjukkan kekuasaan saja atau ilmu saja, tetapi ia menunjukkan
terkumpulnya dua arti tersebut.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda tidak meminta semua
keperluan Anda selain kepada Allah SWT, sebab perbendaharaan rezeki itu berada
di tangan-Nya. Dalam salah satu hadis qudsi, Allah SWT berfirman yang artinya:
“Wahai Musa, mintalah kepada-Ku apa saja, sekalipun hanya tali sandalmu atau
garam dapurmu!”
Khasiatnya
Barangsiapa menuliskan ism ini atau membacakannya ke atas tanah, lalu
tanah itu dibasahinya dan kemudian diciumnya, niscaya Allah akan menguatkannya
dalam menahan lapar.
—oOo—
41. Al Hasib
Al Hasib sama dengan Al-Kafiy, artinya Yang Mencukupi;
berasal dari kata ahsabani atau kafani, dan hasbiyallah atau kafaini. Dia
adalah Dzat yang meng-hisab makhluk di hari kiamat kelak. Imam Al-Ghazali
berpendapat, bahwa Al Hasib itu berasal dari kata hasiba yang
artinya “terhormat dan sempurna.” Pendapat lain mengatakan, bahwa al
hasbu itu adalah al-iktifa‘, artinya bahwa Al-Hasib ialah Dzat
Yang Memberikan segala kebutuhan hamba-hamba-Nya. Dan ada pula pendapat yang
mengatakan bahwa ism itu berasal dari kata al-ihsha’, yaitu yang meng-hisab
segala amal perbuatan hamba-hamba-Nya menurut kelompoknya masing-masing.
Orang-orang kafir dijadikan-Nya meng-hisab diri mereka sendiri, lalu mereka
memutuskan atas diri mereka hukuman neraka, kemudian mereka pun memasukinya.
Ahli iman dan kamal (orang sempurna) di-hisab oleh para malaikat, disaksikan
oleh orang banyak dengan teliti, guna menampakkan keutamaan mereka agar menjadi
hujjah atas orang selain mereka. Sedangkan kebanyakan kaum mukminin yang berhak
mendapat siksa, Allah meletakkan tangan-Nya atas mereka lalu mereka mengakui
dosa-dosa yang telah mereka perbuat, kemudiian Allah mencerca mereka atau
menyiksa mereka dan setelah itu mengampuni mereka. ltulah hisab (perhitungan)
sesuai dengan kehendak Allah SWT, sehingga dengan demikian perhitungan itu
berjalan dengan cepat.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa semua makhluk itu
di-hisab pada waktu yang sama; Mahasuci Allah yang memiliki kekuasaan atas hal
itu. Dia berfirman:
“… Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.”
(QS. Al-An’am: 62)
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan agar Anda takut kepada
Allah SWT, serta mengharapkan dan menggagungkan-Nya.
Khasiatnya
Barangsiapa takut dikalahkan oleh temannya, maka ia harus membaca ism
ini setiap hari sebelum matahari terbit dan sesudah matahari tenggelam sebanyak
27 kali. Maka sebelum satu minggu, Allah sudah menyelamatkannya dari rasa
takutnya itu. Membaca ism ini hendaklah dimulai dari hari Kamis.
—oOo—
42. Al Jalil
Ar-Razi ra. berkata: “Perbedaan antara Al-Jalil,
Al-Kabir
dan Al-Azhim
adalah, bahwa Al-Kabir
artinya Yang Sempurna di dalam Dzat;Al-Jalil artinya Yang Sempurna di dalam sifat;
dan Al-Azhim
artinya Yang Sempurna di dalam keduanya.”
Jadi Al-Jalil ialah Dzat Yang Mahabesar keadaan-Nya,
dan tampak nyata urusan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang menandingi Dzat, Sifat,
dan perbuatan-Nya. Dialah yang mempunyai sifat Jalal
(kebesaran). Dan sifat Jalal itu ialah Al-Ghaniy,
Al-Malik,
Al-Quddus,
Al-Alim,
Al-Qadir,
dan lain-lain sifat yang telah kami sebutkan. Yang mengumpulkan semua sifat ini
adalah Al-Jalil
yang mutlak, yaitu Allah SWT. Sebab, semua keelokan, kesempurnaan,
dan kebaikan yang ada di alam ini semua berasal dari cahaya Dzat-Nya dan
bekas-bekas sifat-Nya. Tidak ada maujud yang memiliki kesempurnaan secara
mutlak kecuali Allah. Karena itulah, orang yang mengenal-Nya dan yang memandang
keelokan-Nya mendapatkan perasaan senang, lezat, dan gembira, yang menjadi
sebab mereka berhak mendapatkan surga. Jika Dia telah pasti sebagai Dzat yang
Jalil dan Jamil, maka semua yang indah itu tentu dicintai dan dirindukan oleh
mereka yang memahami keindahannya. Karena itulah, Allah juga dicintai dan
dirindukan, tetapi oleh orang-orang arif; sebagaimaana gambar dicintai oleh
orang-orang yang melek, bukan oleh orang-orang yang buta.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini atau menuliskannya pada sehelai kertas dengan
tinta misik dan za’faran, lalu dibawanya, maka Allah akan memberikan kewibawaan
dan kebesaran kepada-Nya.
—oOo—
43. Al Karim
Al Karim ialah Dzat yang banyak memberi dan berbuat baik
tanpa diminta. Berbeda dengan As-Sakhiy (dermawan) yang suka memberi karena
diminta. Atas dasar inilah, Allah memberikan nama-Nya dengan Al-Karim, bukan
As-Sakhiy.
Ada pendapat lain mengatakan, bahwa Al-Karim artinya ialah
jika mampu membalas, ia justru memaafkan; jika berjanji, ia menepati; dan jika
memberi, ia melebihi apa yang diharapkan, tidak peduli berapa banyak ia memberi
dan kepada siapa ia memberi. Jika timbul kebutuhan kepada selainnya, ia tidak
rela. Dia tidak menyia-nyiakan orang yang berlindung atau menyerahkan diri
kepadanya, dan dicukupkannya orang itu dari perantara dan pembela lain. Tidak
ada yang memiliki sifat-sifat ini selain Allah SWT.
Ibnu ‘Atha berkata: “Al-Karim ialah Dzat yang tidak
dilampaui oleh harapan.”
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda menjadikan seluruh
anggota tubuh Anda sebagai wakaf kepada-Nya, wajah Anda menghadap kepada-Nya,
dan kemauan Anda tertuju kepada-Nya.
Khasiatnya
Barangsiapa memperbanyak zikir dengan ism ini ketika hendak tidur dan dilakukan secara
rutin, maka Allah akan menanamkan sifat karim ke dalam hati orang-orang arif.
—oOo—
44. Ar Raqib
Ar Raqib ialah Dzat yang senantiasa mengawasi dan
memperhatikan segala sesuatu, sehingga tidak satu benda sekecil atom pun yang
berada di padang sahara, di langit atau di bumi, yang luput dari-Nya. Dan dalam
pengawasan-Nya itu, Dia tidak ditimpa oleh perasaan ngantuk atau tertidur.
Dikatakan bahwa makna Ar-Raqib adalah Al-Alim
(Yang Maha Mengetahui) dan Al-Hafizh
(Yang Maha Memelihara). Jadi, barangsiapa menjaga sesuatu sehingga tidak
terlupakan olehnya, dan selalu mengawasinya, maka ia disebut Raqib. Seorang
hamba wajib mengetahui bahwa Allah-lah yang menjaga dan mengawasinya dan segala
sesuatu. Dan harus diketahuinya pula bahwa nafsunya itu adalah musuhnya, setan
itu musuhnya, dan bahwa keduanya senantiasa mencari-cari kesempatan untuk
menyeretnya kepada kelalaian dan pembangkangan, sehingga ia harus selalu
berhati-hati dan bersikap waspada terhadap keduanya, yaitu dengan jalan
mengenal tipu daya mereka dan tempat-tempat keluar mereka, supaya ia dapat
menutup jalan bagi mereka.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda bersikap sesuai dengan
sifat ini, yaitu selalu waspada dan mengawasi gerak-gerik nafsu Anda.
Khasiatnya
Barangsiapa merasa khawatir terhadap janin yang dikandung oleh seorang ibu dari
bahaya keguguran, maka henndaklah dibacakannya ke atas perut si ibu ism
ini sebanyak 7 kali. Maka, insya Allah, si ibu akan terhindar dari keguguran.
Dan barangsiapa hendak berlayar, dan ia merasa khawatir bahwa di antara
keluarga yang ditinggalkannya ada yang berbuat tidak senonoh, maka hendaklah
dibacakan ism
ini 7 kali sambil memegang tengkuk mereka. Insya Allah apa yang
dikhawatirkannya itu tidak akan terjadi.
—oOo—
45. Al Mujib
Al Mujib ialah Dzat yang memperkenankan orang berdoa
kepada-Nya. Sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya:
“… Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu!…”
(QS. Al-Mu’min: 60)
Dia memenuhi permintaan orang yang meminta yang sesuai
dengan keutamaan-Nya. Dia berikan kehendak orang itu atau yang lebih baik
darinya untuk masa sekarang atau yang akan datang. Allah SWT menghadapi
permintaan orang yang meminta dengan memenuhinya, dan menghadapi doa orang yang
memohon dengan mengabulkannya, dan menghadapi kesulitan orang-orang yang
sengsara dengan mencukupinya. Bahkan Dia memmberi kenikmatan sebelum diminta,
dan mengkaruniai sebelum doa. Hanya Dia sajalah yang Maha Mengetahui kebutuhan
orang-orang yang membutuhkan sebelum mereka menyatakan permintaan mereka. Dia
telah mengetahui di alam azali-Nya, sehingga disiapkan-Nyalah sebab-sebabnya
dan diatur-Nyalah cara-cara untuk mencapainya.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan seorang hamba menyambut
segala yang diperintahkan Tuhannnya, segala yang dilarang-Nya, segala yang
disunnahkannNya, dan segala yang diserukan-Nya. Dan hendaklah pula ia menyambut
hamba-hamba-Nya dengan memenuhi seemua permintaan orang-orang yang meminta
sesuai kemampuannya, dari semua yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Dan
hendaklah menolaknya dengan kata-kata halus, bila ia tidak mampu memenuhinya.
Dalam kaitan ini Allah berfirman yang artinya:
“Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu
menghardiknya.” (QS. Adh-Dhuha: 10)
Dan Nabi saw. bersabda:
“Seandainya aku diundang ke jamuan makan yang disuguhi kaki
kambing, tentu aku akan menghadirinya; dan seandainya aku diberi hadiah kaki
depan kambing, tentu akan aku terima.”
Kesediaan beliau untuk menghadiri jamuan yang hanya
menyediakan makanan kaki kambing, dan kesediaan beliau untuk menerima hadiah
kaki kambing itu merupakan puncak dari pemuliaan dan pemenuhan. Berapa banyak
orang yang angkuh, enggan menerima hadiah, dan tidak semua undangan ia hadiri.
Ini semua adalah akibat kesombongan dan kecongkakannya, tanpa mempedulikan
betapa sakit hati orang yang menerima penolakannya itu. Orang yang memiliki
sifat demikian, tidak ada bagian apa pun untuknya dari ism yang mulia ini. Dan
wajib atas seorang hamba untuk tidak menganggap besar segala yang dimintanya
dari Allah itu, dan tidak bosan pula untuk memperbanyak doa, sebab Allah SWT
Mahabesar dan Maha Pemurah.
Rasulullah
saw. bersabda:
“Berdoalah
kepada Allah dan yakinlah bahwa doamu itu akan diperkenankan.”
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini secara rutin, maka apa yang dimintanya
akan diberikan oleh Allah.
46. Al-Wasi’
Al Wasi’
artinya ialah Dzat yang meliputi segala sesuatu dengan ilmu-Nya, atau Dzat Yang
Maha Pemurah yang rahmat-Nya menyeluruh kepada orang mukmin dan orang kafir,
kepada orang bakti dan orang durhaka. Atau, Dzat yang tak habis-habisnya
bukti-Nya, tak berakhir keekuasaan-Nya, dan tak terbatas Dzat, asma, dan
sifat-Nya.
Al-Wasi’ berasal dari kata as-sa’ah
(luas). Dan kata as-sa’ah itu terkadang disandarkan pada kata
ilmu, jika ia menjadi luas dan meliputi dengan pengetahuan yang banyak. Dan
terkadang disandarkan pada sifat baik dan menyebarkan kenikmatan. Jadi, Yang
Mahaluas secara mutlak itu hanyalah Allah SWT, sebab jika dilihat ilmu-Nya,
maka tidak ada tepi bagi lautan ilmu-Nya; dan jika dilihat kebaikan dan
kenikmatan-Nya, maka tidak ada habisnya. Semua yang luas itu, betapapun
besarnya, tetap akan berakhir di ujungnya. Yang tidak berakhir, dialah yang
pantas disebut luas, dan Allah SWT, seperti yang telah kami katakan, adalah
Dzat Yang Mahaluas secara mutlak. Luas seorang hamba adalah di dalam
pengetahuan dan akhlaknya. Jika ilmunya banyak, maka ia disebut luas sesuai
dengan luas ilmunya itu. Dan jika luas (lapang) akhlaknya sehingga tidak
disempitkan oleh rasa takut miskin, dendam karena iri, rakus yang sangat dan
sifat-sifat tercela lainnya, maka ia disebut luas (lapang). Namun ini semua ada
ujungnya. Sedangkan yang luas tanpa ujung hanyalah Allah SWT semata.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda bersikap lapang dalam
akhlak dan kasih-sayang terhadap hamba-hamba Allah dalam setiap keadaan.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat mendatangkan kelapangan dan kedudukan, lapang dada dan
terhindarnya ia dari sifat dendam dan tamak, serta mendatangkan sifat qana’ah
(nrimo) bagi orang yang berzikir dengannya.
—oOo—
47. Al Hakim
Ism
ini berasal dari kata al-hikmah yang merupakan kesempurnaan ilmu dan
kebaikan perbuatan. Atau, pengetahuan tentang sesuatu yang paling utama dengan
ilmu yang paling utama. Jika kita telah mengetahui bahwa ilmu Allah itu
meliputi dan maha-luas, tidak ada batas dan ujungnya, maka hanya Allah sajalah
yang Hakim sebenarnya, sebab Dia mengetahui sesuatu yang paling besar dengan
ilmu yang paling banyak. Ilmu-Nya azali (tak ada permulaan), da’im
(tak ada penghabisan), tidak bisa lenyap dan tidak ditimpa kerahasiaan dan
kesamaran.
Terkadang kepada orang yang bagus buatannya dikatakan: Shana’aha
hakim (dibuat oleh ahli). Padahal bantuan yang diperolehnya tidak
lain adalah berasal dari Allah jua, yang merupakan Sang Hakim yang sebenarnya.
Barangsiapa mengetahui segala sesuatu dan tidak mengenal
Allah SWT, maka dia tidak berhak disebut hakim, sebab dia tidak mengetahui
sesuatu yang paling mulia dan paling utama.
Perbandingan hikmah seorang hamba dengan hikmah Allah itu
adalah seperti perbandingan ma’rifah-nya terhadap dirinya dengan ma’rifat Allah
terhadap Dzat-Nya. Sungguh jauh sekali perbedaan keduanya itu.
Berkaitan dengan hikmah ini, baiklah kami kemukakan beberapa
di antaranya:
Pertama, sabda penghulu para Nabi saw.:
Raja dari segala hikmat itu adalah rasa takut kepada Allah.
Kedua:
Orang cerdas ialah mereka yang memperbudak nafsunya dan beramal untuk kehidupan
sesudah matinya. Sedangkan orang yang lemah itu ialah mereka yang menurutkan
hawa nafiunya dan berangan-angan mendapatkan ampunan Allah.
Ketiga:
Sesuatu yang sedikit tetapi mencukupi itu lebih baik daripada sesuatu yang
banyak tetapi melalaikan.
Keempat:
Barangsiapa bangun di pagi hari dalam keadaan sehat badannya, selamat hatinya,
mempunyai makanan untuk hari itu, seolah-olah dihaturkan dunia dengan segenap
isinya kepadanya.
Kelima:
Jadil.ah orang yang wara’ (yang menjaga diri dari perbuatan tak
berguna), maka Anda akan menjadi orang yang paling ‘abid. Dan
jadilah orang yang qana’ah (nrimo), niscaya Anda akan menjadi orang
yang paling bersyukur.
Keenam:
Rencana itu berkaitan dengan omongan.
Ketujuh:
Di antara bagusnya Islam seseorang itu adalah ditinggallkannya apa-apa yang tak
berguna kepada yang berguna.
Kedelapan:
Sifat qana’ah
(nrimo) itu adalah harta yang tak habis-habisnya.
Kesembilan:
Sabar itu separuh dari iman, dan yakin itu iman seluruhhnya.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda bertindak
sempurna dalam semua amal saleh, yaitu selalu berada dalam keadaan yang
diridhai yang asasnya adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi
segala larangan-Nya.
Khasiatnya
Barangsiapa membanyakkan dzikir dengan ism ini, niscaaya Allah akan memalingkan darinya
apa-apa yang membahayakan dirinya dan akan membukakan baginya pintu hikmah.
48. Al Wadud
Al Wadud
berasal dari al-wudd,
yaitu al-hubb, artinya “Cinta,” maksudnya adalah cinta kepada kaum mukminin
atau dicintai oleh mereka.
Al-Baihaqi berkata: “Al-Wadud bagi orang taat kepada-Nya
artinya Yang Ridha terhadap mereka dan Memuji amal perbuatan mereka.” Atau
seperti makna wudd
dalam firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih
sayang.” (QS. Maryam: 96)
Dikatakan bahwa Al-Wadud itu ialah Dzat yang banyak berbuat
kebaikan kepada orang yang dicintai-Nya dengan perbuatan taat.
Imam Al-Ghazali berkata, bahwasanya kata WadUd itu lebih
mendekati makna rahmat, tetapi rahmat menyandarkan kebaikan kepada orang yang
dikasihani, sedangkan orang yang dikasihani ialah orang yang membutuhkan dan
orang yang kesulitan. Perbuatan Ar-Rahim itu mensyaratkan orang yang dikasihani
itu lemah, sedangkan perbuatan Al-Wadud itu tidak demikian. Sebab, rahmat yang
diberikan Allah kepada siapa yang dikehenndaki-Nya, termasuk di dalamnya orang
mukmin, orang durhaka, orang kuat dan orang lemah. Tetapi kasih sayang-Nya
khusus bagi orang-orang mukmin, sebab mereeka adalah orang-orang yang dikasihi
oleh Allah dan merekalah orang-orang yang khusus mendapatkan kasih saayang-Nya
sebagai tambahan dari rahmat yang telah mereka peroleh.
Sedangkan hamba-hamba Allah yang bersifat kasih itu ialah
mereka yang menghendaki untuk orang lain seperti apa ia kehendaki untuk dirinya
sendiri. Dan yang lebih tinggi dari itu ialah mereka yang mengutamakan
kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri, seperti perkataan
salah seorang dari mereka:
“Aku ingin menjadi sebuah jembatan yang melintasi neraka
agar semua makhluk lewat di atasku.”
Ketika Rasulullah saw. mengalami luka-luka dalam peperangan
Uhud hingga giginya ada yang patah dan pipinya berdarah, beliau berkata: “Ya
Allah, tunjukilah kaumku, sebab mereka tidak mengetahui!”
Perbuatan mereka yang buruk itu tidak menghalangi beliau
untuk mendoakan mereka.
Begitu pula seperti yang dikatakan oleh Rasulullah saw. kepada Imam ‘Ali r.a.:
Jika engkau hendak mendahului orang-orang muqarrabin itu,
maka hubungilah orang yang memutuskan hubungan denganmu, berilah kepada orang
yang tidak memberi kepadamu, dan maafkanlah orang yang telah menganiayamu!
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini seribu kali, niscaya Allah akan
mencintainya. Karena itulah para guru tarekat sering menganjurkan
murid-muridnya agar berzikir dengan ism ini.
—oOo—
49. Al Majiid
Al-Majiid
ialah Dzat yang sangat sempurna kemuliaan-Nya, atau Yang Mahatinggi, lagi
Mahabesar kekuasaan-Nya, atau Yang Mahabanyak pemberian-Nya. Kemuliaan dzat,
bila digabungkan dengan kebaikan perbuatan, maaka disebutlah ia sebagai majd.
Al-Majiid itu lebih menunjukkan kepada mubalaghah,
dan seakan-akan ia menghimpunkan ism Al
Jalil, Al
Wahhab, dan Al Karim
yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda bersikap terhormat
dalam setiap tindak-tanduk Anda disertai dengan adab.
Khasiatnya
Jika seseorang yang menderita penyakit belang berpuasa pada tiap-tiap ‘ayyamulbaidh‘
(tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijri), dan membaca ism ini
sebanyak-banyaknya pada tiap-tiap waktu berbuka, insya Allah ia akan sembuh
dari penyakitnya, baik dengan sebab maupun tanpa sebab.
—oOo—
50. Al Ba’its
Dia adalah Dzat yang mengutus para rasul kepada umat
manusia, yang membangkitkan kemauan (cita-cita) untuk naik setingkat demi
setingkat di dalam medan tauhid, dan yang membangkitkan orang-orang yang ada di
dalam kubur.
Dikatakan bahwa Al-Ba’its itu ialah Dzat yang membangkitkan
segala yang ada dari kegelapan ketiadaan kepada cahaya keberadaan. Ada pula
pendapat yang mengatakan, bahwa makna Al Ba’its ialah Dzat yang menghidupkan
semua makhluk pada hari kebangkitan (hari kiamat) dan yang mengetahui apa-apa
yang disembunyikan di dalam dada.
Al-Ba’its artinya kebangkitan di akhirat. Pengetahuan
tentang ism
ini tergantung pada pengetahuan tentang hakikat kebangkitan itu sendiri, karena
itulah ia termasuk suatu pengetahuan yang sangat rumit. Kebanyakan orang berada
dalam kebimbangan tentangnya. Kebanyakkan mereka membayangkan bahwa maut adalah
kemusnahan dan kebangkitan sesudah ketiadaan itu adalah seperti kebangkitan
pertama. Persangkaan bahwa maut adaalah kemusnahan dan pengadaan kedua seperti
pengadaan pertama, adalah suatu persangkaan yang sangat keliru. Demikian
dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali. Adapun persangkaan mereka bahwa kematian sama
dengan kemusnahan adalah salah, sebab kematian itu tidak lain adalah
perpindahan, dan alam kubur itu termasuk permulaan dari alam akhirat, dan ia
dapat berupa sebuah jurang neraka atau sebuah kebun surga. Orang-orang yang
mati itu ada yang berbahagia; dan mereka ini sebenarnya tidaklah mati,
sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
“Janganlah kamu mengira
bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup
di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki.” (Qs.
Ali ‘Imran: 169)
Sedangkan orang-orang yang celaka, mereka pun hidup juga.
Karena itulah Rasulullah saw. menyeru orang-orang kaftr Quraisy yang mati
terbunuh di dalam peperangan Badr:
“Aku telah mendapati apa yang telah dijanjikan oleh Tuhannku
adalah benar; maka apakah kamu pun mendapati apa yang dijanjikan tuhanmu itu
benar juga?”
Lalu dikatakan: “Ya Rasulullah, bagaimana Tuan mengajak
bicara suatu kaum yang sudah menjadi bangkai?”
Beliau menjawab:
“Demi Allah, tidaklah kamu lebih mendengar terhadap apa yang
aku ucapkan daripada mereka, hanya saja mereka tidak dapat memberikan jawaban!”
Inilah yang menjadi dasar pembacaan talqin
bagi mayat di dalam mazhab Imam Syafi’i ra. Dan kesaksian batin menurut apa
yang dikatakan Imam Al Ghazali: “Para pemuka ahli bashirah (yang
memandang dengan mata batin) menunjukkan bahwa manusia diciptakan secara abadi
dan tidak ada jalan baginya untuk musnah. Memang, kadang-kadang terputus
pengendalian seseorang terhadap dirinya, maka ia dikatakan mati. Dan terkadang
dikembalikan pengendaliannya terhadap dirinya, maka dalam hal ini ia dikatakan
ia dihidupkan kembali atau dibangkitkan. Beliau mengungkapkan itu dari ilmu
hakikat yang tidak mungkin kita paparkan secara lengkap dalam ringkasan ini.
Tentang persangkaan mereka bahwa kebangkitan itu adalah
penciptaan kedua, sama seperti penciptaan pertama, maka hal itu tidaklah benar.
Yang benar adalah, bahwa kebangkitan itu adalah penciptaan lain yang sama
sekali tidak sama dengan penciptaan pertama. Dan maanusia itu banyak sekali
mengalami penciptaan. Dalam kaitan ini, Allah SWT berfirman:
“... dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) daLam keadaan
yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Waqi’ah: 61)
Dan Firman Allah lainnya:
“… Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain.
Maka Mahasuci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS Al Mu’minun:
14)
Allah SWT mempunyai silsilah (mata-rantai) pemmbentukan
dalam membentuk manusia. Di antaranya adaalah ruh, yang merupakan zat halus
rabbani yang ilmu tentangnya berada di tangan Tuhan yang menciptakannnya, yang
tidak kita ketahui kecuali sedikit. Kemudian sesudah penciptaan ruh, diciptakan
pula daya rasa. Kemudian daya pembeda yang baru tampak sesudah usia tujuh
tahun. Kemudian akal, sesudah usia menginjak lima belas tahun. Demikian
seterusnya.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda memmbangkitkan diri
Anda sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah dari Anda, baik dalam ucapan
maupun dalam perbuatan. Anda hams menggerakkan dan mengarahkan keduanya itu
kepada pendekatan kepada Allah, naik setingkat demi setingkat di tangganya dan
mendekat dari kesempurnaan dengan izin Allah.
Khasiatnya
Barangsiapa meletakkan tangannya di dadanya ketika tidur dan membaca ism
ini seratus kali, niscaya Allah akan menerangi hatinya dan menganugerahinya
ilmu dan hikmat.
—oOo—
51. Asy Syahid
Ism
ini berasal dari kata asy-syuhud, maknanya “hadir,” atau yang
mengetahui tentang segala makhluk dan hadir besertanya di setiap waktu dan
tempat.
Allah SWT berfirman:
… Allah berada bersamamu di
mana saja kamu berada … (QS Al Hadid: 4)
Dan firman-Nya:
… Dan Allah Maha
Menyaksikan segala sesuatu. (QS Al Mujadilah: 6)
Kedua makna ini kembali juga kepada ilmu disertai tambahan
khusus. Sebab, Allah SWT Maha Mengetahui hal-hal yang gaib dan yang nyata-yang
gaib itu ialah yang batin, dan yang nyata itu ialah yang lahir. Jika Dia hanya
mempertimbangkan ilmu saja, maka Dia adalah Al
Alim. Jika ditambah dengan hal-hal yang gaib dan yang batin,
maka Dia adalah Al
Khabir. Jika ditambah dengan hal-hal yang lahir, maka Dia adalah
Asy Syahid. Karena itulah Allah SWT menyaksikan makhluk pada hari kiamat kelak
dengan apa yang Dia ketahui dan Dia saksikan dari mereka. Pembicaraan tentang
ism ini mendekati pembicaraan tentang ism Al Alim dan Al Khabir, yang keduanya telah
diuraikan pada bagian terdahulu.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda tidak menghadapkan
wajah selain kepada-Nya, tidak meminta tolong kecuali kepada- Nya, dan
hendaklah Anda merasa cukup dengan ilmu-Nya dalam segala sesuatu.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat menjadikan orang yang berzikir dengannya kembali kepada
kebenaran dari kebatilan.
—oOo—
52. Al Haqq
Dia adalah Dzat yang pasti ada-Nya dalam arti tidak menerima
kemusnahan, kebinasaan, dan perubahan; dan semuanya berasal dari-Nya dan akan
kembali kepada-Nya. Kepada makna inilah jatuhnya isyarat yang disebutkan di
dalam hadis Nabi saw. yang artinya: “Syair Arab yang paling benar adalah
perkataan Labid: Ketahuilah, bahwa semua selain Allah adalah batil.”
Al-Haqq adalah
lawan kata dari Al-Bathil. Segala sesuatu itu menjadi nyata dengan lawannya,
dan semua yang dlberitakan itu boleh jadi salah semua dan boleh jadi benar
semua, serta boleh jadi salah dari satu sisi dan benar dari sisi lain. Jadi,
yang berlindung dengan zatnya adalah yang batil mutlak; yang wajib pada zatnya
itu adalah yang haqq mutlak; sedangkan yang mungkin pada zatnya dan wajib bagi
yang lain, maka dia adalah haqq dari satu segi dan batil dari segi lain.
Atas dasar inilah, kita mengetahui bahwa yang haqq mutlak itu
adalah yang maujud secara hakiki dengan zatnya, yang semua haqq mengambil
hakikatnya darinya. Kita mengetahui, bahwa yang paling haqq
di antara yang maujud itu untuk menjadi yang haqq adalah Allah SWT. Dan makrifat yang paling
haqq untuk menjadi yang haqq itu adalah makrifat Allah SWT. Sebab, hal ini
sesuai dengan ilmu-ilmu azali dan abadi; dan kesesuaiannya hanyalah bagi
zatnya, tidak bagi lainnya. Tidak seperti ilmu yang berdampingan dengan
keberadaan lainnya. Ilmu tidak selalu ada kecuali selama yang lain itu ada;
jika ia musnah, maka ia kembali kepada itikad; dan ilmu seperti itu adalah
batil.
Terkadang kata haqq ini dikaitkan dengan ucapan, misalnya:
“Perkataan yang haqq (benar),” atau “Perkataan yang batil (salah).” Atas dasar
ini, perkataan yang paling haqq itu adalah kalimat la
ilaha illallah, sebab ia adalah yang benar, yang abadi, yang azali
bagi dzatnya dan tidak bagi yang lainnya.
Para ahli tasawuf yang biasanya tenggelam dalam kefanaan
dari sudut zat mereka, maka yang selalu terucapkan oleh lisan mereka dalam
segala keadaan adalah ism Al-Haqq. Sedangkan ahli istidlal (mereka
yang mengambil dalil dari) af’al, yang terucapkan oleh lisan mereka adalah ism Al-Bari’,
yang artinya “Sang Pencipta.” Dan kebanyakkan makhluk melihat segala sesuatu
selain-Nya, lalu mereka menjadikan saksi dari apa yang mereka lihat itu, mereka
ini adalah yang dituju Allah dengan firman- Nya:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan
bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah …” (QS Al A’raf: 185)
Sedangkan orang-orang shiddiqin, tidaklah mereka itu menyaksikan
selain Dia, maka mereka menjadikan saksi dengan-Nya kepada-Nya. Mereka inilah
yang dituju firman Allah:
“…Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa
sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS Fushshilat: 53)
Bagian seorang hamba dari ism ini adalah, ia harus melihat dirinya salah
dan tidak ada yang dilihatnya itu benar selain Allah. Seorang hamba, sekalipun
ia benar, tidaklah benar dengan dirinya sendiri, tetapi dia benar dengan Allah
SWT dan maujud dengan-Nya, bukan dengan zatnya sendiri, bahkan dia itu batil
dengan zatnya kalau tidak diciptakan oleh Yang Haqq.
Khasiatnya
Bahwasanya orang yang menuliskan ism ini pada sehelai kertas persegi pada keempat
sudutnya, lalu diletakkannya pada telapak tangannya di waktu sahur sambil
mengangkatnya ke arah langit, niscaya Allah akan melindunginya dari apa yang
disusahkannya. Barangsiapa melazimkan membaca La ilaha illallah
al-malikul-haqqul-mubin setiap hari sebanyak seratus kali, niscaya
akan dikayakan Allah dari karunia-Nya. Dan barangsiapa berzikir dengannya
sebanyak seribu kali tiap-tiap hari, maka akhlaknya akan menjadi baik.
—oOo—
53. Al Wakil
Dia adalah Dzat yang mengurus segala urusan hamba-Nya dan
memudahkan segala yang dibutuhkan oleh mereka. Atau, Dia adalah Dzat yang
segala perkara diwakilkan kepada-Nya. Dan wakil itu terbagi atas: 1. yang
meemenuhi apa yang diwakilkan kepadanya dengan sempurna, tanpa pamrih; dan 2.
yang memenuhi tetapi tidak semua. Wakil yang mutlak ialah yang diwakilkan
segala urusan kepadanya, dan dia cocok untuk melaksanakan dan
menyempurnakannya-wakil seperti itu tidak lain hanyalah Allah SWT.
Dari keterangan ini, dapatlah dipahami bahwa bagian hamba
dari ism
ini adalah: kepada-Nyalah ia harus menyerahkan segala urusannya, sebab Dialah
sebaik-baik yang diserahi urusan.
Khasiatnya
Barangsiapa membanyakkan berzikir dengan ism ini, niscaya Allah akan membukakan baginya
pintu-pintu kebaikan dan rezeki.
—oOo—
54. Al Qawiy & 55. Al Matin
Al Qawiy
ialah Dzat yang tidak ditimpa kelemahan, baik di dalam zat-Nya maupun di dalam
sifat-Nya dan af’al-Nya. Sedangkan Al Matin ialah Dzat yang mempunyai kekuatan
yang sempurna, dimana tidak ada satu pun dari af’al-Nya yang dapat dibantah,
dan tidak ada kelemahan di dalam kekuatan-Nya, serta tidak bisa ditolak perintah-Nya.
Keadaan ini tidak mungkin ada selain pada Allah SWT, sebab Dia sajalah yang
mempunyai sifat-sifat sempurna. Al-Quwwah menunjukkan kekuasaan yang sempurna,
dan Al-Matin menunjukkan kekuatan yang sangat. Allah SWT, dari segi
kekuasaan-Nya yang mencapai kesempurnaan, disebut Al-Qawiy, dan dari segi Dia
sangat kuat, disebut Al-Matin. Pembicaraan tentang ism ini akan
dilanjutkan pada pembicaraan ism Allah Al-Qadir.
Khasiatnya
Barangsiapa teraniaya dan berzikir dengan ism Al-Qawiy dengan maksud agar orang yang
menganiayanya itu menndapatkan kecelakaan, maka ia akan dihindarkan dari
kejahatan orang itu. Tetapi hendaklah ia takut kepada Allah dalam melakukan
itu.
Barangsiapa membacakan ism Al-Matin pada anak perempuan kecil atau anak
laki-laki kecil sebanyak sepuluh kali, niscaya anak tersebut tidak akan berbuat
durhaka.
—oOo—
56. Al Waliy
Al Waliy
maknanya Al-Muhibh
(yang mencintai), An Nashir (yang menolong), Al-Mutawalli
amra khalqihi (yang menyelesaikan urusan makhluk-Nya), dan Al
Mukhtashshina bi Ihsanihi (yang khusus mendapatkan kebaikan-Nya).
Firman Allah yang artinya:
“… dan Allah adalah
pelindung orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Jatsiyah: 19)
Dalam arti bahwa Allah-lah yang mengurus kemenangan mereka,
dan Dialah yang meninggikan keadaan mereka, memelihara dan menjaga mereka.
Firman Allah SWT yang lain:
“Yang demikian itu karena
sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena
sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung.”
(QS. Muhammad: 11)
Para wali diantara hamba-hamba Allah itu ialah orang yang
mencintai Allah dan mencintai aulia-Nya, menolong-Nya dan menolong aulia-Nya,
serta memusuhi musuh-musuh-Nya. Di antara musuh-musuh-Nya ialah nafsu dan
setan. Barangsiapa menghinakan keduanya, berarti ia adalah wali di antara
hamba-hamba Allah.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki agar anda menegakkan
kebaktian kepada Allah, dan menjadi wali bagi-Nya. Makna wali itu ialah orang
yang segala keadaannya diurus oleh Allah, dan tidak dibiarkan-Nya diurus oleh
yang lain-Nya.
Khasiatnya
Barangsiapa berdzikir dengan ism ini pada malam Jum’at sebanyak seribu kali,
niscaya Allah akan memberikan wilayah (kepemipinan) kepadanya dan akan di-hisab
dengan hisab
yang mudah.
—oOo—
57. Al Hamid
Dia adalah Dzat yang terpuji dan berhak atas semua
sanjungan. Sebab Dia bersifat dengan segala kesempurnaan. Dia terpuji dengan
pujian bagi diri-Nya di alam azali, dan dengan pujian hamba-Nya kepada-Nya
selamanya. Sesungguhnya ini kembali kepada sifat-sifat Jalal,
Kamal,
dan ‘Uluww
yang cocok dengan zikir orang yang berzikir betapapun banyak bilangan
wasilah-nya. Al-Hamid tidak lain adalah pujian yang menyebutkan sifat-sifat
sempurna dari segi Dia itu sempurna.
Sedangkan orang yang terpuji di antara hamba-hamba Allah
ialah orang yang terpuji akidahnya, akhlaknya, amalnya, dan semua ucapannya,
tanpa dicampur atau dikurangi. Yang memiliki sifat-sifat ini tidak lain
hanyalah Nabi kita Muhammad saw., para nabi yang dekat dengan-Nya, dan yang
mewarisinya dari golongan aulia dan ulaama. Masing-masing pihak di antara yang
tersebut itu adalah terpuji seimbang dengan apa-apa yang terpuji dari
akidahnya, akhlaknya, perbuatannya, dan ucapannnya. Meskipun telah dimaklumi
bahwa tidak ada orang yang terlepas dari aib atau kekurangan, sekalipun banyak
sifat-sifatnya yang terpuji, maka yang terpuji secara mutlak hanyalah Allah SWT
belaka.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini dalam suatu khalwat yang sempurna selama
45 hari, tiap-tiap hari sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuannya, maka
Allah akan mengangkatnya ke tingkat para wali.
—oOo—
58. Al Muhshiy
Al Mushiy
ialah Dzat yang menghitung segala sesuatu dengan ilmu-Nya, atau Sang Mahakuasa
yang tidak ada sesuatu yang menyimpang dari-Nya, atau yang Maha Mengetahui yang
meliputi dengan ilmu-Nya.
Al Ihsha
adalah al
‘add (menghitung). Al-Muhshiy yang mutlak ialah yang dalam ilmunya
menyingkap batas,jumlah, dan hitungan semua yang diketahuinya-ini tidak mungkin
dilakukan kecuali oleh Allah SWT. Sedangkan hamba, sekalipun ia mungkin dapat
menghitung dengan ilmunya sebagian maklumat, namun ia akan merasa tak mampu
untuk membatasi sebagian besarnya karena ketidaktahuannya tentangnya. Sebab,
menghitung bergantung pada ilmu, sedangkan ilmu hamba tentang sesuatu itu
terbatas, sebaliknya ilmu Allah itu tak terbatas. karena itulah manusia akan
tercengang, pada hari kiamat kelak, menyaksikan betapa telitinya penghitungan
yang dilakukan Allah, sehingga tak satupun yang tertinggal, baik yang paling
kecil maupun yang paling besar.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan hamba selalu meng-hisab
(memperhitungkan baik buruk) dirinya, dan senantiasa waspada terhadap nafsunya.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini pada 20 potong roti sebanyak 20 kali,
niscaya Allah akan menundukkan seluruh makhluk baginya.
59. Al Mubdi’ & 60. Al Mu’id
Al Mubdi’
ialah Dzat yang menampakkan sesuatu dari “tiada” menjadi “ada.” Sedangkan Al-Mu’id
ialah Dzat yang mengembalikan kepada “ada” sesudah kehancurannnya. Jika
penciptaan itu tidak didahului oleh yang sama dengannya, maka itu disebut ibda’an;
sedangkan jika telah didahului oleh yang sama dengannya, maka itu disebut i’adatan.
Allah adalah Dzat yang mulai menciptakan makhluk dan Dia pulalah yang
mengulangi penciptaan-Nya, dan yang terakhir ini lebih mudah bagi-Nya. Segala
sesuatu berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Berakhlak dengan kedua ism ini mengharuskan Anda kembali kepada-Nya
dalam setiap urusan.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism Al-Mubdi’ pada waktu sahur di atas perut
wanita hamil sebanyak 79 kali, insya Allah isi kandungannya akan tetap dan
tidak akan lahir kecuali bila telah sempurna.
Sedangkan Al Mu’id berkhasiat untuk mengingatkan hafalan
yang terlupa jika berzikir dengannya. Barangsiapa membacanya sebanyak seribu
kali, maka akan hilanglah kebingungannya dan akan ditunjukkan ke jalan
kebenaran.
—oOo—
61. Al Muhyi & 62. Al Mumit
Al Muhyi
ialah Dzat Yang Menciptakan kehidupan pada setiap makhluk, dan Al
Mumit ialah Dzat Yang Mematikan pada setiap yang dimatikan-Nya.
Tidak ada yang menciptakan kehidupan dan kematian kecuali hanya Allah SWT. Dan
tidak ada yang menghidupkan dan mematikan kecuali Dia. Kematian dan kehidupan
itu terikat dengan kehendak-Nya. Jadi, kalau Dia menghidupkan atau mematikan,
maka itu adalah sesuai
dengan kehendak-Nya dan mengikuti ilmu-Nya yang azali. Tentang makna kehidupan
ini telah diisyaratkan terdahulu pada ism Allah Al-Ba’its,
karena itu tidak perlu diulang lagi di sini.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki seseorang agar selalu
menyerahkan dan menggantungkan segala urusannya kepada Allah dan kembali
kepadan-Nya dengan menghidupkan segala petunjuk hamba dengan perbuatan taat.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism Al Muhyi ke atas badannya, maka ia akan
terhindar dari penjara dan tenggelam.
Dan barangsiapa berzikir dengan ism Al Mumit,
maka jiwanya akan patuh melakukan amal kebaikan.
—ooo—
63. Al Hayy
Al Hayy
ialah Dzat yang bersifat dengan kehidupan kekal yang tidak bisa ditimpa oleh
bencana apa pun. Dia mutlak kekal-Nya, dan tidak didahului oleh sifat ‘adam
(tidak ada).
Dikatakan bahwa Al-Hayy ialah Dzat Yang Maha Melaksanakan
dan Mendapatkan. Sehingga, segala yang tidak bisa melakukan sesuatu dan tidak
pula dapat memperolehnya, disebut mayit. Sedangkan Allah SWT tidak mati untuk
se1amanya, dan tidak mungkin musnah atau binasa.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki agar Anda bersikap di
hadapan Tuhan Anda seolah-olah seperti mayit di hadapan orang yang
memandikannya, yang dapat membolak-balikkannya sebagaimana dikehendakinya.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca Al-Hayy sebanyak 300.000 kali, maka dia tidak akan
menderita sakit
selama-lamanya. Dan barangsiapa menuliskannya pada piring porselen dengan misik
dan air mawar, kemudian diisi dengan air gula, lalu diminum, maka ia, dengan
izin Allah, akan sembuh dari penyakitnya.
—ooo—
64. Al Qayyum
Al-Qayyum
ialah Dzat yang berdiri sendiri, yang dalam berdirinya itu tidak membutuhkan
pertolongan yang lain, bahkan yang lainlah yang membutuhkan pertolongan
kepada-Nya.
Ketahuilah (semoga Allah menunjuki Anda), bahwa segala
sesuatu terbagi menjadi: (1) benda yang tidak membutuhkan tempat, seperti
kehormatan dan sifat-sifat, dan ini dikatakan “ia tidak bisa berdiri sendiri”;
(2) ada pula benda yang membutuhkan tempat, seperti permata, dan ini dikatakan
“berdiri sendiri.” Tetapi sekalipun permata itu berdiri sendiri, ia masih
membutuhkan beberapa perkara yang harus ada demi keberadaannya dan menjadi
syarat baginya. Jika di dalam wujud ini ada sesuatu yang maujud yang telah
cukup dzatnya dengan dzatnya, tidak ada pendiri baginya dengan yang lainnya,
dan tidak diisyaratkan dalam keberadaannya itu ada yang lainnya, maka dialah
yang berdiri sendiri secara mutlak. Jika di sampingyang disebutkan tadi, ia
juga mengurus segala yang ada, sehingga tidak ada sesuatu pun yang wujud
kecuali dialah yang mengurusnya, maka ia adalah Al-Qayyum, dan ini tidak lain
adalah Allah SWT.
Masuknya seorang hamba ke dalam sifat ini hanyalah menurut
kadar rasa cukupnya kepada selain Dia. Dikatakan bahwa bangsa Israel pernah
meminta kepada Nabi Musa a.s., ketika mereka memasuki lautan, agar mengajarkan
kepada mereka ism
a’zham. Lalu Nabi Musa menjawab: “Ahyan syarahiyan
(yakni Ya
Hayyu Ya Qayyum), maka Allah menyelamatkan mereka dari bahaya
tenggelam.
Khasiatnya
Barangsiapa membacanya sepotong (Ya Qayyum saja), maka akan lenyaplah rasa
kantuknya. Dan barangsiapa membacanya disertai Al-Hayyu
(yaitu: Ya
Hayyu Ya Qayyum), sejak terbit sampai naiknya matahari, maka ia
akan mendapatkan rasa senang dalam dirinya yang tak terhingga. Dan barangsiapa
berdoa dengannya di lautan luas, maka Allah akan menyelamatkannya dari bahaya
tenggelam.
—oOo—
65. Al Wajid
Al Wajid
ialah Dzat yang mendapatkan yang dikehendaki-Nya; semua yang dikehendaki-Nya
hadir di hadapan-Nya. Jadi, Al- Wajid ialah Dzat yang tidak dipersulitkan
oleh apa pun; lawannya adalah Al-Faqid.
Al-Wajid mutlak itu hanyalah Allah, sebab selain Dia tidak
mendapatkan sesuatu pun kecuali dengan disandarkan pada-Nya. Karena itulah,
dalam salah satu firmannNya Allah menyatakan:
“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah
khazanahnya …” (QS. Al Hijr: 21)
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan anda mengadakan segala yang
dikehendaki dari anda. Janganlah anda melakukan sesuatu dan jangan pula
meremehkannya, kecuali dengan iradat dari Allah.
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini pada setiap suap makanannya, niscaya
hatinya akan dikuatkan oleh Allah.
—ooo—
66. Al Maajid
Al Maajid ialah
ism
musytaq dari al-majd, yaitu puncak kemuliaan. Dia adalah Yang
Mahatinggi kudrat-Nya dan Mahaagung kemuliaan-Nya. Al-Maajid ini
artinya sama dengan Al-Majiid,
hanya mendapat tambahan mubalaghah. Tentang ism ini,
rasanya telah cukup penjelasannya dengan yang ada pada ism Al-Majiid.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda mengangkat keinginan
Anda dari makhluk dan disertai keterkaitan Anda kepada Allah.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sampai larut dalam keasyikannya, niscaya
Allah akan memberikan cahaya daalam hatinya.
67. Al Wahid
Al Wahid
ialah Dzat yang munfarid
(sendirian) di dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya; tidak terbagi-bagi dan
tidak terkelompokkan. Sifat-Nya tidak menyerupai sesuaatu dan tidak diserupai
oleh sesuatu, dan perbuatan-Nya tidak disekutui oleh apa pun.
Begitu juga yang dikatakan oleh Imam Sya’rani
di dalam kitab Al-Yawaqit,
bahwa Al-Wahid itu ialah Dzat yang tidak terbagi-bagi dan tidak diserupai.
Yakni, tidak ada kemiripan sedikit pun antara Dia dan hamba-Nya. Dan
keberadaan-Nya itu tanpa permulaan dan tanpa akhir. Kalau tidak demikian, tentu
ia ada yang baru, sedang yang baru itu memerlukan yang mengadakan. Mahasuci
Allah dari hal itu.
Ali Al Khawwash
berkata: “Ahad itu ada 4 macam. Pertama, ahad yang tidak berpihak, tidak
terbagi, dan tidak memerlukan tempat; dia adalah Tuhan. Kedua, ahad yang
berpihak, yang terbagi, dan yang memerlukan temmpat; ia adalah jasmani. Ketiga,
ahad yang berpihak, tidak terbagi, dan memerlukan tempat; dia adalah nyawa.
Keempat, ahad yang tidak berpihak, tidak terbagi, dan memerlukan tempat; ia
adalah tabi’at. Inilah kumpulan yang ada, baik yang lama maupun yang baru.
Tidak ada yang Esa mutlak kecuali hanya Allah SWT, sebab Dia qadim
(sesuatu yang azali), sedang yang lainnya hadits (seesuatu yang muncul
belakangan).
Ber-taqarrub dengan ism ini
mengharuskan Anda tidak melihat di dunia dan akhirat kecuali Dia, dan tidak
condong kepada selain-Nya, dan hendaknya menjadi satu dengan-Nya.
Nabi saw. bersabda:
Sesungguhnya Allah itu
ganjil (tunggal), dan suka kepada yang ganjil.
Suatu hari, Rasulullah saw. mendengar seseorang mengatakan
di dalam doanya:
Ya Allah, ya Tuhan kami, sungguh aku memohon kepada-Mu,
karena sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaesa, Mahatunggal, Maha Sendirian,
Tempat Bergantung segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan,
dan tidak ada yang setara dengan-Nya.
Lalu beliau berkata: “Orang itu telah memohon kepada Allah
dengan ism-Nya
yang jika seseorang berdoa dengannya niscaya akan diperkenankan, dan jika ia
meminta niscaya akan diberi.”
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat untuk mengeluarkan ketergantungan terhadap makhluk dari dalam
hati. Barangsiapa membaacanya 1000 kali, niscaya akan keluarlah ketergantungan
kepada makhluk dari dalam hatinya, dan dilenyapkan Allah rasa takutnya yang
merupakan asal semua bencana di dunia dan di akhirat.
—oOo—
68. Ash Shamad
Ash-Shamad
ialah Dzat yang dituju dalam setiap kebutuhhan, dan tempat meminta pertolongan
di dalam setiap kesulitan. Atau, Dzat yang tidak mempunyai perut, karenanya Ia
tidak makan. Atau, Dzat yang bersih dari bencana. Atau, Dzat yang kekal, tidak
hilang.
Barangsiapa dijadikan Allah sebagai tempat tujuan
hamba-hamba-Nya dalam perkara penting agama dan dunia mereka, serta
disalurkan-Nya melalui lisan dan tangannya kebutuhan-kebutuhan makhluk-Nya,
maka berarti Allah telah memberikan nikmat kepadanya dengan mendapat bagian
dari sifat ism
ini.
Allah berfirman :
“Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang
kebenaran mereka…” (QS. Al Ahzab: 8 )
Yakni, apakah Dia menyuruh mereka dengan kebenaran itu atau
melarang mereka darinya. Setiap yang haqq
itu benar, dan tidak setiap yang benar itu haqq.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda membantu makhluk dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka semampu Anda.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini pada waktu sahur sebanyak 125 kali, akan
tampaklah bekas-bekas kebenaran padanya.
—oOo—
69. Al Qadir & 70. Al Muqtadir
Al Qadir
ialah Dzat yang mampu melakukan sesuatu tanpa mengerjakan dan tanpa perantara.
Dia tidak pernah ditimpa kelemahan dalam setiap kehendak yang ingin
dilaksanakan-Nya. Sedangkan Al Muqtadir ialah yang menguasai segala
sesuatu. Keduanya berasal dari kata qudrah, namun Al-Muqtadir lebih sempurna,
sebab tambahan bentuk menunjukkan adanya tambahan makna.
Dikatakan bahwa Al-Qadir itu ialah yang mampu menciptakan
yang tiada dan memusnahkan yang ada. Sedangkan Al-Muqtadir itu ialah Dzat yang
mampu memmperbaiki makhluk dari segi yang tidak mampu dilakukan oleh selain-Nya
sebagai suatu karunia dan kebaikan dari-Nya. Ambil contoh seorang bayi,
misalnya, di mana Allah SWT telah memperbaiki keadaan anak tersebut di dalam
perut ibunya, sehingga ia tidak menangis di dalamnya karena suatu gangguan
terhadapnya atau terhadap ibuunya. Jika telah keluar, maka ia menangis karena
gangguan tersebut. Nah, siapakah yang mampu berbuat demikian selain Allah SWT?
Al-Qudrah
yang menjadi asal kedua kata ini merupakan suatu ungkapan tentang makna yang
dengannya didapatkan sesuatu yang siap dengan ketetapan iradat, dan ilmu yang
terjadi atas kesesuaian dengan keduanya. Sedangkan Al-Qadir ialah Dzat yang
kalau Dia mau, Dia lakukan, dan kalau tidak mau, tidak Dia lakukan, dan bukan
termasuk syarat-Nya untuk mesti menghendaki. Yang kuasa secara mutlak itu ialah
yang menciptakan segala sesuatu yang ada dengan penciptaan yang tersendiri dan
terlepas dari bantuan lainnya-Dia adalah Allah SWT. Sedangkan hamba, ia juga
mampu berbuat sesuatu, akan tetapi kurang sempurna, karena tidak bisa kecuali
sebagian yang mungkin. Dan yang menciptakan kemampuan si hamba itu tidak lain
adalah Allah SWT.
Berakhlak dengan kedua ism ini mengharuskan Anda tidak melalaikan
sesuatu pun dari kehendak Allah sesuai dengan kemampuan Anda, dan mencurahkan
segenap kemampuan Anda dalam berbuat bakti kepada-Nya guna mencapai ridha-Nya.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism Al-Qadir seratus kali sesudah shalat dua
rakaat, ia akan dapat mengalahkan muusuh – musuhnya.
Barangsiapa berzikir dengan ism Al-Muqtadir
ketika bangun dari tidur, Allah akan mengatur urusannya sebagaimana yang ia
kehendaki, sehingga ia tidak perlu lagi mengatur dirinya.
—oOo—
71. Al Muqaddim & 72. Al Mu’akhkhir
Al Muqaddim
ialah Dzat yang mendahulukan sebagian dari sesuatu atas sebagian yang lainnya
dalam wujud, seperti mendahulukan sebab-sebab atas akibat-akibat. Atau dalam
pemuliaan dan pendekatan, seperti mendahulukan para nabi dan orang-orang saleh
daripada selain mereka. Atau dalam hal tempat, seperti mendahulukan periode
atau masa yang satu dari yang lainnya sebagaimana telah tertentu di dalam
hikmah-Nya yang azali.
Dia Allah SWT yang mendahulukan dan mengakhirkan, Dia
mendahulukan bagi hamba-hamba-Nya segala yang dibutuhkan oleh mereka guna
memelihara eksistensi mereka dan mengakhirkan mereka ke ajal-ajal mereka. Atau,
Dia yang mendahulukan orang yang dikehendaki-Nya di dunia dan di akhirat dengan
memberikan kepada mereka derajat yang tinggi, dan Dia pula yang mengakhirkan
siapa pun yang dikehendaki-Nya. Dan Allah SWT sangat kuasa melakukan itu semua.
Berakhlak dengan kedua ism ini mengharuskan Anda bersikap antara takut
dan harap, dan hendaklah selalu bersikap waspada. Sebab, Rasulullah saw.
sendiri, yang telah diampuni Allah dari segala kesalahan, tidak melalaikan sama
sekali ibadah kepada Tuhannya, sehingga ketika ditanyakan orang kepadanya,
“Bukankah Tuhan telah mengampuni segala kesalahan Tuan?” Beliau
menjawab:”Apakah aku akan menjadi seorang hamba yang tidak bersyukur?! ”
Khasiatnya
Ism
Al Muqaddim berkhasiat untuk mendapatkan kekuatan di dalam peperangan dan
selamat dari peperangan itu.
Khasiat ism Al Mu’akhkhir adalah untuk menghindarkan
diri dari segala perbuatan buruk. Barangsiapa banyak berzikir dengannya, niscaya
akan dibukakan Allah baginya pintu tobat dan taufik.
—oOo—
73. Al Awwal & 74. Al Akhir
Al Awwal
artinya yang qadim,
yang mendahului segala sesuatu. Dan Al Akhir artinya yang kekal sendiri sesudah
semua yang lainnya musnah. Dia adalah Dzat yang permulaan tanpa pangkal dan
yang akhir tanpa ujung.
Al-’Arif asy-Sya’rani
menukil ucapan Quthb
asy Syadzili, katanya: “Allah SWT telah menghapuskan segala yang
lain, dengan firman-Nya:
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zhahir dan Yang Batin…”
(QS Al-Hadid: 3)
Lalu dikatakan: “Lalu, ke manakah makhluk?”
Jawab: “Mereka ada, namun keadaan mereka di sisi Allah SWT
seperti debu-debu yang beterbangan di udara, yang Anda lihat naik-turun di
dalam cahaya matahari, yang jika Anda tangkap maka tidak akan Anda lihat lagi;
ia ada di dalam penglihatan, tidak ada di dalam wujud.”
Berakhlak dengan kedua ism ini mengharuskan Anda menjadi orang yang
pertama-tama berbuat kebaikan dan yang terakhir bergantung pada-Nya.
Khasiatnya
Khasiat ism
Al-Awwal adalah untuk penyatuan kembali. Jika seorang musafir membiasakan
membacanya setiap hari Jum’at sebanyak seribu kali, maka akan tercapailah
cita-citanya.
Khasiat ism Al-Akhir adalah untuk membersihkan batin
dari segala selain Allah SWT. Jika seseorang membiasakan membacanya tiap-tiap
hari sebanyak seratus kali, maka akan keluarlah dari dalam hatinya segala yang
lain selain Allah SWT.
—oOo—
75. Azh Zhahir & 76. Al Bathin
Dia adalah Dzat yang Zhahir (nyata) keberadaan-Nya bagi akal yang
sehat dengan tanda-tanda petunjuk berupa langit, bumi, manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain. Sedangkan Al-Bathin ialah yang tertutup dari pandangan
mata dan angan-angan sehingga tidak bisa diperkirakan bagaimana Dia dan tidak
diketahui keadaan-Nya. Dia adalah Zhahir dari segi definisi dan Bathin
dari segi takyif
(penampakan).
Ibnu ‘Atha’illah berkata: “Bahwasanya Allah menampakkan
segala sesuatu karena Dia Bathin, dan merahasiakan wujud segala sesuatu karena
Dia Zhahir.”
Dalam menguraikan perkataan Ibnu ‘Atha’illah tersebut,
penafsir mengatakan: “Allah menampakkan segala sesuatu karena Dia Bathin,
karena tuntutan ism-Nya
tidak mau disekutui dalam sifat batinnya itu oleh sesuatu pun. Karena itulah
Dia menampakkan segala sesuatu, yakni menjadikannya nyata dan tidak ada yang
batin di dalamnya kecuali Dia. Dan Dia merahasiakan keberadaan segala sesuatu
karena Dia Zhahir, yakni Dia tidak menjadikan bagi selain-Nya suatu Wujud dari
zatnya, namun seluruhnya berbentuk ketiadaan semata, dan tidak ada wujud
baginya kecuali dari wujud-Nya.”
Sayyid Muhyiddin berkata: “Ketahuilah, bahwa tajalli-Nya
Allah SWT dengan asma mempunyai tiga tingkatan. Pertama, tajalli bagi alam
dengan ism-Nya Azh-Zhahir, sehingga tidak ada sesuatu pun dari alam yang
tersembunyi dari perintah Allah SWT; dan ini khusus di hari kiamat. Kedua,
ber-tajalli bagi alam dengan ism- Nya Al Bathin, sehingga hati (bukan mata)
yang menyaksikan-Nya. Karena inilah manusia di dalam fitrahnya mendapatkan
sandaran pada-Nya dan kemampuan dengan-Nya tanpa melihat dalam dalil, dan
mengembalikan segala urusannya kepada-Nya. Ketiga, ber-tajalli dengan ism-Nya
Azh Zhahir dan Al Bathin, dan ini khusus bagi para nabi dan pewaris mereka
saja.
Azh-Zhahir dan Al-Bathin termasuk juga ke dalam mudhafat,
sebab zhahir itu menjadi zhahir pula bagi sesuatu dan menjadi bathin bagi
sesuatu yang lain; tidak pernah menjadi zhahir atau bathin saja dari satu segi,
tetapi menjadi zhahir dengan dikaitkan pada pemahaman dan bathin dari segi
lain. Dan Allah SWT itu Zhahir jika dituntut dari akal dengan jalan istidlal,
dan Bathin jika dituntut dari pemahaman indera dan angan-angan khayal. Jika
Anda katakan: “Adapun keadaan-Nya yang Bathin dengan dikaitkan pada pemahaman
indera, maka maknanya nyata, namun keadaan-Nya yang Zhahir bagi akal itu adalah
samar (kurang jelas), sebab yang zhahir itu ialah apa-apa yang manusia tidak
berbeda dalam pemahamannya dan tidak berselisih di dalamnya.
Maka ketahuilah, bahwasanya Dia itu tersembunyi dengan
penampakan-Nya, disebabkan oleh sangat nyata penampakan-Nya tersebut.
Penampakan-Nya itu menjadi sebab penyembunyian-Nya. Dan cahaya-Nya itu ialah hijab
(tirai) cahaya-Nya. Semua yang melewati batas-Nya berbalik menjadi lawannya.
Mungkin Anda heran dengan penjelasan ini, dan merasa sulit memahaminya kecuali
dengan disertai contoh. Maka saya katakan, seandainya Anda melihat suatu
tulisan yang ditulis oleh seorang penulis ulung, tentu Anda akan menjadikannya
bukti tentang kepandaian si penulis itu, dan bahwa ia adalah seorang yang
mampu, melihat dan mendengar. Dan akan merasa yakin akan adanya sifat-sifat
tersebut walaupun tidak diperlihatkan kecuali dengan satu tulisan tadi. Nah,
sebagaimana Anda saksikan, kalimat itu sebagai suatu kesaksian yang pasti akan
kepandaian penulisnya, maka demikian pula halnya dengan Allah SWT. Tidak ada
satu benda sekecil apa pun yang ada di langit, di bumi, planet, matahari,
bulan, binatang, tumbuh-tumbuhan dan sifat-sifat yang disifatkan, melainkan
menjadi saksi atas dirinya akan kebutuhannya kepada yang mengatUr, menakdirkan,
dan mengkhususkan sifat-sifatnya. Bahkan tidaklah seseorang memperhatikan semua
anggota tubuhnya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, bahkan kepada
sifat-sifat dirinya, kecuali akan nyatalah baginya bahwa memang ada Penciptanya,
Penguasanya, dan Pengaturnya.
Imam Al-Ghazali: melanjutkan: “Kalau segala sesuaatu itu
berbeda-beda kesaksiannya, sebagian menyaksikan dan sebagian lagi tidak
menyaksikan, maka tentu keyakinan itu akan berhasil bagi semuanya. Tetapi
karena banyaknya kesaksian itu sehingga ,semuanya sepakat, maka menjadilah ia
tersembunyi, dan samar-samar, karena sangat nyatanya.”
Berakhlak dengan kedua ism ini adalah dengan merahasiakan amal Anda
sehingga tak tampak dari pandangan orang lain, dan menampakkan keistimewaan-keistimewaan
Anda bagi orang-orang yang mencintai Allah, sehinggga Anda menjadi nyata di
hadapan mereka.
Khasiatnya
Khasiat ism
Azh-Zhahir adalah untuk menampakkan cahaya wilayah di dalam hati orang yang
berzikir dengannya, jika ia berzikir dengannya di waktu matahari terbit.
Dan khasiat ism Al-Bathin adalah untuk mendapatkan rasa
tenteram bagi orang yang berzikir dengannya, setiap hari tiga kali, dan
tiap-tiap kali sesaat lamanya.
77. Al Waliy & 78. Al Muta’aliy
Al Waliy
maknanya Dzat yang menyelesaikan semua urusan makhluk, dan Al
Muta’aliy ialah Dzat yang Mahatinggi dari sifat-sifat kurang
atau dari pencapaian akal dan pikiran.
Berakhlak dengan ism Al-Waliy mengharuskan Anda menjadi wali dan
hakim terhadap diri Anda. Maka Anda jangan mengeluarkan dengannya dari apa-apa
yang ia sukai. Sedangkan berakhlak dengan ism Al Muta ‘aliy adalah agar Anda
mengangkat semangat Anda dalam berbuat bakti kepada Allah SWT.
Khasiatnya
Khasiat ism
Al Waliy adalah untuk mencegah bencana, seperti petir dan lain-lain. Dan
khasiat ism
Al Muta’aliy ialah untuk meningkatkan kebaikan dan keadaan.
79. Al Barr
Al Barr
ialah Dzat yang menyampaikan kebaikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya
dengan lemah-lembut. Al-Barr yang mutlak itu ialah yang semua kebajikan dan
kebaikan itu berasal dari-Nya. Sedangkan seorang hamba dapat menjadi barran
sesuai dengan kebajikan yang ia lakukan, terutama terhadap kedua ibu bapaknya
dan guru-gurunya.
Diriwayatkan dari Nabi Musa a.s. ketika beliau berada di
hadirat Tuhannya, beliau melihat seorang laki-laki berada di sisi tiang ‘Arsy,
lalu beliau dengan keheranan bertanya kepada Tuhannya: “Oh Tuhan, dengan amal
apakah orang ini mencapai derajat ini?”
Allah menjawab: “Ia tidak pernah merasa iri kepada
hamba-hamba-Ku yang Aku beri karunia, dan dia juga sangat berbakti kepada ibu
bapaknya.”
Berakhlak dengan ism ini menuntut anda agar banyak memberikan
manfaat kepada hamba-hamba Allah dan bersikap kasih terhadap mereka.
Khasiatnya
Orang yang berzikir dengan ism ini akan mendapatkan kebajikan di dalam
segala hal yang ada.
—oOo—
80. At Tawwab
At Tawwab
ialah Dzat yang memudahkan sebab-sebab pengampunan berulang kali dengan
menampakkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan mendorang ke arah
mereka penjelasan-penjelasan-Nya, dan memperlihatkan kepada mereka peringatan
dan ancaman-Nya, sehingga jika mereka telah melihat dan menyaksikan
akibat-akibat dari dosa-dosa yang mereka lakukan itu, maka timbullah dalam hati
mereka rasa takut, lalu mereka kembali tobat dan Dia menerima tobat mereka
kembali.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki Anda bertobat dari setiap
dosa, dan kembali kepada-Nya dalam setiap keadaan. Barangsiapa menerima alasan
orang-orang yang berdosa di antara rakyatnya, teman-temannya dan orang-orang yang
dikenalnya berkali-kali, maka ia telah berakhhlak dengan ism ini dan mengambil
banyak bagian darinya.
—oOo—
81. Al Muntaqim
Al Muntaqim
ialah Dzat yang membalas perbuatan orang-orang durhaka atas dosa-dosa yang
mereka lakukan, dan menghukum siapa saja yang dikehendaki-Nya dengan
sebesar-sebesar hukuman, dan Dia sangat keras siksaan-Nya. Ditimpakan-Nya
bencana atas orang-orang durhaka dan orang-orang yang suka bertindak
sewenang-wenang, serta dikeraskan-Nya siksaan atas orang-orang aniaya. Itu
semua ditimpakan-Nya sesudah Dia memberi peringatan dan penundaan, sebab jika
Allah SWT menyegerakan siksaan maka itu tidak mengharuskan siksaan yang sangat.
Yang paling terpuji di antara hukuman yang diberikan seorang
hamba itu ialah jika ia menghukum musuh-musuh Allah SWT. Dan musuh yang paling
besar bagi dirinya adalah hawa nafsunya. Sudah seharusnya jika ia menghukum
orang yang melakukan maksiat atau melalaikan ibadah, sebagaimana dinukil dari Abu
Yazid al Busthami, beliau berkata: “Pernah beberapa malam saya agak
malas melakukan wirid, maka saya hukum diri saya dengan tidak memberikan air
kepadanya selama satu tahun.”
Khasiatnya
Orang yang tidak mampu menghadapi musuhnya, hendaklah ia berzikir dengan ism
ini, namun harus diingatnya bahwa sebagaimana Allah menghukum musuhnya, mungkin
pula suatu ketika akan menghukum dirinya, karena itu hati-hatilah!
Di dalam hadis disebutkan, bahwa jika seorang hamba mengutuk
orang yang menganiayanya, maka Allah berkata: “Hai hamba-Ku, engkau mengutuk
orang yang menganiayamu, sedang orang yang engkau aniaya juga mengutukmu. Jika
Aku perkenankan kutukanmu itu, maka Aku juga akan memperkenankan orang yang
mengutukmu itu!”
—oOo—
82. Al ‘Afuww
Al Afuww
ialah Dzat yang menghapuskan segala kejahatan dan memaafkan orang-orang yang
telah berbuat maksiat. Ism ini mendekati makna Al-Ghafur,
tetapi ia lebih sempurna. Sebab, Al-Ghafur
itu adalah as-sitr
(merahasiakan), sedangkan Al-Afuww itu adalah al-mahwu
(menghapuskan).
Dikatakan bahwa para malaikat yang ditugasi untuk mencatat amal
perbuatan manusia menghaturkan catatan amal-amalnya pada hari kiamat, lalu
mereka lihat sebagian besar lembaran amal itu telah terhapus, padahal mereka
mengetahui apa isinya. Maka sadarlah mereka bahwa Allah telah menghendaki
kebaikan buat orang itu.
Firman Allah:
“Dan Dialah yang menerinza tobat dari hamba-hamba-Nya dan
memaafkan kesalahan-kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25)
Ya Allah, jadikanlah kami sebagai golongan itu. Sesungguhnya
Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda memaafkan
kejahatan-kejahatan orang lain dan memaafkan orang yang menganiaya Anda, bahkan
Anda balas dengan perbuatan baik dan mendoakannya, sesuai dengan sifat Allah
SWT. Sebab, betapa pun banyak dosa hamba-hamba-Nya, Dia tetap memberi rezeki
dan menyejahterakan mereka, bahkan dihapuskan-Nya dosa-dosa mereka lalu
digantikannya dengan kebaikan, jika dilihat-Nya mereka cenderung kepada tobat
yang sebenarnya.
Khasiatnya
Barangsiapa membanyakkan zikir dengan ism ini, niscaya Allah akan membukakan baginya
pintu maaf dan ampunan-Nya.
—oOo—
83. Ar Ra’uf
Ar Ra’uf
berasal dari kata ar-ra’fah yang artinya sangat ramah. Rahmat itu
termasuk sifat iradat
yang paling tinggi, sebab sifat ini melenyapkan kesulitan dan menolak kejahatan
dengan lemah-lembut dan kasih sayang.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki Anda bersikap kasih sayang
terhadap hamba-hamba Allah, seperti yang dinyatakan oleh Nabi saw.:
Sayangilah orang yang ada di bumi, niscaya kamu akan
disayangi oleh yang ada di langit.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sepuluh kali ketika sedang dilanda
amarah, dan kemudian membaca shalawat kepada Nabi saw. sepuluh kali juga,
niscaya akan redalah kemarahannya. Demikian pula jika dibaca di hadapan orang
yang sedang marah.
—oOo—
84. Malikul Mulk
Malikul-Mulk
ialah Dzat yang menjalankan semua urusan di dalam kerajaan-Nya menurut apa yang
Dia kehendaki. Tidak ada yang bisa menolak ketentuan-Nya dan tidak ada akibat
dari hukum-Nya. Al Mulk artinya “kerajaan,” dan Al-Malik
artinya “Yang Mahakuasa dengan sempurna.” Seluruh yang maujud ini merupakan
satu kerajaan dan Dia adalah Penguasanya. Semuanya itu merupakan satu kerajaan,
sebab antara sebagian dengan sebagian lainnya ada keterkaitan. Dan, sekalipun
Ia banyak dari satu sisi, sesungguhnya dari sisi lain Ia adalah satu, karena
kesesuaiannya dalam kebutuhan kepada Penciptanya dalam mewujudkan dan
mengekalkannya. Contohhnya adalah tubuh manusia, ia merupakan sebuah kerajaan
bagi hakikat manusia, di mana ia terdiri atas banyak sekali anggota tubuh yang
berbeda-beda, namun ia seolah-olah saling membantu merealisasikan suatu tujuan
bersama yang satu; dengan sifat demikian ini maka ia adalah suatu kerajaan.
Begitu juga dengan alam semesta ini, ia ibarat satu orang dan bagian-bagian
alam itu seolah-olah anggota tubuhnya; ia juga saling membantu dalam mewujudkan
satu tujuan, yaitu menyempurnakan kebaikan yang mungkin adanya menurut yang
dikehendaki oleh kemurahan Ilahi. Dan Allah SWT sajalah yang memilikinya, tidak
ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia
Maka Berkuasa atas segala sesuatu.
Ber-taqarrub dengan ism ini mengharuskan seseorang
selalu bersikap patuh dalam ibadah kepada Allah SWT dengan menghadirkan hati sehingga
tidak disibukkan oleh yang lain.
Imam Al-Syadzill berkata: “Berhentilah di satu pintu agar
terbuka bagi Anda beberapa pintu. Tunduklah kepada satu Raja agar seluruh
makhluk tunduk kepada Anda.”
Khasiatnya
Barangsiapa membaca ism ini secara rutin, maka Allah akan memberikan
harta kekayan kepadanya, dan dikayakan-Nya berkat karunia dan kemurahan-Nya.
—oOo—
85. Dzul-Jalali Wal-Ikram
Dia adalah Dzat yang tidak ada yang besar dan tidak ada yang
sempurna kecuali bagi-Nya. Dan tidak ada kemuliaan atau yang dimuliakan kecuali
berasal dari-Nya. Sifat Jalal itu adalah untuk-Nya dalam Dzat-Nya,
sedangkan sifat Karamah
itu merupakan anugerah-Nya kepada makhluk-Nya. Macam-macam kemuliaan yang
diberiikan-Nya kepada makhluk-Nya itu hampir tidak terbatas dan tidak berakhir,
seperti yang ditunjukkan dengan firman-Nya:
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam …”
(QS. Al-Isra’: 70)
Sifat-sifat kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia
itu banyak ragamnya. Yang terpenting adalah akal, pendengaran, penglihatan,
hati dan sebagainya.
Ber-taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) dengan
ism ini menghendaki Anda selalu bersikap tunduk dan tawadhu’ kepada Allah SWT,
menghias diri dengan sifat-sifat sempurna yang jauh dari sifat-sifat tercela,
serta bermurah hati kepada hamba-hamba Allah dengan pemberian.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat mendatangkan kemuliaan, kehormatan, dan kebesaran bagi orang
yang berzikir dengannya.
—oOo—
86. Al Muqsith
Dia adalah Dzat yang mengambil hak orang yang teraniaya dari
orang yang menganiaya. Dan
kesempurnaan-Nya adalah dengan menjadikan orang teraniaya itu merelakan
perbuatan orang yang menganiayanya. Ini merupakan puncak dari sifat adil tanpa
pandang bulu, dan tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah SWT.
Contohnya adalah hadis yang diriwayatkan dari ‘Umar bin
Khaththab r.a., bahwa ketika Nabi saw. sedang duduk, tiba-tiba beliau tertawa
hingga tampak giginya yang putih berseri, lalu ‘Umar bertanya: “Wahai
Rasululllah, apa yang menyebabkan Tuan tertawa?”
Rasulullah menjawab: “Dua dari umatku berlutut berkata: ‘Ya
Rabb, ambillah hakku dari orang yang menganiayaku ini!’
“Lalu Allah SWT berkata kepada orang yang menganiayanya itu:
‘Kembalikan kepada saudaramu semua yang kauambil darinya dengan aniaya!’
“Orang itu menjawab: ‘Ya Rabb, tidak ada lagi kebaikan yang
tersisa padaku!’
“Lalu orang yang teraniaya itu berkata: ‘Ya Rabb,
timpakanlah dosa-dosaku kepadanya!’
Kemudian Rasulullah saw. menangis seraya berkata: “Itulah
hari yang mahadahsyat, sehingga orang perlu minta supaya dosanya ditanggungkan
kepada orang lain.”
Beliau melanjutkan “Kemudian Allah berkata kepada orang yang
teraniaya itu: ‘Angkatlah pandanganmu dan lihatlah ke dalam surga!’
“Lantas orang itu berkata: ‘Ya Rabb, aku melihat kota-kota
terbuat dari perak dan istana-istana
terbuat dari emas dihiasi dengan permata, untuk siapakah ia
gerangan? Untuk nabi yang mana, atau untuk shiddiq yang mana, atau untuk syahid
yang mana?’
Allah menjawab: ‘Ia Aku berikan kepada orang yang memberikan
harganya!’
“Orang itu bertanya: ‘Ya Rabb, siapakah yang mammpu membayar
harganya?!’
“Allah menjawab: ‘Engkau bisa memberikan hargaanya.”
Tanya: ‘Dengan apa?’
Jawab: ‘Dengan pemberian maafmu kepada saudaraamu!’
“Orang itu berkata: ‘Ya Rabb, aku telah memaafkannnya.’
“Lalu Allah berkata: ‘Peganglah tangan saudaramu itu dan
bawalah masuk bersamamu ke dalam surga.’
Kemudian Nabi saw. bersabda: “Takutlah kamu sekalian kepada
Allah, dan berdamailah di antara sesama kamu, karena sesungguhnya Allah SWT
kelak pada hari kiamat juga akan mendamaikan antara sesama kaum mukminin.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini secara rutin, maka Allah akan mencegah
waswas darinya.
—oOo—
87. Al Jami’
Dia adalah Dzat yang menghimpun seluruh manusia pada hari
kiamat. Dan ada pendapat lain mengatakan, bahwa Dia adalah Dzat yang
mengumpulkan bagia-bagian tubuh manusia sesudah ia bercerai-berai, dan yang
membangkitkan mereka kembali, serta menghimpun mereka di padang mahsyar.
Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, di antaranya
adalah mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia dan
lain-lainnya, di permukaan bumi ini dan kemudian mengumpulkan mereka di padang
mahsyar pada hari kiamat. Dan Dia mengumpulkan langit, planet, udara di bumi,
lautan, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan barang-barang tambang yang aneka rupa di
bumi. Dia mengumpulkan tulang, urat, keringat dan otot, dan lain-lain. Dia
mengumpulkan antara dua sifat yang berlawanan, seperti panas dan dingin, kering
dan lembab, di dalam unsur hewan dan tumbuh-tumbuhan dan ini termasuk
penghimpunan yang paling sempurna di antara yang ada.
Dan Allah juga mengumpulkan di dalam diri seorang hamba adab
yang lahir di anggota tubuh dan hakikat batin di dalam hati. Barangsiapa yang
sempurna makrifatnya dan baik tingkah lakunya, maka ia disebut juga sebagai jami’.
Dikatakan bahwa jami’
ialah orang yang tidak padam cahaya makrifatnya.
Khasiatnya
Barangsiapa membanyakkan zikir dengan ism ini, maka ia akan berhasil mencapai segala
cita-citanya. Dan jika orang kehilangan sesuatu barang, lalu membaca: Allahumma
ya jami’an-nasi li yaumin la raiba fihi, ijma’ dhallati (Ya Allah,
ya Tuhan yang mengumpulkan manusia pada hari kiamat, kumpulkanlah aku dengan
barangku), maka insya Allah barangnya akan dikembalikan Allah, atau
digantikan-Nya dengan yang lebih baik, berkat karunia dan kemurahan-Nya.
—oOo—
88. Al Ghaniy & 89. Al Mughniy
Dikatakan bahwa Al-Ghaniy ialah Dzat yang merasa cukup dengan
Dzat-Nya, asma-Nya, dan sifat-Nya dari yang lain-Nya. Dan yang lain butuh
kepada-Nya. Sedangkan Al-Mughniy ialah Dzat yang memberikan kekayaan
kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hambaNya.
Ada pendapat lain mengatakan, bahwa Al-Ghaniy
ialah yang tidak bergantung kepada yang lain, baik dalam dzat maupun dalam
sifat-Nya, bahkan bersih dari segala keterkaitan dengan lain-Nya. Sedangkan Al-Mughniy
yang hakiki ialah yang tidak memiliki hajat apa pun kepada yang lain. Orang
yang butuh dan ia mempunyai apa yang dibutuhkannya itu, disebut sebagai kaya
dalam arti majaz;
dan ini mungkin ada pada selain Allah. Dan orang yang tidak tertinggal satu
hajat pun selain hajat kepada Allah, maka dia adalah orang kaya, sekalipun
tidak tinggal bagiinya asal hajat. Karena itulah Allah SWT berfirman:
“… Dan Allahlah Yang Mahakaya sedangkan kamulah orang-orang
yang butuh (kepada-Nya)…” (QS. Muhammad: 38)
Berakhlak dengan ism Al-Ghaniy adalah dengan menampakkan kepapaan
dan kebutuhan kepada-Nya, selalu dan selama-lamanya. Sedangkan berakhlak dengan
ism
Al-Mughniy adalah dengan lebih yakin terhadap apa yang ada di sisi
Allah daripada apa yang terdapat di tangan Anda, dan bersikap murah hati dan
dermawan kepada hamba-hamba Allah SWT.
Khasiatnya
Ism Al
Ghaniy, jika dibacakan atas sesuatu yang sakit di tubuhnya atau
tubuh orang lain, niscaya akan dilenyapkan Allah SWT sakitnya itu. Sedangkan
orang yang berdzikir dengan ism Al-Mughniy sebanyak seribu kali tiap-tiap
hari, niscaya Allah akan menjadikannya kaya-raya.
—oOo—
90. Al Mani’
Dia adalah Dzat yang menolak sebab-sebab kebinasaan dan
kekurangan dari badan, harta, dan agama. Dan ada pula yang berpendapat bahwa
arti Al
Mani’ ialah Dzat yang mencegah dari seseorang, sehingga tidak ada
yang bisa menolak apa yang diberikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang
Dia tolak.
Dikatakan mengenai makna menolak sebab-sebab kebinasaan dan
kekurangan itu, bahwa Dialah yang menolak sebab-sebabnya dengan menciptakan
sebab-sebab yang disiapkan-Nya untuk pemeliharaan. Hal ini telah dijelaskan
pada bab yang membicarakan makna ism Al
Hafizh. Tidak ada beda antara keduanya. Hanya saja, al
man’ adalah tambahan kepada sebab-sebab yang mencelakakan,
sedangkan Al
Hafizh itu adalah tambahan kepada yang dijaga dari kebinasaan.
Itulah maksud dan tujuan dari al man’, jika al-man itu dimaksudkan untuk pemeliharaan, dan al
hifzh tidak dimaksudkan untuk al man’. Setiap yang memelihara itu mencegah dan
tidak setiap yang mencegah bagi sebab-sebab kebinasaan dan kekurangan
memperoleh pemeliharaan dari kerusakannya.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda tidak memohon kepada
selain Allah SWT dalam segala kebutuhan Anda dan jangan sampai Anda terpedaya
oleh pemberian selain-Nya, sebab pemberian itu hanya sebagai sebab sedangkan
pemberi yang hakiki ialah Allah SWT.
Khasiatnya
Barangsiapa membanyakkan zikir dengan ism ini, niscaya segala permintaannya akan
dikabulkan oleh Allah dan ditolak-Nya kejahatan darinya.
91. Adh Dharr & 92. An Nafi’
Kedua ism ini adalah ism sifat yang
menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah. Tidak ada kemudharatan, keemanfaatan,
kejahatan, dan kebaikan kecuali dengan iradah-Nya jua.
Allah SWT berfirman:
Katakanlah, bahwa semuanya
berasal dari sisi Allah.
Namun adab terhadap hak Allah itu mengharuskan agar
kejahatan itu dinisbatkan kepada hamba. Sebagaimana ditunjukkan dalam firman
Allah dalam mengajak manusia supaya bersikap adab terhadap hak-Nya:
Apa saja nikmat yang kamu
peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari
(kesalahan) dirimu sendiri … (QS An Nisa’: 79)
Lihatlah adab Sayyidina Khidhir a.s. yang telah meenisbatkan
keaiban kepada dirinya sendiri, sebagaimana diceritakan oleh Allah di dalam
firman-Nya:
… dan aku bermaksud merusakkan bahtera itu … (QS
Al Kahfi: 79)
Padahal, dari cerita sebelumnya, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa beliau melakukan itu adalah atas petunjuk dan kehendak dari
Allah, seperti terungkap dalam firman Allah berikut:
… dan bukanlah aku melakukan itu menurut kemauanku sendiri
… (QS Al Kahfi: 82)
Dikatakan bahwa Yang Memberi mudarat dan Yang Memberi
Manfaat itu ialah Dzat yang berasal dari-Nyalah segala kebaikan, kejahatan,
kemanfaatan, dan kemudaratan, dan itu semua dinisbatkan kepada Allah SWT; baik
dengan perantaraan malaikat, manusia, benda-benda mati, maupun tanpa perantara.
Janganlah Anda sangka bahwa racun itu sendiri yang mematikan atau mencelakakan,
dan bahwa makanan itu sendiri yang mengenyangkan atau memberi manfaat, dan
bahwa malaikat, manusia, setan atau makhluk lain seperti planet, bintang, dan
lain-lain bisa memberikan kebaikan, kejahatan, kemanfaatan atau kemudaratan
dengan dirinya sendiri. Semua itu adalah dengan sebab-sebab yang ditundukkan
bagi mereka.
Ber-taqarrub dengan kedua ism ini menghendaki Anda
tidak mengharapkan kemanfaatan dari selain Allah SWT dan tidak minta tolong
dari kesulitan kepada selain-Nya.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism Adh Dharr tiap-tiap malam Jumat sebanyak
seratus kali, maka ia akan mendapatkan derajat yang dekat keapada Allah SWT.
Sedangkan khasiat ism An Nafi’ adalah, bahwa jika seseorang yang
sedang ‘berkumpul’ dengan istrinya berzikir dalam hatinya dengan ism ini,
niscaya istrinya akan mencintainya dengan sepenuh hatinya, dan akan dikaruniai
anak-anak yang saleh.
—oOo—
93. An Nur
Yakni yang menerangi segala sesuatu dengan menampakkan
cahaya-Nya di dalamnya.
Allah SWT berfirman:
Allah adalah cahaya langit
dan bumi … (QS An Nur: 35)
Yakni, yang menerangi langit dan bumi dengan bintang-bintang
atau planet-planet, atau dengan malaikat dan para nabi.
Dikatakan bahwa maknanya adalah, yang menampakan segala
benda dari tiada menjadi ada.
Ibnu ‘Atha’illah, di dalam kitabnya Al-Hikam,
mengatakan: “Alam semesta ini semuanya gelap, yang meneranginya adalah adanya Al
Haqq di dalamnya.”
Perkataan Ibnu ‘Atha’illah itu diuraikan oleh pensyarah-nya
sebagai berikut: “Alam semesta ini semuanya gelap, yakni tidak ada sama sekali
di dalam pandangan ahli syuhud. Sesungguhnya yang meneranginya adalah nampaknya
Al
Haqq di dalamnya, seperti nampaknya cahaya matahari di lubang
kunci. Dengan nampaknya Al Haqq itu, maka segala sesuatu yang asalnya tidak ada
menjadi ada sesuai dengan tuntutan tabiatnya, yang sebenarnya tidak wujud di
dalam zatnya. Ini adalah untuk memudahkan pemahaman dan tidak bisa dicapai
kecuali dengan perasaan. “Adapun perkataan Ibnu ‘Atha’illah “nampaknya Al Haqq
di dalamnya” maksudnya adalah, nampaknya perbuatan Allah di dalamnya. Sebab
orang-orang arif menyaksikan perbuatan Allah itu dalam setiap sesuatu karena
kuatnya makrifat mereka. Sehingga ada sebagian mereka mengatakan: “Tidaklah aku
lihat sesuatu, melainkan kulihat Allah di dalamnya!” Maksudnya: “Kulihat
perbuatan Allah di dalamnya.” Sebab afal-Nya itu menampakkan kekuasaan-Nya,
yang seandainya terputus sekejap saja, tentu akan porak-porandalah segala yang
wujud dan akan kacaulah tata-tertib alam ini. Tidak ada sesuatu pun yang maujud
kecuali di dalamnya ada perbuatan Allah SWT. Dia adalah elemennya dan sebab
kelangsungannya. Seandainya Allah SWT menghentikan af’al-Nya dari kita, tentu
akan musnahlah segala yang ada.
Ber-taqanub dengan ism ini
hendaklah dengan melihat segala sesuatu itu dari-Nya dan dengan-Nya. Kemudian
berakhlak dengan menampakkan bahwa bagi-Nya setiap kebaikan.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat untuk menerangi kalbu dan anggota tubuh orang yang berzikir
dengannya. Karena itulah, Rasulullah saw. membanyakkan menyebutnya dalam doanya
berikut ini:
Ya Allah, adakanlah cahaya
di dalam kalbuku, cahaya di dalam kuburku, cahaya di dalam penglihatanku,
cahaya di dalam pendengaranku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku,
cahaya di depanku, cahaya di belakangku, dan cahaya di atasku. Ya Allah,
adakanlah bagiku cahaya dan jadikanlah aku cahaya dengan berkat rahmat-Mu,
wahai Tuhan Yang Paling Penyayang.
—oOo—
94. Al Hadi
Yaitu yang memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya dan yang
menunjukkan kepada mereka apa-apa yang di dalamnya ada kebaikan buat mereka.
Allah SWT berfirman:
…Yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (QS Thaha: 50)
Yakni, menunjukkan apa-apa yang Dia ciptakan untuk apa yang
Dia kehendaki di dalam urusan agama dan dunianya.
Dikatakan bahwa makna Al Hadi itu ialah Dia yang menunjuki hamba-hamba
pilihan-Nya kepada makrifat Dzat-Nya. Dan menunjuki hamba-hamba-Nya yang awam
kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya sehingga dengannya mereka dapat menyaksikan
Dzat-Nya. Dan memberi petunjuk setiap makhluk kepada apa-apa yang mesti mereka
lakukan dalam memenuhi kebutuhannya, seperti memberi petunjuk kepada bayi untuk
mengisap tetek ibunya guna mendapat susu, menunjuki anak ayam untuk mematuk
biji-bijian ketika keluarnya, dan memberi petunjuk kepada kumbang untuk
membangun rumahnya, dan lain-lain.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan seseorang memberi petunjuk
kepada hamba-hamba Allah dengan apa-apa yang baik buat urusan agama dan dunia
mereka secara global dan terperinci.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat memberi petunjuk kepada hati orang yang berzikir dengannya. Dan
barangsiapa berzikir dengannya, maka ia akan dianugerahi kedudukan untuk
menguasai umat dengan hak.
—oOo—
95. Al Badi’
Al Badi’
ialah Dzat yang menciptakan sesuatu tanpa di dahului oleh contoh serupa
sebelumnya. Atau, yang tidak ada bandingannya dari mana pun. Maksudnya adalah
bahwa tidak ada yang Esa seperti Dia, baik dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya,
maupun dalam perbuatan-Nya. Sifat ini tidak cocok kecuali bagi Allah SWT. Sebab
Dia tidak mempunyai misal sebelumnya, bahkan semua yang ada adalah berkat
penciptaan-Nya dan dia tidak sama dengan Yang Menciptakannya. Atas dasar
inilah, Dia adaalah Dzat yang azali dan abadi.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki agar Anda mengusahakan
sifat-sifat utama dan menjauhi sifat-sifat tercela.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sebanyak 70.000 kali, maka hajatnya akan
terpenuhi dan akan diangkat oleh Allah kemudaratan baginya.
96. Al Baqiy
Al Baqiy
adalah Dzat yang wujud-Nya kekal abadi, tidak ditimpa oleh suatu kefanaan dan
tidak mungkin musnah. Jadi tidaklah berakhir wujud-Nya dan tidaklah terputus
kekekalan-Nya.
Dikatakan bahwa makna lainnya dari Al
Baqiy itu ialah, Dia maujud yang wajib wujud-Nya; tetapi jika
dikaitkan dengan masa depan, dinamakan Baqiy, dan jika dengan masa lampau dinamakan Qadim.
Yang Baqi mutlak itu ialah yang tidak ada akhir dari wujud-Nya dan yang Qadim
mutlak itu ialah yang tidak ada permulaan dari wujud-Nya. Sedangkan
Wajibul-WujUd itu mencakup kedua makna ini.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki Anda tidak berpaling dari
berbakti kepada-Nya, namun tetap bersikap demikian selamanya, sebagaimana
diisyaratkan oleh hadits Rasulullah saw. berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak
bosan sampai kamu sendiri yang bosan. ”
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sebanyak seribu kali, niscaya akan
terlepaslah ia dari bencana dan kesusahannnya.
97. Al Warits
Al Warits
ialah Dzat yang kekal sesudah segala yang maujud musnah. Dalam arti lain,
Dialah yang mewarisi segala sesuatu sesudah semua penghuninya musnah. Atau,
Dialah yang kembali kepada-Nya semua milik dan kerajaan ketika sudah tidak ada
lagi tuntutan kerajaan bagi siapa pun.
Firman Allah:
Sesungguhnya Kami mewarisi
bumi dan semua orang yang ada di atasnya … (QS
Maryam: 40)
Perhatikanlah, tatkala sangkakala ditiup dan semua makhluk
sudah musnah, Allah berfirman: Milik siapakah kerajaan pada hari ini? Ketika tidak ada
jawaban, Dia sendiri menjawab: Milik Allah yang Mahaesa lagi Maha Mengalahkan!
Orang-orang yang memandang dengan mata hati senantiasa
menyaksikan makna ayat ini dan mendengarkannya. Mereka yakin bahwa kerajaan itu
hanya milik Allah sendiri, pada setiap hari, setiap saat, dan setiap detik,
karena itulah Dia azali dan abadi. Hal ini dapat dicapai oleh mereka yang
memahami hakikat tauhid, dan mengetahui bahwa yang tunggal perbuatannya di
langit dan di bumi hanya satu.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda menjadi warits
dari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang saleh, sebab ulama itu adalah
pewaris para nabi.
Khasiatnya
Ism
ini berkhasiat untuk menghilangkan kebingungan bagi orang yang berzikir
dengannya.
98. Ar Rasyid
Ar Rasyid
ialah Dzat yang memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, dan yang menyalurkan
perencanaannya yang sempurna dan benar, tanpa musyawarah dan diberi petunjuk.
Artinya, Dialah yang memberi petunjuk kepada makhluk-Nya, dalam hal ini artinya
sama dengan Al
Hadi.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki agar Anda tidak berhenti
pada suatu tempat yang tak senonoh, dalam segala keadaan Anda, duniawi atau
ukhrawi.
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sesudah shalat Isya sebanyak seratus
kali, maka segala amalnya akan diterima Allah SWT.
99. Ash Shabur
Ash Shabur
ialah Dzat yang tidak segera memberikan hukuman kepada orang yang durhaka
kepada-Nya, atau yang tidak segera melakukan sesuatu sebelum masanya. Artinya
adalah, bahwa Dia tidak dihinggapi oleh sikap tergesa-gesa dalam melakukan
sesuatu sebelum tiba waktunya. Tetapi Dia menetapkan perkara pada batas-batas
yang diketahui, dan tidak dimajukannya dari waktunya yang telah ditentukan.
Tentang kesabaran Tuhan dalam menghadapi orang-orang yang
durhaka kepada-Nya, Nabi saw. dalam salah satu hadisnya bersabda: “Tidak ada
seorang pun atau tidak ada sesuatu pun yang lebih sabar menghadapi gangguan
daripada apa yang didengar oleh Allah, bahwa orang-orang kafir itu menuduh
Allah mempunyai anak, sedangkan Dia tetap menyejahterakan dan memberi rezeki
kepada mereka.”
Inilah puncak derajat sabar dan penyantun.
Ber-taqarrub dengan ism ini
mengharuskan Anda menahan diri dari segala yang dibenci Allah SWT demi
memelihara agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan haram. Dan hendaklah Anda
melazimkan melakukan apa-apa yang diwajibkan kepada Anda demi memperbaiki
pengkhidmatan kepada Allah. Serta janganlah Anda segera menindak orang-orang
yang bersalah terhadap Anda, namun maafkanlah dan bersikap sabarlah, meniru
sifat Allah SWT.
Allah berfirman:
… Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu
…(QS An Nur: 22)
Khasiatnya
Barangsiapa berzikir dengan ism ini sebelum terbit matahari, sebanyak
seratus kali, niscaya ia tidak akan ditimpa musibah atau bencana pada siang
hari itu.